"Oh, itu. Mereka udah pergi ke kantor daritadi."
"Mereka nggak sarapan?"
Bi Eli mengangguk. "Begitu selesai sarapan, mereka langsung berangkat."
"Oh, gitu. Yaudah, Bi," ucap Audrey sambil menganggukkan kepalanya perlahan.
Audrey benar-benar tidak habis pikir bahwa papa dan kakaknya meninggalkannya begitu saja. Mereka bahkan tidak sadar bahwa ia pulang malam kemarin. Bukankah mereka seharusnya merasa khawatir dengan kondisinya?
Hal ini membuat napsu makan Audrey menghilang sehingga ia hanya menghabiskan setengah mangkuk serealnya dan langsung berangkat sekolah. Saat ia masuk ke dalam mobilpun, ia hanya disambut keheningan. Tidak terdengar musik yang selalu diputar Pak Donny di pagi hari. Pak Donny hanya duduk di kursi pengemudi dengan diam. Mungkin ia tahu bahwa pagi ini Audrey sedang tidak dalam kondisi yang baik.
"Pagi, Non," sapa Pak Donny dengan hangat.
"Pagi, Pak," balas Audrey dengan pelan sambil menghembuskan napasnya dengan berat.
Begitu mobil mulai berjalan, Audrey memandang ke luar jendela. Ia memperhatikan orang-orang yang ada di pinggiran jalan. Ada yang terlihat bersemangat, ada yang sedang tertawa bersama temannya, ada yang sedang bercanda. Semuanya terlihat bahagia. Kecuali dirinya.
Tanpa Audrey sadari, ia sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Ia berharap bahwa ia tidak harus berhadapan dengan Marco ataupun Lucy dan Claire. Sebisa mungkin ia ingin menjauhi semua orang. Yang ia perlukan sekarang adalah waktu sendiri.
Baru saja Audrey berharap untuk tidak berhadapan dengan Lucy dan Claire, ia malah berpas-pasan dengan mereka di depan pintu kelasnya.
"Eh, ada yang lupa sama sahabat sendiri," sindir Lucy dengan sinis.
Audrey memilih untuk tidak menjawab sindiran Lucy dan berjalan masuk ke dalam kelas. Ia sedang lelah untuk berdebat dengan siapapun.
Untung saja, sampai jam istirahat kedua tiba, Audrey tidak berpas-pasan lagi dengan Lucy dan Claire. Ia sudah meminta pindah tempat duduk ke tempat yang paling jauh dari mereka berdua. Ia juga sengaja menghindari Marco agar tidak perlu mendengar kalimat-kalimat bualan yang dikeluarkan dari mulut Marco. Yang ia lakukan saat jam istirahat pertama adalah berdiam diri di kelas dan berpura-pura tidur. Dan sekarang, hanya ada satu tempat yang ia ingin pergi. Perpustakaan.
Seperti biasa, perpustakaan tidak pernah ramai oleh murid. Hanya ada beberapa murid yang sedang membaca novel ataupun komik. Selebihnya, hanya ada meja dan kursi kosong. Audrey berjalan menuju salah satu kursi yang kosong dan duduk. Tidak ada yang ia lakukan. Hanya menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya.
"Hai," sapa seseorang yang Audrey kenal betul.
"Hai, Riel," balas Audrey tanpa mengangkat kepalanya.
Riel mengambil tempat duduk di samping Audrey dan memperhatikan Audrey dari samping. Kesedihan yang mendalam terlihat jelas di wajah Audrey.
"Gimana keadaan lo?"
"You know the answer."
"Gue nggak tahu."
"Gue capek. Capek sama masalah yang gue hadapin belakangan ini," ucap Audrey dengan lemah. "Rasanya gue pengen menghilang aja."
YOU ARE READING
Lesson To Learn
Teen Fiction"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...
10. Break Up
Start from the beginning
