PERTEMUAN PERTAMA

1.1K 18 6
                                    

Do you believe in love at the first sight???

Apapun jawabannya menurut penulusuran mbah goggle, fakta saintifik menyatakan bahwa ketertarikan adalah salah satu insting manusia yang diciptakan dalam waktu kurang dari tujuh detik.

Wallahu Alam...

Para penghuni hareem dunia orens pastinya juga sudah tahu bagaimana kisah pertemuan pertama Ratu Jodha dengan Raja Jalaluddin Muhammad Akbar melalui serialnya JODHA AKBAR. Namun disini mak akan mengungkapkan fakta lain, hubungan sebab akibat sehingga terjadilah pernikahan politik tersebut.

Pada awalnya, Jalal hanya mendengar selentingan dan rumor yang berkembang tentang kecantikan Putri Jodha dari prajuritnya yang kalah perang setelah menyerang Kuil Dewi Kali di Ameer. Dan bukan cuma itu, kabar yang ia dapatkan dari para tukang ojek dan tukang sayur yang sering mangkal didepan pintu gerbang istana juga mengatakan hal yang sama. Rasa penasaran inilah yang membawanya menuju kepada aksi nekatnya mengunjungi tanah bangsa Rajput tanpa sepengetahuan sang paman "Bhairam Khan", bersama dengan sahabatnya yang gaol n fungky..."Abdul."

Siang itu adalah hari kesepuluh perayaan Ganghaur Puja di Ameer, suasananya sangat ramai terutama di pasar sentral Ameer, penuh dengan para pedagang dari berbagai pelosok menjajakan barang dagangannya. Dalam penyamarannya seorang diri, Jalal berjalan tanpa didampingi Abdul karena ia sedang dalam misi khusus mencari informasi keberadaan Putri Jodha. Suara hiruk pikuk para pedagang nyaris memekakkan telinga.

"Kacang ... Kacang ... Kacaaaaaanggg!"

"Cangcimen ... Mijon!"

"Dua seringgit...dua seringgit...dua seringgiiiiiiiiit!!!" (Mail???)

Seorang pedagang gelang menawarkan dagangannya kepada Jalal. Jalal cuek, tapi si pedagang tetep kekeuh mengejar Jalal dan menawarkan kembali gelang-gelangnya.

"Gelangnya, Dek. Ini bagus loh, cocok sama kulit adek yang putih mulus tanpa bulu..hekeke." Goda sang pedagang.

Kesabaran Jalal hampir hilang, untung saja ia tak kalap mata mencabut belati dibalik bajunya, "Woi!!! Dah dibilangin dari tadi gue tuh ga tertarik ama gelang-gelang lo! Masa laki gini ditawarin gelang? Sana pergi...syuh..syuh!" usir Jalal.

Pedagang itu tidak kalah sangarnya, "Lu itu yang nyadar, udah tau laki tapi pakaiannya kek gini?!?" sembari mencak-mencak meninggalkan Jalal.

Jalal baru ngeh kalo sedari tadi tuh dia nyamar jadi banci kaleng. Segera ia menyingkir dari situ sambil menutup kumisnya yang segede sisir kutu dengan dupattanya. Ia celingak celinguk mencari Abdul, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang seraya berpantun ala Jarjit Singh, "dua tiga burung kenari...hai gadis manis ikutlah kemari." Jalal memasang telinga, itu adalah kata password dari Abdul. Mereka pun mengendap-endap berjalan dan berhenti dibelakang kios penjual batu tawas.

"Ente kemane aje, dicariin dari tadi juga," kata Jalal sebal.

"Sori bos...tadi abis keliling-keliling nyari info trus ditengah jalan perut ga bersahabat. Untung aje nemu wartegnya mak Ike. Rasanya bos Endang S. Taurina, top markotop da ah pokoknya. Pa lagi tuh bos, sambelnya nampol sampe ke otak. Curiga pake boncabe level dunia akherat keknya bos," Abdul masih megap-megap bicara efek dari kepedesannya. "trus bos diwarung ntu juga ada krupuk kulit, cuma ga berani makan bos."

"Nape, bro?" tanya Jalal

"Gosipnya bos ~sambil berbisik~, ntu krupuk kulit sisa potongan kulit yang sejengkel dibawah perut onoh." Sambil nunjuk kebawah, Jalal juga ikutan nunduk kebawah dan spontan menutup anunya.

"Dasar semprull!!" Jalal esmosi sambil menjitak kepala Abdul, "berita hoaks gitu lu percaya. Mendingan lu kumpulin nih batu-batu tawas, lumayan ole-ole buat si Rukiyem."

Abdul pun melaporkan bahwa nanti malam akan ada konvoi tandu putri-putri penghuni istana, termasuk Putri Jodha. Jalal sangat excited mendengarnya dan tidak sabar menanti malam. Jalal menyuruh Abdul untuk mempersiapkan baju dalam aksi penyamaran mereka berikutnya.

"Bos mau nyamar pake baju apa ntar malam, nih ada baju badut import langsung dari tanah abang..."

"Haiyyaaaah! Masa baju badut seh bro? Ga keren itu. Kau siapkan saja kostum ultraman lengkap dengan laser penghancurnya, kali aja penyamaran kita terbongkar." Perintah Jalal.

