Your Voice (2/3)

1.3K 149 23
                                    

" Aku tidak tahu harus menceritakan ini padamu atau tidak. Tapi, ah sudahlah—" Jinhwan memberi jeda. "—Hanbin tidak bisa berbicara ,"

Kedua manik kembar milik Jiwon nyaris saja melompat keluar dari rongga matanya. " Huh ?!"

Alasan mengapa Hanbin tidak pernah membalas perkataannya sepanjang hari, alasan mengapa Hanbin membawa notebook kemanapun ia pergi, adalah karena ia tidak bisa bicara ?

Jinhwan menghela nafas pelan, " Atau mungkin lebih tepatnya ia tidak ingin berbicara lagi ,"

Wajah Jiwon tertekuk dalam, " Kenapa ?"

" Kurang lebih dua tahun yang lalu, kekasih Hanbin—Jung Chanwoo—meninggal karena kecelakaan, tepat di depan matanya sendiri ," Ujar Jinhwan. " Hanbin sempat merasa frustasi, dan beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Namun selalu berhasil kugagalkan ,"

" Lalu bagaimana reaksi orang tuanya mengetahui anaknya—"

Belum sempat Jiwon menyelesaikan kalimatnya, Jinhwan memotongnya dengan sengaja, " Ayahnya menceraikan ibunya sejak ia berumur 4 tahun. Dan saat Hanbin berumur 14 tahun ibunya meninggal karena sakit ,"

" Astaga ," Jiwon bergumam pelan.

" Sebelum ibunya meninggal, ibunya menitipkan Hanbin pada ibuku. Ibuku sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri, dan akupun menganggapnya adikku. Setelah semua yang dilaluinya, ia memang bukan orang yang mudah membuka hatinya pada orang lain. Terlebih saat Chanwoo meninggal dunia. Ia benar-benar merasa tertekan. Berminggu-minggu ia sama sekali tidak berbicara, namun siapa sangka hal itu berlanjut hingga sekarang ,"

Jiwon terdiam, lebih tepatnya tidak tahu harus mengatakan apa.

" Aku sudah berulang kali mencoba untuk membangkitkan semangat hidupnya. Bahkan aku sempat menjodohkannya dengan beberapa orang, namun mereka berakhir naas. Aku jadi merasa bersalah ," Jinhwan tertawa hambar.

Penjelasan Jinhwan mengingatkannya akan sesuatu...

" Hyung, um—sebenarnya—" Jiwon mengusap tengkuknya gugup. Sebenarnya ia sangat ingin memberitahukan masalahnya dengan Hanbin, tapi entahlah, ia benar-benar merasa ragu. " Um—bagaimana mengatakannya ya—"

" Katakanlah ," Ucap Jinhwan tenang. Entah mengapa hyung-nya yang satu ini benar-benar bisa membuat orang lain mengikuti perkataannya. Jiwon merasa kegugupannya lenyap seketika.

" Sebenarnya selama beberapa minggu terakhir aku selalu memperhatikan Hanbin. Awalnya aku tidak sengaja bertemu dengannya di café Te Amo, dia selalu berada di sana, duduk di tempat yang sama. Dan sejak saat itu aku juga jadi sering datang ke café itu. Aku sama sekali tidak menyangka ia adalah sepupumu ,"

Jinhwan menyipitkan kedua matanya, " Oh jadi karena itu kau membolos mata kuliah kesenian ?"

" Ya begitulah ," Jiwon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Namun ia segera menyadari kesalahan fatal yang baru saja ia lakukan ketika ia mendapati hyungnya melemparkan senyum yang sulit diartikan padanya. " Ta—tapi bukan hanya i—itu alasannya ! A-aku sudah bosan dengan—"

" Jangan berbohong padaku Kim Jiwon. Kau tahu aku punya mata batin ," Jinhwan mengerling, nyaris saja membuat Jiwon tersedak air liurnya sendiri.

Jinhwan menangkap sebuah semburat merah mewarnai pipi Jiwon. Ia hanya tertawa dalam diam. Tidak menyangka bahwa adik kesayangannya bisa juga merasa malu. " Kau seperti remaja perempuan yang sedang membicarakan pria idamannya ,"

" Kau gila ?! Aku ini pria tahu !" Jiwon mencibil, membuat Jinhwan menarik kedua belah pipi Jiwon tanpa belas kasihan.

" Hyung ! Sakit tahu !"

Kiss The Rain | Double BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang