Chap 9

2.2K 70 6
                                    

*Sebelumnya

"Heyyyy Alllrabby Kau apakan Adik aku hah?" Suara keras dan berat terdengar dari mulut seorang lelaki dari lantai dua rumah tersebut, membuat Al terkaget kaget.

Lalu Al mendongakkan kepala dan melihaaaaattt...... Jeng...jengggg......

Alrabby Pov 

"Kau apakan adik aku? Aku tanya dari tadi knapa kau diam saja?" Tanya lelaki itu selagi menuruni tangga dari lantai dua di rumah megah itu.

"Emang Shania kenapa?" Tanya ku balik kepadanya.

"Dia masuk langsung naik kekamarnya, tanpa membalas sapaanku dengan muka yang sangat ceria, aku tak sering melihatnya seceria itu?" Katanya.

"Haha aku gak ngapa - ngapain dia bang" balasku kepada bang Affan, lelaki yang sungguh tampan kata Gita, ya lelaki itu adalah sepupuku, dia kakak laki-laki dari Shania.

"Ya sudah kau duduk dulu situ, aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu" ajaknya sambil menunjuk sofa yang berada di sebrang tempat dia duduk.

Setelah aku duduk, aku sejenak berfikir, aku tau kemana arah pembicaaraan ini selanjutnya, aku masih baru berumur 17thn dan sudah harus mengurus perusahaan Papa yang sebesar itu tanpa ada papa dan mama di sisiku, apa aku bisa?? Huffttt, sebenarnya aku masih tak mau membawa perusahaan papa, tapi apa boleh buat hanya aku anak papa dan aku tak boleh mengecewakanya.

"Heyy Al apa kau baik baik saja, kau terlihat pucat?" Kata bang Affan memecah lamunanku.

"Ehh? Tidak bang aku tak papa, hmm.. apa yang ingin abang bicarakan kepadaku, apa itu tentang perusahaan papa?" Tanyaku padanya.

"Iya aku ingin kau cepat-cepat memegang kendali perusahaan om Chandra, karena tau sendiri kan kalau abang ini sedang repot-repot nya mengelola perusaan abang di Luar  sana yang sedang kacau, dan perusahaan itu tak cuman satu" jelasnya kepadaku dengan tatapan yang serius, Ohh tuhan tolong berilah aku kekuatan.

"Aku juga paham atas keadaanmu Al, aku ikut berduka cita, tapi kau tak boleh lama-lama seperti ini kau harus bisa membanggakan om dan tante di atas sana, abang juga sudah menjadikan asisten handal abang untuk membantumu, dia akan dipindah tugaskan menjadi asistenmu, kau bisa belajar darinya, lagi pula abang tau kalau kau jenius Al, kau sekarang sudah kuliah semester 2 di bidang manajemen di kampus ternama di kota ini"

"Tapi bang untuk waktu kuliah dan kerja nanti bagaimana? Apakah tidak akan kesita waktu untuk aku kuliah?" Tanyaku pada Bang Affan.

"Masalah waktu untuk kuliah dan kerja kau pasti bisa mengaturnya, abang percaya padamu, asisten baru kamu!, dia juga sudah menjadi tangan kanan abang jadi dia pasti bisa dipercaya" jelasnya lagi.

"Yasudah Bang, Alrabby semaksimal mungkin akan menjalankan amanah papa dengan baik, hmm.. terima kasih untuk Bang Affan yang sudah mengurus perusahaan papa belakangan ini, Alrabby akan segera ke kantor dan mengurusnya semua" kataku mantab menyakinkan bang Affan akan keseriusanku mengurus perusahaan papa.

Tapi dalam hati ku, aku sedikit meremehkan diriku apakah bisa aku meneruskan perusahaan papa??.
Sejenak aku menutup mataku, melepas penat yang telah bersarang di pikiranku.

Hmmm....... Wangi ini wangi yang selalu aku ingin kan setiap hari berada dekat dengan ku, ini wangi tubuh Shania, sepertinya dia habis mandi, hmmmm... strawberry.

