Arga si anak baru

26 16 8
                                    


Cikha membuka pintu kamar berwarna putih yang terdapat poster bergambar logo sepak bola Arsenal yang sudah diketuknya terlebih dahulu. Kepala Cikha menyembul di pintu sebelum melangkah masuk ke dalam kamar adiknya tersebut.

"Dek liat novel Mbak Cikha nggak?" tanya Cikha sambil menghampiri adiknya yang sedang bermain komputer.

Seno sang adik menoleh menatap Cikha. "Novel yang mana Mbak?"

"Nawung, putri malu dari Jawa." kata Cikha.

Seno berpikir sejenak, "Hmm. Yang covernya warna kuning ke oren-orenan bukan sih?"

Cikha mengangguk. "Iya yang itu. Liat nggak?"

"Aku pinjem Mbak."

Alis Cikha tertaut, "Buat apaan kamu pinjem? Emangnya kamu suka baca novel?"

"Enggaklah. Waktu itu aku pinjem buat tugas sekolah. Di suruh sama guru Bahasa Indonesia buat resensi novel. Aku mau pinjem novel waktu hari minggu kemarin sama Mbak, eh si Mbak malah nggak ada di rumah makanya aku ambil asal aja novel di kamar Mbak Cikha." ujar Seno.

Kepala Cikha mengangguk-angguk. "Oh gitu. Emangnya kelas tiga SMP ada materi tentang resensi?"

"Kalau nggak ada gak mungkin aku pinjem novel Mbak Cikha kali."

Cikha mengangkat tangan kanannya ke depan dengan telapak tangan di atas. "Terus novel Mbak Cikha mana? Udah selesai dipakai kan?"

Seno menyengir, "Aku pinjemin ke teman aku."

"Kamu mah. Mbak Cikha belum baca itu novel sama sekali Seno, niatnya mau baca sekarang mumpung lagi gak ada tugas sekolah." Cikha memberenggut tidak suka.

"Besok aku mintain deh. Lagian itu novel juga nggak bagus-bagus banget ceritanya Mbak."

Cikha menatap Seno tajam. "Dih kata siapa. Emang udah kamu baca semua?" tanya Cikha.

Seno menggeleng.

"Tuh kan. Kamu aja nggak baca, terus tau dari mananya kamu bilang nggak bagus?"

"Lah emangnya Mbak Cikha udah baca? Terus tahu dari mana juga kalau novel itu bagus? Mbak Cikha aja belum baca." Seno bertanya balik kepada Cikha.

"Dih ditanya malah nanya balik. Mbak sempet baca di internet, novelnya itu punya amanat yang bagus banget. Kalau ceritanya nggak bagus mana mungkin Mbak Cikha punya novelnya." kata Cikha.

"Iya deh terserah Mbak Cikha, aku mah nggak suka baca-baca kayak gitu."

Cikha berdecak. "Dasar kamu yah. Kalau nggak suka baca-baca novel nggak usah bilang novelnya nggak bagus. Nggak menghargai penulisnya banget sih kamu."

"Seno minta maaf deh. Udah yah nggak usah ceramah lagi, Seno mau ngerjain tugas lagi nih." Seno kembali menatap komputer di depannya.

"Emangnya kamu lagi ngerjain tugas apa? Barangkali aja Mbak Cikha bisa bantu. Lagi nggak ada kerjaan nih Mbak." Cikha mendekat ke arah Seno dan mulai menatap komputer.

"Cuma disuruh buat makalah sejarah doang." ucap Seno melirik sekilas ke arah Cikha.

"Tentang apa?" tanya Cikha yang sepertinya mulai tertarik dengan tugas yang Seno sedang kerjakan. Apalagi adiknya itu sedang mengerjakan tugas sejarah - salah satu pelajaran yang sangat Cikha sukai.

"Tentang kedatangan sekutu ke Indonesia."

Cikha mengalihkan pandangannya dari komputer ke arah Seno. "Kapan dikumpulinnya?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 26, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I Know YouWhere stories live. Discover now