Code XV - Takdir Logard

Mulai dari awal
                                        

Ain dan Grief bergerak tanpa jeda sedikitpun. Keduanya terus menyerang dan bertahan secara bergantian. Di setiap serangan mereka yang dilapisi Khy, terbentuk sayatan angin tajam yang dihasilkan dari tebasan senjata plasma mereka.

Keduanya bisa mengantisipasi serangan dengan daya penghancur dan tingkat akurasi yang tinggi itu. Sehingga hingga detik ini, belum ada dari kedua petarung itu yang terluka. Mereka imbang dari segala sisi. Kecepatan, kekuatan serangan, reflek, juga daya tahan tubuh.

Selain dari teknik penguasaan Khy, Ain juga memiliki sesuatu yang membuat mereka setara.

Ain melatih fisiknya sedari kecil, tanpa beristirahat satu haripun. Makanya, ia bisa mengalami peningkatan pesat ketika sudah mulai menguasai Khy, walau baru sebentar ia menguasainya.

Dari keduanya terpancar raut wajah yang menyiratkan semangat tinggi. Mereka merasa begitu antusias dengan pertarungan tersebut.

Setelah lama mereka saling menyerang satu sama lain, keduanya melompat mundur menjaga jarak untuk beristirahat sejenak.

Grief dan Ain paham, kalau terlalu dipaksakan, tubuh mereka bisa kehabisan stamina. Hal itu tentu saja akan membawa mereka pada kekalahan.

"Ain, untuk apa kau bersikeras? Ketahuilah, usahamu sia-sia. Agrrav tetap akan menembakan senjata pemusnahnya secara otomatis walau aku mati," ujar Grief yang berusaha membuyarkan konsentrasi Ain.

Namun Ain tidak bergeming mendengarnya. Ia terlihat seperti sudah mengetahui hal tersebut.

Walau Agrrav terlihat sedang 'diam', namun sebetulnya kapal induk pasukan Abaddon itu tengah mengumpulkan energi dalam jumlah besar untuk menembakkan lagi senjata pemusnah, yang kali ini diarahkan langsung ke Left Head.

"Aku tidak tahu usahaku ini akan sia-sia atau tidak, sebelum aku mencobanya," jawab Ain dengan tenang.

Grief tersenyum lebar mendengar jawaban itu. Semakin bertambah rasa kagumnya pada Ain yang sangat gigih dalam menghentikannya.

"Kau memang hebat, Ain. Tapi maaf, aku harus segera mengalahkanmu."

Grief menarik napas panjang, lalu mengaturnya dengan ritme tarikan napas tertentu. Ia memusatkan seluruh Khy miliknya untuk berputar berlawanan arah jarum jam.

Kemudian lantai ruangan itu bergetar hebat. Aura Grief terlihat lebih pekat dengan percikan api di permukaannya. Saking kuatnya akselerasi aura Grief, hidrogen udara di sekitar tubuhnya ikut terbakar. Itulah yang membuat percikan api terlihat dengan jelas, bahkan bagi orang awam sekalipun.

Kalau Ain masih dalam kondisi yang sama seperti dulu, sudah pasti ia akan terkapar tak berdaya. Dulu, ketika Grief mengeluarkan sedikit auranya saja, Ain sudah tidak bisa menggerakan tubuhnya.

Tapi kali ini Ain masih bisa berdiri dengan tenang menghadapi akselerasi energi maksimal Grief. Walau sebenarnya, bulu kuduknya berdiri disertai jantung yang berdegup kencang. Tapi Ain percaya pada kemampuannya sendiri. Makanya ia masih bisa bertahan.

Tadinya Ain tidak ingin mengerahkan Khy secara maksimal. Tapi nyawanya tengah terancam. Kalau Ain tidak mengerahkan semua kemampuan yang ia punya, ia bisa tewas terbunuh. Ain bisa memahaminya setelah melihat aura Grief yang begitu dahsyat.

Sama seperti Grief, Ain juga mengatur napasnya untuk memusatkan Khy miliknya. Ia juga memutar pergerakan Khy di dalam tubuh untuk meningkatkan akselerasinya dengan pesat.

Lantai di sekeliling keduanya semakin bergetar hebat begitu Ain mengeluarkan kekuatan maksimal Khy miliknya.

Sangat tidak terduga, Grief terkejut melihatnya. Ia merasa begitu terkejut melihat aura Ain yang membesar dengan kilatan listrik menyambar-nyambar dari permukaan aura.

X-CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang