Vando
Panggilan dari Kinan bisa memalingkan dirinya sebentar dari rapat tetapi saat tau kenapa Kinan menelponnya, dia langsung meminta maaf untuk keluar dari meeting tersebut. Nara sudah membuatnya khawatir, Nara sudah membuatnya kacau selama dua minggu. Aku tidak bisa membohongi diriku selalu ingin Nara selalu di sampingku. Aku sangka tidak akan pernah menghadapi masalah seperti ini saat pernikahan kita.
"Mana Nara, Kin?" Aku menanyakan Kinan saat dia menghampiriku tepat di lobby."Maaf gue ganggu lo, badan Nara panas banget. Walaupun gue Dokter gue ngga ngerti kenapa dia gini," Aku mengangguk lalu mempersilahkan Kinan untuk menunjukkan aku arah dimana ruangan Kinan dan sekarang aku beridiri tepat di depan pintu.
"Gue tau lo jarang punya waktu berdua sama Nara, sekarang gue minta lo buat jagain Nara, Do."
"Gue nggak nyangka kalau gue bakal nyakitin dia sejauh ini, apa dia pernah bilang sama lo kenapa dia ngerasa sesakit ini sama gue?" Saat Kinan mendengar pertanyaanku dia menyuruhku untuk mengikutinya ke arah taman. Dia duduk di sana tetapi aku lebih memilih untuk berdiri.
"Kadang gue gak ngerti sama sahabat gue sendiri, Nara tepatnya. Gue inget waktu itu umur Abyan hampir setahun, saat dia masih mikir - mikir terima untuk kerja di rumah sakit gue bujuk tapi dia tetap penderiannya buat nolak di bilang "Gue nggak apa kali kerja di klinik bogor yang penting dekat sama Vando Abyan, Kin." tetapi saat seminggu kemudian dia balik ke gue dan bakal nerima kerja di rumah sakit ini saat gue tanyak kenapa, dia nangis sampai beberapa bulan kemudian dia cerita sama gue," Kinan berhenti bercerita lalu menatapku ada kilatan kemarahan dan ada kilat kekecewaan di sana saat menatapku.
"Dia ngeliat lo di sentuh sama setiap client cewek lo dan yang paling menyakitkan buat dia lo cium cewek di club!" Aku kaget aku memikirkan kapan aku mencium wanita di club, aku rasa Nara salah melihatnya.
"Apa waktu melihat itu dia dalam keadaan mabuk?"
Kinan hanya mengangguk, sedangkan aku mengumpat dan berlari ke arah ruangan Nara, dia harus menyelesaikan semuanya tetapi setelah Nara sembuh.
Aku mengusap lembut kepalanya, betapa aku merindukan wanita ini. Aku merindukan wanita ini saat dia berusaha menenangkan Abyan, aku merasakan Nara terbangun dari tidurnya, aku tersenyum. "Pusing nggak?" Dia mengangguk lalu memegang kepalanya.
"Ayo bangun, kita balik aja." Aku menuntunnya ke luar, aku mengerti dia mencari Kinan. "Kinan tadi permisi, tadi ada pasien," Dia mengangguk saja.
Tepat saat kita ke luar dari ruangan aku melihat dua dokter lelaki melintas melewati kita, seperti aku mengenal salah satu dari itu. Kedua lelaki tersebut kembali dan salah satu aku yang tidak kenal meneliti wajah wanitaku, saat dia tiba - tiba menyentuh kening wanitaku aku seperti ingin mematahkan lehernya tetapi aku hanya diam saja. Aku tau lelaki ini mencintai istriku.
Aku mendengar salah satu temannya mengumpat. "Shit!" Lelaki dengan wajah tak asing itu langsung menjauhkan tangan lelaki yang memegang dahi Nara, lalu lelaki yang tak asing itu seperti menunduk meminta maaf kepadaku. Aku melihat Nara tersenyum kepada mereka, aku hanya mengangguk dan menyeretnya membawa pergi dari mereka.
"Kamu bisa dong ramah dikit sama temanku!" Aku hanya diam lalu tanganku mempererat pegangannya di pergelangan tangannya aku melihat seperti kesakitan.
Nara langsung menampis tanganku "Sakit, Do!" Nara lalu berhenti tanpa sadar mengeluarkan air matanya. saat ini aku ingin memukul diriku membuat airmatanya tak henti turun.
"Kamu hanya bisa ramah sama clientmu, kamu hanya bisa halus kepada wanita itu, aku sakit begini saja kamu memperlakukanku seperti ini. Aku bisa sendiri, memang aku nggak salah memilih untuk menceraikanmu." Dia mengusap air matanya lalu tersenyum.
YOU ARE READING
Hold On
RomanceYou know our love can save it all We've been together for so long So don't give up on who we are We'll work it out somehow You know a word can change it all I had my doubts but now i know I wanna be with you for life Each day and every night Because...