2. Past Enemy

10.3K 731 79
                                    

"Aku memiliki Ayah dan Ibu, aku memanggil memanggil mereka dengan sebutan Mama dan Papa."

"Apa keduanya ada disini?"

"Awalnya tidak, Ramsey. Mereka hidup berpisah karena mereka memang tidak bisa bersama."

Ramsey memperhatikan cara bicara Perempuan Katolik yang ada di depannya saat ini. Dia melihat hanya sebuah kesedihan yang nampak jelas di dalam Manik Matanya. Mungkin, ada sesuatu yang mendalam mengganggu pikirannya. Ramsey membatin seperti itu tapi entahlah Ramsey tidak mengetahuinya lebih jelas.

"Kalau boleh tahu, mengapa mereka tidak bisa bersama?"

"Karena perbedaan Agama." jawab Gadis itu cepat. Kesepuluh Jarinya saling bertautan seperti kode jika dia sedang gelisah.

Ramsey kembali berpikir apakah urusan Keyakinan selalu menjadi momok tersendiri untuk sebagian orang. Tapi, bukankah jika tidak bisa menikah di Indonesia dengan satu keyakinan bisa menikah di Luar Negeri, mungkin.

"Papa ku seorang Muslim, Mama adalah Katolik. Agama yang sama ku yakini sampai ke dalam Relung Jiwaku. Aku mencintai Tuhan seperti mencintai diriku sendiri dan kedua Orang Tuaku."

"Tapi apakah mereka sekarang sudah bersama?"

"Mereka bersama karena untukku. Mungkin ini terdengar aneh dan menjijikkan untukmu. Tapi aku percaya kamu anak yang baik sehingga aku akan menceritakannya sedikit."

Gadis itu menginginkan Ramsey mendorong dirinya ke tempat yang lebih nyaman di Taman Rumah Sakit ini. Taman itu terletak di bagian paling belakang Rumah Sakit. Tadinya Gadis Katolik itu enggan keluar dari Kamarnya meski Lukanya tidak begitu parah, tapi karena kebosanan melandanya, dia meminta Ramsey menemaninya berjalan-jalan menggunakan Kursi Roda seijin Dokter dan Suster penjaga.

Mereka pun berhenti di dekat Kolam kecil yang berisi Ikan-Ikan kecil lucu dan menggemaskan. Ikan-Ikan kecil itu mampu membuat Jiwa Gadis Katolik itu dan tentunya Ramsey menjadi sedikit tenang.

"Kehidupan di Luar Negeri mungkin tidak sebaik disini. Disana segala kegiatan bebas untuk dilakukan seperti sex bebas. Mama bercerita kepada ku jika aku tercipta saat Mama Having Sex bersama Papa. Keduanya melakukan semasa mereka bertemu dulu. Awalnya Mama tidak mengetahui hal itu tapi semakin lama Perutnya membesar dan dia baru mengetahui jika dia Hamil ketika aku berumur sepuluh minggu. Mama kebingungan mencari Papa yang sudah pulang ke Indonesia sampai akhirnya Mama menyerah dan memilih untuk tetap hidup di Luar Negeri dalam keadaan Hamil. Mama berjuang ingin membesarkan ku sendiri tanpa Papa tapi dia tidak bisa sepenuhnya sampai akhirnya Tuhan lah yang mempertemukan keduanya."

"Lalu Papa Mama mu menikah?"

"Belum. Mama dan Papa belum menikah ketika mereka bertemu kembali di Indonesia tapi kemudian Papa mengajukan permintaan atau sejenis lamaran kepada Mama agar Mama menikah dengannya demi kelangsungan hidupku. Mereka akhirnya menikah di Luar Negeri bukan di Indonesia karena perbedaan keyakinan membuat mereka tidak bisa menikah disini. Dari titik itulah aku, Papa, dan Mama hidup berbahagia. Kami bisa berkumpul kembali dan berbagi kasih. Meski aku dan Mama berbeda keyakinan dengan Papa, Papa tidak pernah mempermasalahkannya. Sebab menurut Papa, keyakinan adalah sesuatu hal yang kita percayai tanpa sebuah kebohongan. Kita melakukannya karena kita mencintai hal itu."

Untuk kedua kalinya Ramsey terkagum-kagum mendengar cerita mengenai Perempuan Katolik yang ada di depannya saat ini. Keduanya duduk berhadapan, tidak dibatasi oleh apapun. Jaraknya pun sangat dekat.

