"Kenapa?"
"Apanya sih, Riel?" tanya Audrey tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang ia baca.
"Kenapa nggak makan?"
Audrey akhirnya menutup novelnya dan menatap Riel. "Emangnya harus?"
"Haruslah! Lo kan masih manusia dan perlu energi," jawab Riel sambil menghembuskan napasnya dengan berat.
"Gue males makan. Males ke kantin dan ketemu Lucy, Marco dan Claire. Ngerti kan?"
Riel menganggukkan kepalanya. "Tapi-"
"Pokoknya gue nggak mau. Titik," potong Audrey sebelum kembali membaca novelnya.
"Jadi cewek kok keras kepala banget," gumam Riel sambil membuka kotak makannya. "Heran."
"Biarin aja. Lagian kok lo yang bawel kalau gue nggak makan?" balas Audrey dengan sinis.
"Santai aja kali, Mba. Gue cuma nanya. Kalau nggak mau makan, yaudah. Asal jangan ngerepotin orang nanti," ucap Riel dengan cuek sebelum melahap nasi goreng yang dimasakkan oleh mamanya tadi pagi.
Ia memang lebih suka membawa bekal dari rumah daripada membelinya di kantin. Kebersihan masakan rumah pun lebih terjamin. Berbeda dengan saudara kembarnya. Bev lebih senang jajan di kantin daripada membawa bekal dari rumah. Menurutnya, membawa bekal malah terlihat ribet.
"Lo bisa fisika nggak?" tanya Audrey tiba-tiba karena ia baru teringat akan ulangan fisika besok.
"Kalau bisa, kenapa? Kalau enggak, kenapa?" balas Riel tanpa minat.
Audrey kemudian menutup novelnya dan menatap Riel dengan tatapan memohon. "Kalau lo bisa, gue mau minta lo ajarin. Please, please. Ada yang gue nggak ngerti."
"Nggak ah males." Riel melahap suapan terakhir nasi gorengnya lalu menutup kembali kotak makannya.
Audrey mengerucutkan bibirnya dengan sebal. "Jangan jahat dong sama gue. Gue kan nggak pernah jahat sama lo. Malah gue selalu baik kan sama lo?"
Riel mencibir. "No. Gue nggak bisa fisika."
"Yah, terus nggak ada yang bisa ngajarin gue dong," ucap Audrey dengan putus asa.
Belum sempat Riel mengatakan sesuatu, ponselnya tiba-tiba bergetar di saku celananya. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan menjawab panggilan yang masuk.
"Halo?"
"Halo? Cas, cepet ke kantin! Beverly berantem nih." Suara salah satu temannya dan Beverly, Levin, terdengar panik dari sebrang sana.
"Hah? Berantem sama siapa?" tanya Riel dengan kaget. Selama ini, Bev bukan orang yang suka bertengkar dengan siapapun.
"Udah, mending lo cepetan ke sini sebelum dia kena masalah sama kepsek."
Riel mengiyakan ucapan Levin dan segera memutuskan sambungan. Audrey yang tidak tahu apa yang sedang terjadi hanya menatap Riel dengan bingung.
"Siapa yang berantem?"
Riel bangkit dari kursinya. "Bev. Gue titip kotak makan gue ke lo ya. Gue mesti ke kantin sekarang," ucapnya sambil menyerahkan kotak makannya.
Mendengar berita Bev bertengkar, kedua mata Audrey langsung melebar. "Gue ikut deh."
"Yakin?" tanya Riel mengingat tadi Audrey berkata ia tidak ingin bertemu dengan mantan sahabat dan pacarnya di kantin.
Audrey mengangguk tanpa berpikir dua kali. Ia pun mengambil kotak makan Riel dan berjalan dengan cepat menuju pintu keluar perpustakaan.
"Cepetan. Ntar dia bisa kena masalah kalau ada guru yang tau," ucap Audrey dengan terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Fiksi Remaja"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...
11. Promise
Mulai dari awal