Singkat cerita, malam pun tiba. Berhubung kostum ultraman lupa dibawa sama Abdul, ketinggalan di laundry samping istana Mughal, sementara kostum badut tiba-tiba hilang secara misterius (usut punya usut dicuri sama adeknya Jalal, Dewi Agasshi Bano, buat dipake kerja sampingan di Dufan), akhirnya Jalal memutuskan untuk menyamar sebagai pria bangsawan Rajput....
*Ustadz Maulana pun berkata, Alhamdu...lillaaaaaaaaah*

Dari kejauhan Jalal melihat konvoi tandu putri-putri istana yang diawali dengan kehadiran sepasang ondel-ondel dengan diiringi musik tanjidor. Jalal tersepona dengan kecantikan Putri Jodha yang terpampang nyata, sesuatu yang cetar membahana badai katrina kaif. Kecantikan Jodha telah menghipnotisnya, efeknya seperti dirinya habis menelan satu kontainer cireng opium milik mak Alfi Nurhasanah.

"Subhanalloh...cantik sekali. Mudah-mudahan die ga bau ketek macam si Rukiyem, efek klamaan bergaol ma Hosyiar dia." Doa Jalal dalam hati.

Jalal tidak menyadari kehadiran sepasang mata didepannya yang juga tersepona melihat kecantikan putri kebanggaan bangsa Rajput, dialah Pangeran Suryaban Singh.

Konvoi pun berakhir ditepi danau, satu per satu putri keluar dari tandu. Suryaban berhasil melewati penjagaan super ketat setelah memperlihatkan kartu tanda VVIP kepada penjaga gerbang. Berhubung Jalal ga punya kartu tersebut, maka dengan terpaksa ia berbohong dan ngomong ke penjaga, "Gue jongosnya die." Seraya menunjuk kearah Surya didepannya. Alhasil Jalal pun lolos, bukan karena kepandaiannya ngibul tapi emang tampangnya mirip jongos kecebur empang.

Putri Jodha telah siap melarungkan lilinnya ke danau. Dia teringat pesan dadisa, siapapun bayangan yang dia lihat didalam air kelak akan menjadi takdirnya. Dan Surya berada tepat dibelakang Jodha, sementara Jalal berdiri dibelakang Surya. Tiba-tiba seorang pencopet menubruk Surya hingga ia terjatuh.

"Sori bro..buru-buru kebelet nih." kata pencopet langsung kabur.

Surya meraba-raba sesuatu yang hilang dari kantong celananya, "Buset dah...dompet gue hilang. Kampret!! Maling...maliiiiiiing!" teriaknya sambil terus mengejar pencopet tersebut. Maka hilanglah sudah takdir Surya bersama Jodha...*poor Surya...hiks*

Jalal pun maju berdiri ditempat Surya tadi dan membuat dirinya ter-refleksi-kan di air. Jodha melihat bayangan sesuatu didalam air, namun mendadak angin dan hujan datang mengacaukan semuanya. Orang-orang berlari tunggang langgang mencari tempat berteduh, pun halnya dengan Jodha. Jalal yang masih berdiri ditepi danau juga mencari tempat yang aman, dan tanpa sadar kakinya menginjak sesuatu, dan.....

GUBRAAAKK!!!

Ia terjatuh nyungsep kedepan dan wajahnya mendarat dengan mulus diatas eek sapi.

Didalam tandunya Putri Jodha mencoba mengingat-ingat kembali wajah yang ia lihat didalam air. "Siapakah dia? Apa dia si tukang siomay? Ah..ga mungkin, dia kan mangkalnya didepan dealernya mak Fifi Wicaksono ? Ato tukang sate? Tukang ojek?" Jodha tak berani berspekulasi lagi.

Kembali ke TKP melihat kondisi Jalal yang ngenes bin apes. Wajahnya dipenuhi masker dari alam yang baunya naudzubillah. Ia mencari biang kerok yang telah membuat dirinya terjatuh, dan ternyata adalah sebuah gelang kaki. Ia yakin gelang kaki ini milik Jodha karena ada stikernya yang bertuliskan "punya Jodha" serta sebuah gambar selfie-nya lagi nyium bakiak.

Wajahnya memerah menahan esmosi, dengan penuh kebencian serta mata yang berapi-api ia berteriak, "Jodhaaaaaaaaa.....lu sengaja buang sampah, eh gelang kaki disini biar gue jatuh di eek sapi kan?!!" teriaknya penuh dendam.

Ia pun bersumpah akan menguasai tanah Ameer beserta putri kebanggaan mereka, Putri Jodha. Perang pun akhirnya tak terelakkan lagi, dan tentu saja kekalahan ada dipihak Ameer. Aksi damai pun dilakukan melalui kontrak politik pernikahan Jalal dan Jodha.

And the sweet momentnya adalah......"eng-ing-eng", karena sudah kepincut dengan rasa tempe mendoang dan jengkol gorengnya nya mak ike, akhirnya Jalal pun ikut memboyong mak ike ke istananya di Agra, menjadi salah satu begumnya bergabung dengan para begum gemblung bin somplak di Hareemnya....*aaooooooooo*




THE END

17 Maret 2015

ONESHOOTKde žijí příběhy. Začni objevovat