"Papa kamu dan kamu benar. Agama bukan untuk diperdebatkan atau menjadi penghalang dua orang yang saling ingin berbagi cinta untuk bersama. Jadi aku setuju dengan pendapat Papa mu."

Ketika mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara seorang Laki-Laki yang memanggil nama Ramsey. Anak Laki-Laki itu pun menoleh ke arah lain mencari sumber suara yang timbul saat berteriak memanggilnya.

"Daddy?"

"Ayah kamu?" Gadis Katolik itu bertanya kepada Ramsey dan Ramsey menjawabnya dengan menganggukkan Kepalanya cepat.

"Sebenarnya apa yang kamu alami di Masa Lalu juga ku alami. Tapi aku akan menceritakannya nanti ya. Tidak enak jika Daddy ku mendengarkannya lalu dia tersinggung." ujar Ramsey dimengerti oleh Gadis Katolik itu.

Andres pun berjalan mendekat ke arah Putra Sulungnya yang duduk berhadapan dengan Gadis Katolik itu. Andres baru saja mendengar kejadian Putranya menabrak seseorang yang keluar dari Gereja, sontak Andres langsung datang ke Rumah Sakit untuk memastikan Korban dan Putranya dirawat dengan baik jikalau memang membutuhkan perawatan. Kabar tersebut didapatkan oleh Andres dari Avelo.

"Ramsey?" Andres mendapati satu Gadis cantik berambut panjang dan nampak anggun duduk diatas Kursi Roda. Andres pun memutuskan untuk duduk di samping Putra Sulungnya.

"Dad, dia adalah anak yang tidak sengaja ku tabrak waktu aku melewati jalanan di depan Gereja." ungkap Ramsey sekaligus memberitahukan kepada Andres jika Gadis di depannya baik-baik saja meski ada Luka-Luka yang terasa menyakitkan.

"Oh begitu. Nak, maafkan anak Om ya. Ramsey lalai karena Adiknya sakit. Apakah kamu baik-baik saja? Jika tidak, Om akan meminta Dokter untuk merawatmu lebih intensif lagi." ujar Andres dijawab senyuman simpul Gadis Katolik itu.

"Saya baik-baik saja, Om. Luka ini bisa sembuh dalam beberapa hari. Mudah-mudah'an Tuhan membantu kesembuhan Luka saya." jawab Gadis Katolik itu.

"Alhamdulillah, syukurlah Nak. Om sempat takut dan khawatir akan terjadi sesuatu yang parha denganmu. Tapi, kalau boleh tahu apakah ada Keluargamu disini?"

"Oh itu, emh Papa dan Mama saya akan kesini. Mereka pasti masih dalam perjalanan." jawabnya cepat.

"Kalau begitu, kamu tidak perlu khawatir. Semua biaya akan Om tanggung. Dan Om akan menjelaskan kepada Orang Tua kamu sekaligus meminta maaf karena Anak Om yang lalai. Sekali lagi maafkan Ramsey ya?"

Gadis Katolik itu menarik senyumnya kembali. Pria dia depannya seperti duplikat besar seorang anak Remaja Laki-Laki yang juga ada di depannya. Mereka nampak kembar dan hal itu membuatnya terkagum-kagum. Gadis itu juga berpikir jika Andres memperlakukan dan mengajaknya ngobrol dengan sangat baik juga sopan santun.

"Terima kasih, Om."

"Kalau boleh tahu, siapa nama kamu Nak?"

"Saya?"

"Iya, kamu."

"Nama Saya Audrey."

"Wah nama yang bagus. Cantik juga seperti orangnya."

"Terima kasih, Om." Audrey tidak bisa menyembunyikan senyumnya seolah dia sudah terhipnotis dengan perlakuan lembut Andres.

"Audreeeey......"

Seseorang memanggil Audrey. Suara itu adalah suara Lelaki dewasa yang nampak berat. Sontak baik Audrey, Ramsey, dan Andres melihat ke arah sumber suara itu. Lelaki itu berjalan menuju ke arah Audrey bersama Wanita yang usianya mungkin tidak jauh darinya. Semakin lama semakin mendekat, Mata Andres menyipit. Andres melihat jelas siapa Laki-laki yang berjalan ke arahnya.

"Dav-vin?"

***

To be continue

***

Surabaya, 26 November 2016 ; 07.25 WIB

Salam,

Denz91 ^_~

Second Love (Delete)Where stories live. Discover now