13. Tinggal Bersama

Mulai dari awal
                                    

Mata Ioan masih mengikuti gerakan Laylaa ketika gadis itu tengah mencuci piringnya. Matanya yang tajam dapat melihat setiap gerakan itu dengan jelas, bahkan ketika jari-jari tangan Laylaa bergerak kecil.

"Aku sudah selesai. Jadi apa yang kau inginkan?"

"Ayo ikut," ucap Ioan dan berjalan ke arah ruang tengah.

Lelaki itu meletakkan sebuah benda pipih berwarna hitam ke atas meja. Laylaa duduk di atas karpet dan meraihnya, mengernyit ke arah Ioan yang memilih duduk di kursi tunggal dengan pose yang sama seperti sebelumnya.

"Kenapa dengan benda ini?" tanya Laylaa.

"Ajari aku cara menggunakannya. Derius membelikan benda itu untukku, namun dia tidak sempat mengajariku cara menggunakannya. Aku pikir kau tidak keberatan untuk mengajariku," jawab Ioan. Benda ini aneh, pikirnya. Derius mengatakan jika pada masa sekarang banyak orang bergantung pada benda ini, tapi Ioan tidak melihat benda ini memiliki kegunaan sebesar itu.

Laylaa berdecak di dalam hati. Dia yakin jika Derius pasti sengaja melakukan ini. Lelaki dengan senyum penuh tipu muslihat itu pasti sudah mengatur hal-hal yang menyusahkan Laylaa dalam jangka panjang. "Ini namanya ponsel." Laylaa memegang benda berwarna hitam yang dia tahu keluaran terbaru itu.

"Ponsel?" Alis Ioan terangkat. Baru kali ini ia mendengar dan melihat benda itu.

Laylaa mengangguk. Pertama-tama dia menjelaskan apa itu ponsel dan bagaimana cara kerjanya. Ioan itu sangat teliti, ia persis seperti orang haus pengetahuan yang akan menyerap semua informasi dan akan bertanya sampai benar-benar puas, tidak peduli sekalipun orang yang ia tanyai bisa saja mati karena putus saraf kesabaran.

Jari tangan Laylaa kemudian bergerak menghidupkan benda itu. "Ini berfungsi sebagai alat komunikasi serbaguna. Aku tidak akan menjelaskan bagaimana detailnya, karena aku sendiri tidak tahu apa saja yang ada dalam benda ini atau pun bagaimana cara kerja satelit menangkap sinyalnya."

Gadis itu memperingatkan sejak awal, dia sudah jera ditanyai Ioan mengenai bahan apa saja yang digunakan untuk membuat pesawat sehingga dapat terbang dan bagaimana cara kerja mesinnya. Jika pertanyaannya umum, Laylaa masih dapat menjawab, tapi bagaimana jika Ioan tiba-tiba bertanya ada berapa jenis perangkat lunak atau berapa microchip di dalam ponsel ini? Laylaa bisa mati lebih cepat dari jadwal seharusnya.

"Lihat," Laylaa mendekat ke arah Ioan. "kau harus melakukan ini untuk membuka kuncinya." Laylaa menggerakkan jarinya di atas layar, kemudian memilih beberapa aplikasi yang menurutnya paling penting untuk diketahui Ioan.

"Begitu saja?" tanya Ioan. Ia dapat mengerti dengan cepat apa yang Laylaa ajarkan.

"Ya, begitu saja." Laylaa menggerakkan jarinya lagi. "Kalau kau ingin menghubungi seseorang, maka pilih menu ini. Kemudian sentuhkan jarimu di tanda ini." Laylaa mengajarkan dengan sabar dan kembali berkata, "Nomor kontak Derius sudah ada di sini."

Laylaa heran. Mereka sebenarnya menggunakan alat komunikasi seperti ini? Apakah di hutan itu Derius akan mendapatkan sinyal?

"Tapi sepertinya di kastelmu tidak ada sinyal. Itu hutan belantara dan juga tidak tersentuh." Lagipula sepertinya tempat kalian itu benar-benar terasing dari dunia manusia seolah memiliki dimensi sendiri, Laylaa menyambung dalam hati. "Jadi kau akan sulit menghubungi mereka. Kecuali mereka sedang berada di kota," ungkapnya.

"Derius sudah pindah ke kota, Calaius yang menjaga kastel." Ioan ingat jika beberapa hari yang lalu Derius mengatakan bahwa ia membeli rumah di pusat kota untuk kebutuhan tertentu.

Laylaa berguman mengerti. "Kalau begitu coba kau hubungi Derius. Lakukan saja apa yang sudah aku jelaskan tadi."

Ioan meraih ponsel yang diangsurkan Laylaa, kemudian menggerakkan jari tangannya sesuai dengan apa yang telah Laylaa ajarkan.

Va in Soarta ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang