Part 2

157K 9.3K 103
                                        

Aku bangun pukul empat dan sesegera mungkin menyiapkan sarapan, setelah selesai memasak aku masuk kedalam kamar mandi, aku harus buru - buru.

Sekitar dua puluh menit aku mandi dan memakai kemeja putih setengah lengan juga memakai ankle pants putih milikku.

Aku sudah menyiapkan koper dan menaruhnya di ruang tamu juga sudah menyiapkan tas yang isinya dompet, makeup juga powerbank dan kamera pocket.

Sepertinya aku sudah siap.

Baru saja aku ingin menyendok pasta yang kubuat suara bell terdengar nyaring.

"Ini masih jam setengah lima pagi! Jangan bilang... agh!" Omelku sambil berjalan membuka pintu apartemen.

"Pagi" sapa laki - laki dengan setelan serba hitamnya dari kacamata, kemeja yang dibalut jas santai dan celana bahkan sepatunya.

"Bapak?"

"Ya ini saya" dia membuka kacamatanya.

"Bapak kok bisa tiba - tiba disini?" Tanyaku tanpa ingin membuka pintu lebih lebar.

Dia agak berpikir "Saya rasa saya datang terlalu pagi ya?"

YA MENURUT ANDA? 

Aku mengangguk.

"Kalau begitu mari kita sarapan dulu" ajaknya.

Namun, aku merasa dia mengalihkan pembicaraan.

"Saya sudah buat sarapan" kataku jujur.

"Begitu?"

"Bapak sarapan disini saja, saya buat pastanya cukup banyak" kataku.

Aku mempersilahkan dia masuk lalu mengajaknya ke ruang makan.

Dia memperhatikan apartemenku,

Ya, leo, masih sama, apartemen ini tidak berubah sejak kita pisah 7 tahun yang lalu.

"Apartemenmu bagus"

Aku menelan ludah. 

Mau sampai kapan kamu berakting leo!

"Silahkan duduk pak" aku menaruh piring dan sendok juga gelas didepan orang ini.

"Terimakasih, ngomong - ngomong kamu tinggal sendiri?"

Aku mengangguk sambil menyendok pasta.

"Suamimu?"

"Saya tidak punya" kataku agak malas.

"Memangnya umurmu berapa?"

"Dua puluh tujuh" jawabku.

Dia mengangguk - angguk sambil ikut menyendok pasta.

Kami makan dalam diam. Hal yang bahkan tak pernah terjadi saat kami dulu bersama.

"Bagaimana keadaan Ibumu?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Leo saat aku baru saja meletakan piring kotor ke tempat cuci piring.

"Ibu.. masih dirawat, tapi dia menyuruh saya untuk ikut"

Dia mengangguk "Baiklah kita langsung berangkat saja kalau begitu"

"Ya"

Dia bangkit dan berjalan terlebih dahulu menuju pintu.

------

"Kita sudah sampai" suara yang amat aku kenal membangunkanku.

"Oh?" Aku menatap sekeliling, saat ini kami memang sedang di mobil jemputan menuju hotel. 

Ya, kami sudah sampai di Bali dua puluh menit yang lalu.

"Kamu sudah pernah ke  Bali sebelumnya?" Tanyanya saat kami sudah berada didalam lift.

"Belum, namun ke NTB aku sudah pernah" jawabku, ya kita ke NTB bersama Leo!

Dia mengangguk. 

Lift berhenti di lantai tujuan kami, kami berjalan sambil menyeret koper menyusuri lorong menuju kamar masing - masing.

"Kamar kamu di nomor 41 dan saya 42" jelasnya "Kamu bisa istirahat, pukul sebelas nanti kita harus ke gedung pesta untuk memastikan semuanya beres, lalu kita bisa makan siang bersama"

Aku mengangguk, Leo memberiku kartu kamar hotelku.

Hal yang ingin aku lakukan sekarang adalah tidur. Ya beginilah aku, manusia yang lebih memilih tidur saat seharusnya menikmati pemandangan yang ada.

Perlahan tapi pasti mataku terpejam dan belum lama aku memejamkan mata suara bell dan ketukan pintu membuatku menghela napas, sudah berapa lama aku tidur?

Aku mengecek jam tanganku "Setengah sebelas" gumamku.

SETENGAH SEBELAS!

Aku berlari dengan kekuatan super menuju pintu dan membukanya, melihat siapa orang baik yang membangunkanku.

Ya, dia Leo, dengan tuxedo putihnya, yang membuat dia terlihat berwibawa dan lebih kharismatik.

"Baru bangun?" Tanyanya.

"Maaf pak, saya.."

"Lebih baik kamu segera siap - siap"

"I..iya pak" Aku bimbang, apa dia ingin masuk atau dia ingin menunggu diluar "Bapak.. Silahkan masuk dulu pak, tidak enak jika bapak diluar"

Dia mengangguk kecil. Setelah menutup pintu aku pamit ke kamar sementara dia duduk di kursi meja makan.

Segera aku berlari kekamar mandi, secepat kilat aku mandi, memakai pakaian dan berdandan.

Semuanya sudah selesai, gaun putih  melekat di tubuhku yang tergolong tinggi dan kurus.

"Sudah!" Aku berjalan menghampiri Leo "kita berangkat pak?"

Leo menatapku sekilas lalu mengangguk.

Sebelum aku membuka pintu Leo mencekal tangaku.

"Tunggu" ucapnya dari belakangku, suaranya tepat ditelingaku.

Membuatku agak bergidik dan buru - buru menjauh darinya.

"Itu.. kancingmu.." Dia memegang punggungku dan sepertinya dressku belum semuanya terkancing rapih.

Aku menunggunya membenarkan kancingku dengan sabar, walau rasa deg - degan ku masih ada.

"Sudah" ucapnya.

Aku mengangguk lalu membuka pintu kamar hotel.

-----

"Selamat siang pak" sapa seorang laki - laki berpenampilan seperti bodyguard kepada Leo "Lena sudah menunggu bapak semenjak kemarin, dia ingin bertemu bapak"

"Dimana dia?" Tanya Leo penasaran hal yang tidak pernah aku lihat selama aku bekerja menjadi sekertarisnya.

"Di mobil pak"

Leo menarikku untuk ikut menuju mobil.

Aku bingung, siapa Lena?

Kami masuk kedalam mobil sedan hitam yang hanya terdapat seorang anak kecil yang sedang memainkan boneka - bonekanya.

Dimana perempuan bernama Lena?

Anak itu melihat kami dan seketika senyumnya mengembang.

"DADDYYYY!!!"

Ex-  ComplexWhere stories live. Discover now