"Ini bunga dari siapa?" tanya Gadhra.

"Oh itu," Via menyandarkan tubuhnya. "Dari Dio."

"Lah dia kan ganteng ya," kata Gadhra.

"Emang."

Mendengar respon Via, kedua bola mata Gadhra langsung membesar, tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja dikeluarkan dari perempuan yang duduk di sampingnya. Ia dapat merasakan panas seakan mengalir ke seluruh tubuhnya, yang membuat nafasnya menjadi susah di atur.

Gadhra menggerakkan badannya mendekati Via, kepalanya bergerak mendekati kepala Via yang membuat perempuan itu sedikit salah tingkah, kedua matanya menatap Via sebal.

"Udah gitu doang?" tanya Gadhra.

Via yang bingung dengan perkataan laki-laki yang duduk di sebelah kirinya, menolehkan pandangannya ke arah lain, perempuan itu sedang berusaha menetralkan detak jantungnya yang kelewat batas.

"Udah apanya?" tanya Via.

"Lo dikasih bunga sama orang, terus lo biasa aja gitu?" tanya Gadhra. "Yang di sini panas Mbak!"

Sontak Via benar-benar tertawa sangat kencang setelah mendengar ucapan Gadhra, membuat laki-laki itu benar-benar kesal.

"Jangan bilang lo ngiranya itu bunga buat gue?"

"Lah ini—,"

"Itu dari Dio buat Tahira, Dhra." Via memotong perkataan Gadhra diiringi dengan tawanya yang kencang.

Jono yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan kedua lovey dovey di depannya itu langsung tertawa kencang sambil menempeleng kepala Gadhra.

"Ga ada juga woy yang berani deketin Via," kata Jono sambil tertawa. "Piaraannya galak banget gini."

Perkataan Jono sukses membuat tawa Via semakin kencang. Air mata yang mengalir dari sebelah kanan matanya membuat tangan perempuan itu bergerak menghapusnya. Mungkin pagi ini tawanya terlalu berlebihan.

"Heh botak!" Gadhra menghadap ke belakang melihat Jono yang masih tertawa karena kesalahan Gadhra.

"Cabut deh lo sana buruan! Sebelum gue naik darah."

Jono yang memang ingin ke toilet langsung berdiri dari kursinya, sebelum mendapatkan pelajaran yang tidak diharapkan dari Gadhra.

"Gue beliin Wak Doyok lu!" kata Gadhra saat Jono baru saja melewati kursinya.

Tawa Via semakin kencang setelah mendengar perkataan Gadhra barusan.

"Wak Doyok anjir," katanya sambil menghapus air mata di pipinya.

Via menyadari saat ini Gadhra masih meliriknya dengan sebal, atau malu lebih tepatnya. Gadis itu langsung menghentikan tawanya, tangannya bergerak menggenggam erat tangan Gadhra yang masih memegang ponsel miliknya, berusaha menyalurkan secercah ketenangan kepada laki-laki di sampingnya.

"Gue seneng lo cemburu," kata Via. "Itu berarti lo emang sayang sama gue."

"Lo masih perlu bukti segimana sayangnya gue?"

Selang beberapa detik kemudian, kedua bola mata Gadhra bergerak memperhatikan sekitar. Memastikan kelas tidak terlalu ramai sebelum ia merangkul Via, menarik perempuan itu untuk mendekatinya, tanpa menyadari bahwa jarak mereka yang sangat dekat saat itu membuat Via tidak dapat mengontrol detak jantungnya.

"I am truly, madly, crazy, deeply, in love with you Thivia." bisik Gadhra. "You make me.... Really addicted."

****

T R A P P E DOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz