Hold On - 04

470 21 6
                                    

Vando

Panggilan dari Kinan bisa memalingkan dirinya sebentar dari rapat tetapi  saat tau kenapa Kinan menelponnya, dia langsung meminta maaf untuk  keluar dari meeting tersebut. Nara sudah membuatnya khawatir, Nara sudah  membuatnya kacau selama dua minggu. Aku tidak bisa membohongi diriku  selalu ingin Nara selalu di sampingku. Aku sangka tidak akan pernah  menghadapi masalah seperti ini saat pernikahan kita.
"Mana Nara, Kin?" Aku menanyakan Kinan saat dia menghampiriku tepat di lobby.

"Maaf gue ganggu lo, badan Nara panas banget. Walaupun gue Dokter gue  ngga ngerti kenapa dia gini," Aku mengangguk lalu mempersilahkan Kinan untuk  menunjukkan aku arah dimana ruangan Kinan dan sekarang aku beridiri tepat di depan pintu.

"Gue tau lo jarang punya waktu berdua sama Nara, sekarang gue minta lo buat jagain Nara, Do."

"Gue nggak nyangka kalau gue bakal nyakitin dia sejauh ini, apa dia pernah  bilang sama lo kenapa dia ngerasa sesakit ini sama gue?" Saat Kinan  mendengar pertanyaanku dia menyuruhku untuk mengikutinya ke arah taman.  Dia duduk di sana tetapi aku lebih memilih untuk berdiri.

"Kadang gue gak ngerti sama sahabat gue sendiri, Nara tepatnya. Gue  inget waktu itu umur Abyan hampir setahun, saat dia masih mikir - mikir  terima untuk kerja di rumah sakit gue bujuk tapi dia tetap penderiannya  buat nolak di bilang "Gue nggak apa kali kerja di klinik bogor yang  penting dekat sama Vando Abyan, Kin." tetapi saat seminggu kemudian dia  balik ke gue dan bakal nerima kerja di rumah sakit ini saat gue tanyak  kenapa, dia nangis sampai beberapa bulan kemudian dia cerita sama gue,"  Kinan berhenti bercerita lalu menatapku ada kilatan kemarahan dan ada  kilat kekecewaan di sana saat menatapku.

"Dia ngeliat lo di sentuh sama setiap client cewek lo dan yang paling  menyakitkan buat dia lo cium cewek di club!" Aku kaget aku memikirkan  kapan aku mencium wanita di club, aku rasa Nara salah melihatnya.

"Apa waktu melihat itu dia dalam keadaan mabuk?"

Kinan hanya mengangguk, sedangkan aku mengumpat dan berlari ke arah  ruangan Nara, dia harus menyelesaikan semuanya tetapi setelah Nara  sembuh.

Aku mengusap lembut kepalanya, betapa aku merindukan wanita ini. Aku  merindukan wanita ini saat dia berusaha menenangkan Abyan, aku merasakan  Nara terbangun dari tidurnya, aku tersenyum. "Pusing nggak?" Dia  mengangguk lalu memegang kepalanya.

"Ayo bangun, kita balik aja." Aku menuntunnya ke luar, aku mengerti dia  mencari Kinan. "Kinan tadi permisi, tadi ada pasien," Dia mengangguk  saja.

Tepat saat kita ke luar dari ruangan aku melihat dua dokter lelaki  melintas melewati kita, seperti aku mengenal salah satu dari itu. Kedua  lelaki tersebut kembali dan salah satu aku yang tidak kenal meneliti  wajah wanitaku, saat dia tiba - tiba menyentuh kening wanitaku aku  seperti ingin mematahkan lehernya tetapi aku hanya diam saja. Aku tau  lelaki ini mencintai istriku.

Aku mendengar salah satu temannya mengumpat. "Shit!" Lelaki dengan wajah  tak asing itu langsung menjauhkan tangan lelaki yang memegang dahi  Nara, lalu lelaki yang tak asing itu seperti menunduk meminta maaf  kepadaku. Aku melihat Nara tersenyum kepada mereka, aku  hanya  mengangguk dan menyeretnya membawa pergi dari mereka.

"Kamu bisa dong ramah dikit sama temanku!" Aku hanya diam lalu tanganku  mempererat pegangannya di pergelangan tangannya aku melihat seperti  kesakitan.

Nara langsung menampis tanganku "Sakit, Do!" Nara lalu berhenti tanpa  sadar mengeluarkan air matanya. saat ini aku ingin memukul diriku membuat  airmatanya tak henti turun.

"Kamu hanya bisa ramah sama clientmu, kamu hanya bisa halus kepada  wanita itu, aku sakit begini saja kamu memperlakukanku seperti ini. Aku  bisa sendiri, memang aku nggak salah memilih untuk menceraikanmu." Dia  mengusap air matanya lalu tersenyum.

Hold OnWhere stories live. Discover now