Ku buka mataku perlahan Kulihat Shania datang dengan rambut masih setengah basah yang sepertinya dia habis mandi, dia turun dari lantai dua ke arah ruang tamu tempat aku dan bang Affan mengobrol barusan, dan langsung memeluk leher Abangnya dari belakang.

"Yasudah Al besok aku akan memberitau asisten barumu untuk segera menghubungiimu, eh Shaniaa udah mandi rupanya Ade abang satu ini"  ucap Bang Affan kepada shania yang berada di lehernya sekarang.

"Iyalah kan aku ga jorok, emang kalian berdua, belum mandi ewwhh.." ejek Shania

"Oh iya Bang Affan sama kak By ayo makan dulu, itu makananya udah disiapin sama bibi di ruang makan, kak By kan juga belum makan dr tadi" lanjut Shania selagi melepas pelukannya papa bang Affan.

"Kau belum makan Al? Pantesan tadi si Al mukanya pucet, yaudah yuk Al kita makan dulu" ajak bang Affan.

Karena aku masih gerah dan butuh mencuci muka, aku akhirnya minta ijin kepada bang Affan untuk ke kamar mandi dulu mencuci tangan dan muka.

"Aku mau cuci muka dan tangan dulu bang di kamar mandi, Abang sama Shania Duluan aja nanti Al menyusul" kataku.

"Yasuda Abang sama Shania duluan ya, jangan lama-lama kau Al" pamitnya sambil memeluk adiknya menuju ruang makan.

"Oke Bang" balasku

Akhirnya aku ke kamar mandi, setelah aku masuk ke kamar mandi, aku mencuci tangan dan mukaku  didepan wastafel dan tiba- tiba....

Krrrriieeeekkkkk.. 
Cciiieettt....

Ternyata itu Shania yang membuka pintu kamar mandi, ada apa Shania, bukanya dia tadi makan ya bersama Bang Affan??

Aku tak kaget mau pun teriak, dia mendekat kepadaku dengan muka yang datar, aku diam menmandanginya dia semakin dekat semakin dekat kepadaku dannn...

"Kak ayo makan, Shania laper" katanya  sambil menarik tanganku, dengan wajah yang memelas.

"Wkwkwk aku kirain ada apa Shaan, ternyata setanya keluar minta makan ya?" Balasku

"Ihh kakak Shania laper benerann, aku udah nungguin loh" haha balas Shania dengan muka yang tetep melas.

"Iyaaahh..iyaaahh.. Shania pelannn... Shh.. pelan sakit ini" kataku menggoda haha..

"Apanya yang sakit kak??? Hah?? Apanya?? Aku ga ngapa2in loh kak" Tanyaa nya dengan tampang yang kaget selagi melepas tanganku dari tarikanya.

"Tangan kakak lah, ini kamu tarik2, hmm...." kataku pada Shania yang langsung berjalan meninggalkanya sendirian di kamar mandi menuju ruang makan.

"Issshhh agsflkvbfgrasllagdwsfgm" kudengar dia ngedumel sendiri wkwkwkw dasar Shania lucu deh.  

Sesampainya aku di ruang makan, Aku melihat bi Inah membereskan satu piring kosong bekas orang makan, sepertinya Bang Affan sudah selesai makan.

Cepat sekali Bang Affan makanya, apa aku yang lama ya?

"Loh bi, Bang Affan sudah selesai makanya bi?" Tanyaku pada bi Inah sambil duduk di meja makan

"Eh iya sudah non.. itu Bang.. Aff" 

"Bang Affan kalau makan cepet Kak By" potong Shania yang menyusul duduk bersebrangan denganku dimeja makan.

Lalu Bibi memberikan piring beserta isinya serta lauk pauknya, ntah knapa tangan Shania bergetar dannnn

Praaankkkkkk...

Laluuu terjadilahhh....

My Lovely CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang