Dia tidak peduli saat dirinya melihat seseorang kesakitan. Yang Arin tahu, dia akan merasa puas saat dia sudah menyiksa seseorang yang menurutnya adalah pengganggu.

Veno berjongkok di hadapan Nesya. Lelaki itu mengangkat dagu Nesya keatas. Gadis itu hanya memejamkan kedua matanya, sembari menahan sakit yang tengah dia rasakan.

"Kasian banget sih kamu." kata Veno mengusap lembut kepala Nesya, "Sakit ya?" lanjutnya.

Nesya tidak menjawab. Dia hanya meringis kesakitan. Rasa sakit di perutnya benar-benar menyiksanya. Rasanya saat ini, perutnya seperti dihujam oleh puluhan pisau. "Mulut lo udah nggak berfungsi?" Veno mendorong kening Nesya, "Jawab pertanyaan gue, bodoh!" teriak Veno.

"Lo yang bodoh, Kak!" bentak Aileen meronta di kursinya, "Gimana mau ngejawab kalau buat buka mata aja dia ngga bisa!" lanjutnya.

Veno memalingkan wajahnya ke Aileen sambil menggaruk hidung runcingnya, "Widih galak." jawab lelaki itu, sedetik kemudian Veno mengusap lembut pipi Aileen yang masih memerah karena ulah Arin.

Aileen melirik Veno takut saat lelaki itu berada di dekatnya. Sementara lelaki itu menatap Aileen sebentar, lalu mendekatkan wajahnya sembari mengusap bibir tipis Aileen.

Dan sedetik kemudian, Veno melumat kasar bibir Aileen.

Lelaki itu tidak membiarkan Aileen untuk bernafas. Lagi-lagi air mata gadis itu mengalir.

Hal ini sudah kesekian kalinya Veno berbuat semena-mena pada tubuhnya. Veno menggigit bibir bawah Aileen hingga berdarah.

Kemudian dia menyeringai puas, "Ngga usah banyak bacot kalau keperawanan lo gamau gue ambil. Paham, Sayang?"

cup!

Veno kembali mengecup bibir Aileen

***

Terdengar suara gaduh di kelas XI IPS-1. Sebagian besar dari mereka tengah membicarakan tentang kemana Aileen dan Nesya pergi hingga kedua gadis itu tidak ada yang masuk ke sekolah.

"Gue hubungin nomornya ngga ada yang aktif." kata Fara panik, sembari memijit keningnya.

"Kemarin gue kerumahnya Nesya. Tapi gitu, sepi banget. Gue rasa ngga ada orang di dalamnya." sambung Alyssa.

"Nyokap bokapnya Aileen juga kemarin ke rumah gue. Mereka keliatan panik banget pas tau kalau Aileen juga nggak masuk sekolah." ucap Alana.

Mereka semua termenung, menatap kosong benda-benda di hadapannya. "Apa mungkin mereka berdua diculik?" tanya Fara memecah keheningan.

"Ngaco lo!" pekik Alyssa dan Alana serempak.

"Ya, terus mereka kemana? Di sekolah gaada, di rumah juga gaada."

Alyssa menggelengkan lemah kepalanya.

"Kita posthink aja, anggap mereka lagi liburan dan nggak bilang-bilang sama kita." sahut Alana menepuk-nepuk kedua bahu temannya.

Tidak berbeda jauh dengan Fara dan kawan-kawan. Raymond pun sama paniknya dengan ketiga gadis itu. Sedari tadi yang Raymond lakukan hanya melamun sembari menyandarkan tubuhnya di dinding sekolah. Lelaki itu memutar ponselnya hingga beberapa kali terbentur di lantai.

Rio memerhatikan Raymond dari jauh. Lelaki itu tahu pasti Raymond tengah memikirkan di mana keberadaan Nesya saat ini.

Rio berjalan santai menghampiri Raymond kemudian dia duduk di sampingnya.

"Lo tau Nesya dimana?" tanya Rio. Raymond menoleh sekilas, lalu menggelengkan kepalanya.

"Udah seminggu," senyum Nesya terbayang di pikiran Rio,

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now