"Uppss... sorry." Suara centil itu terdengar bersamaan dengan suara gelas yang berguling di meja. Menumpahkan seluruh isinya di atas meja.

Zaffya mendongak, melihat Siska yang kini sudah duduk di kursi seberang meja. Pandangannya mengikuti pandangan Siska ke samping dan melihat baju seragam Luna yang kini sudah kotor tertumpah jus jeruk.

"Aku tidak sengaja," tambah Siska berpura-pura terlihat menyesal. "Bajunya jadi kotor."

Richard menatap tajam pada Siska, lalu beralih ke arah dengan Luna penuh kekhawatiran, "Luna, apa kau baik-baik saja?"

"Luna tidak apa-apa, Richard sayang. Cuma bajunya saja yang kotor. Rere bisa membantu membersihkannya di toilet. Benar bukan, Re?" Siska melirik temannya yang berdiri di belakang Luna mengangguk mengiyakan perintah Siska.

Senyum Siska membuat Zaffya kesal, dan kalimat 'Richard sayang' yang diucapkan Siska lebih dari cukup membuatnya muak.

"Aku tidak apa-apa. Kau lanjutkan saja makanmu. Aku bisa ke toilet sendiri." Luna mencegah Richard yang berniat mendorong kursinya ke belakang untuk membantu Luna. Kemudian gadis itu berjalan menjauhi meja menuju keluar kantin.

"Hai, murid baru," sapa Siska pada Zaffya dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat ke atas. "Aku mau bicara dengan Richard, bisakah kau pergi dari meja ini? Dengan sukarela."

"Aku tidak  melihat ada bahan pembicaraan di antara kita berdua. Jadi lebih baik kau yang pergi dari meja ini," jawab Richard tanpa basa basi penuh kedongkolan.

Siska tersenyum lebar. "Dan karena kau duduk di meja ini, aku juga tidak punya alasan untuk pergi dari meja ini. Semua meja sudah penuh," jawab Siska ringan dan duduk di satu-satunya kursi yang tersisa selain tempat Luna .

Zaffya mendengkus sinis dengan jawaban Siska. Memang benar semua meja di kantin ini sudah penuh, tapi baginya, hal itu tak membenarkan gadis mana pun untuk duduk berduaan dengan kekasihnya.  Lalu dengan gerakan sepelan mungkin,  Zaffya menumpahkan jus jeruknya ke baju Siska sebelum gadis itu menyadari dan sempat  menghindar.

"What?!" Siska menunduk melihat baju seragamnya yang basah dan berwarna orange. Kemudian mendongak dan melemparkan tatapan membunuhnya pada Zaffya.

"Sis?" Temannya yang berdiri di samping Siska segera mengeluarkan sapu tangan berwarna pink untuk mencoba membersihkan noda itu, walaupun itu percuma karena tidak bisa mengembalikan baju Siska seperti semula.

"Apa kau sudah gila?!" maki Siska dengan mata  memerah penuh kemurkaan.

"Upss... Kau tidak apa-apa?" Zaffya tersenyum tipis. "Sepertinya cuma bajumu yang kotor. Temanmu bisa membantumu membersihkannya di toilet, bukan?"

Siska mengangkat badannya untuk berdiri dengan tangan terkepal erat di kedua sisinya. Buku-buku jarinya terlihat memucat saking geramnya pada Zaffya.

Zaffya mengabaikan tatapan membunuh yang juga dilemparkan ketiga teman Siska padanya. Begitu juga tatapan penuh ketertarikan di seluruh penjuru kantin ke arah meja mereka. Sungguh konyol jika mereka berempat berpikir ia akan takut, "Aku cuma memberimu alasan untuk pergi dari meja kami."

"Apa kau tahu siapa aku?" desis Siska dengan rahang yg mengeras dan penuh kegeraman.

Zaffya menyeringai sebelum ia berdiri dengan gerakan pelan dan penuh ketenangan. Sampai kemudian ia berdiri tegak dan sedikit membungkukkan badan untuk mendekatkan mulutnya di telinga Siska, dan berbisik sangat pelan, "Apa kau juga tahu siapa aku?"

Siska menoleh menatap Zaffya, pandangan matanya masih menatap tajam ke arah Zaffya yang tersenyum mengejek kepadanya. Sekali lagi gadis itu kembali menyerangnya dengan kalimat.

Nothing's Changed (Luisana Zaffya C Farick)Where stories live. Discover now