#2

17.8K 503 2
                                    

Tak terasa sudah seminggu Aku hidup di kota ini. Aku pun sudah mengafal jalan, lokasi, bahkan angkutan umum apa yang harus dia naik untuk pergi ke suatu tempat. Saat ini Aku telah mendapatkan pekerjaan, sebagai teller di Salah satu Bank Swasta. Kota ini benar-benar membuatku betah. Ya walaupun panasnya itu melebihi panasnya ibu kota. Siang hari di kota ini serasa membakar kulit. Tapi itu pun tak masalah bagiku, aku benar-benar menikatinya. Kota yang jauh dari kata motropolitan, kota yang tidak mengenal kata 'macet', peduduknya pun ramah. Di Jakarta, aku bahkan tak pernah mengenal siapa siapa saja orang yang tinggal satu perumahan dengan ku. Tapi disini? Aku bahkan mengenal mereka semua. Memang benar apa yang di katakan orang-orang sewaktu aku masih tinggal di Jakarta. Kehipuan sosial di Papua benar benar terasa hidup. Apa lagi melihat pemuda pemudanya, dari kulit coklat yang terbakar matahari sampai hitam pekat. Yang seperti itulah tipe yang nikmat untuk di santap, terlihat sangat maskulin dan laki banget. Tapi bahkan setelah tinggal 1 minggu disini, hanya kepuasan mata yg ku dapatkan, rasa lapar akan menghisap kejantan pria belum juga tersalurkan. Tapi yasudahlah nanti juga pasti  akan ku dapatkan.

1 bulan pun berlalu begitu cepat. Nyaman, itu yang kurasakan.

"Val, aku pulang duluan yaa, Videl sudah di depan gor nunggu saya" pamit Rania padaku, saat ini aku dan Rania baru saja selesai bermain badminton. Rania adalah teman seprofesiku di kantor, perempuan berdarah Manado itu sangatlah cantik menurutku, di tunjang dengan penampilan dan body nya yang bisa membuat pria normal mana saja takkan berkedip melihatnya. Cuma satu yang membuatku merasa lucu akan dirinya, di usianya yang menginjak 24 tahun, Rania memacari anak di bawah umur. Bayangkan saja, Videl pacar Rania itu baru menduduki kelas 3 SMP alias baru berumur 14 tahun. Apa enggak sableng otak anak itu? Videl dan Rania sudah menjalin kasih 1 tahun lamanya. Bahkan Rania bercerita padaku, bahwa dia lah yang telah merenggut keperjakaan Videl. Aku masih ingat dengan jelas kata kata Rania waktu bercerita padaku 'Duh Val, umur dia boleh muda, badan dia boleh kecil, tapi gilaaa kontolnya itu loh dahsyat, tahan lama pula, sekali muncrat udah kayak keran air, buanyak amat spermanya'. Aku pun jujur ada rasa tertarik sama pacar temanku yang supel ini. Menurutku Videl untuk ukuran anak seusia dia, anaknya ganteng, maskulin, kalau senyum bikin mata segar, dadanya bidang perutnya rata, walau terbilang kurus dan kecil sih anaknya tapi so far, membangkitkan naluri gayku untuk mencicipi kejantanannya. Di tambah cerita Rania mengenai perkakas Videl yang luar biasa, aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk bisa mencicipi kejantanan Videl. 'Tunggu dan lihat saja' batinku. Setelah kepergian Reina aku pun bersiap siap untuk pulang kerumah. Saat aku berjalan ke arah gerbang keluar gor, melewati lapangan futsal mataku melihat sesuatu yang indah, jantungku berpacu dengan cepat, di sana, didalam lapangan futsal, ada dua manusia berjenis kelamin pria yang sangat mengusik indera penglihatan ku. Aku pun berhenti sejenak, memperhatikan dengan seksama. Dari 10 orang pria yang sedang bermain futsal disitu, mataku hanya tertuju memperhatika dengan seksama 2 laki laki yang bermain futsal hanya dengan menggunakan celana bola saja, mempertontonkan betapa indahnya bentuk tubuh mereka yang di balut dengan kuncuran keringat yang terlihat amat sangat menggiurkan. Dada yang bidang, six pack yang tercetak jelas, lengan yang kecil tapi terlihat kuat dan berotot dan di tambah warna kulitnya yang makin menambah nilai plus dimataku ini, coklat kehitam hitaman akibat terbakar matahari. Bisa di pastikan kalau pekerjaan mereka berdua adalah pekerjaan kasar dan berar. Mataku tak ingin berpindah, ingin rasanya lidah ku menari nari membersihkan tubuh mereka berdua dari keringat yang berkucuran. Ku taksir sepertinya kedua laki laki itu berumur antara 20-25 tahun. Masih diposisi yang sama aku pun membayaljan niatku untuk pulang kerumah. Pemandangan seperti ini tidak boleh di lewatin. Akupun duduk di bangku penonton.

"Angga, gantian sama saya" teriak salah satu laki laki yang ku tebak mungkin ingin bergantian main dengan laki laki yang bernama 'Angga'. Setelah laki laki yang barusan berteriak memasuki lapangan, salah satu dari 2 laki laki yang menyita perhatianku pun keluar bergantian dengan temanya.

'Oh jadi yang itu namanya Angga' batinku, akupun langsung menghafal namanya dalam hati.

Kurang lebih 25 menit aku menonton mereka, dari itu aku mendapatkan informasi kalau laki lai yang satunya bernama Andre. Dan ternyata Andre dan angga itu kakak beradik kandung.

BERSAMBUNG !

THEY (BxB)Where stories live. Discover now