Zaina tersenyum lega menanggapinya. Ia sendiri merasa tidak enak ketika bertarung dengan kakaknya sedari tadi. Ia merasa gerakan Teir terhalang oleh beban pikiran, sehingga Teir tidak bertarung secara maksimal dengannya.
Zaina menggunakan teknik yang ia ajarkan pada Riev, tapi jauh lebih sempurna. Gerakannya begitu luwes tanpa cacat sedikitpun. Putaran dari Scythe miliknya juga jauh lebih cepat, sehingga daya penghancur dari radiasinya juga melebihi Riev.
Tentu saja bisa seperti itu. Sama seperti Teir, Zaina juga melatih teknik turun temurun keluarga mereka, 'teknik pemusnah masal', sedari ia kecil.
Tak mau kalah, Teir juga mengeluarkan 'teknik pemusnah masal' untuk menandingi Zaina.
Keduanya kembali melesat untuk menyerang satu sama lain menggunakan teknik penghancur yang dipelajari dari orang tua mereka dulu.
---|<V>|---
Elevator tempat Riev berada, bergerak turun secara perlahan. Beberapa kali pintu elevator terbuka, menyuguhkan pemandangan jasad beberapa pasukan Abaddon yang bergelimpangan. Karena sebelum sempat para pasukan itu menyerang Riev, Kiev sudah melumpuhkan mereka terlebih dahulu.
Hal itu memudahkan Riev untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Ia jadi bisa menghemat tenaganya untuk difokuskan pada pemulihan.
Agak lama elevator itu bergerak turun, sampai akhirnya berhenti di lantai paling dasar Agrrav.
Pintu elevator terbuka, mengantar Riev ke sebuah tempat yang dipenuhi dengan berbagai mesin berukuran besar, yang dijaga oleh banyak pasukan Abaddon.
Kiev bersiap untuk menembaki para pasukan itu, namun Riev mencegahnya.
"Aku sudah cukup pulih. Kau jalankan saja tugasmu lagi. Takutnya nanti malah tidak keburu," pinta Riev.
"Oke. Kuserahkan padamu!" jawab Kiev sambil kembali memasuki Hecantor.
Kiev memasukkan senapan miliknya ke dalam cincin, lalu kembali mengoperasikan panel di kursi pilot seperti sebelumnya. Selain jantung yang berdegup kencang, terlihat juga keringat membasahi keningnya sampai menetes jatuh silih berganti.
"Ain, Riev, aku pergi sekarang," ujarnya sembari melesatkan Hecantor, pergi melesat ke atas menembus awan.
Sedangkan Riev yang baru tiba di lantai dasar Agrrav, segera di hadang oleh para pasukan Abaddon yang berjaga di sana.
Awalnya beberapa dari pasukan Abaddon itu masih sibuk mondar-mandir dengan panik, seperti sedang mencari sesuatu. Tapi begitu melihat kehadiran Riev di sana, mereka bergegas mengepung Riev.
Sebenarnya kondisi Riev belum pulih betul. Tapi musuh yang ia lawan kali ini berbeda jauh dengan Teir. Ditambah, keahliannya memang untuk bertarung melawan banyak orang sekaligus.
Riev mengeluarkan Scythe miliknya, lalu melesat dengan cepat sembari menebas para pasukan Abaddon yang menghadangnya dari berbagai arah.
Tidak butuh waktu lama, semua pasukan itu berhasil dikalahkan dengan telak oleh Riev.
Beberapa pasukan Abaddon kembali bermunculan dari ruangan lain, namun Riev bisa mengalahkan mereka sekaligus hanya dengan satu ayunan Scythe miliknya.
Ia terus berjalan lebih jauh lagi, menyusuri ruangan demi ruangan, lorong demi lorong, sampai ia tiba di sebuah ruangan berpintu besi yang tertutup rapat. Letaknya tepat bersebelahan dengan ruangan di mana pesawat darurat milik pasukan Abaddon diparkirkan.
Riev membuka pintu itu, melihat beberapa orang tengah terduduk di lantai dengan raut wajah yang tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.
Para petinggi dari setiap wilayah Logard juga Tiash ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
X-Code
Science FictionAinlanzer memiliki kemampuan bertarung yang tinggi, daya analisa yang kuat, serta daya tangkap yang cepat. Hal itu membuat alam semesta memberinya banyak ujian. Ditambah dengan kode genetik yang unik, membuatnya terpilih menjadi calon 'Utusan Perdam...
Code XV - Takdir Logard
Mulai dari awal
