Episode 1 - Dunia Xentåura

62 4 0
                                    

Xentåura, sebuah dunia yang indah, menampilkan kota masa depan. Bangunan-bangunan megah yang menjulang tinggi ke langit menunjukkan sebuah bukti jika peradaban manusia di era ini sudah mampu berinovasi dan menciptakan teknologi mutakhir. North-Xentåura—kota bagian utara—adalah kota yang paling maju jika dibandingkan dengan kota-kota lain, seperti West-Xentåura, East-Xentåura, dan South-Xentåura. Di North-Xentåura, penduduknya sudah mampu mengelompokkan wilayah perkotaan dan pedesaan.

~o0o~

North-Xentåura, 22 April 2960.

Di sebuah hutan, terlihat ada Nico dan Jenson yang sedang berburu binatang. Beberapa persenjataan pendukung sudah dipersiapkan, termasuk pakaian yang dikenakan.

Nico fokus membidik seekor tupai. "Jenson, apakah senapan buatan Daniel sudah kau bawa?"–dia memasang kuda-kuda–"wuih ... kau lihat itu tadi?"

Sambil mengamati, Jenson tidak puas dengan tembakan Nico. "Bidikanmu itu sangat payah, Nico!"

Tak mau kalah, Jenson akan mencoba beradu kemampuan dengannya. "Nico, lihatlah aksiku ini!"–matanya fokus membidik–"wah ... hampir saja kena."

"Itu sama saja, kita sama-sama senasib." Nico membalas dengan tawa kecil.

Jenson menurunkan senapan-nya. "Baiklah, untuk menembak seekor tupai memang meleset,"–matanya menatap Nico–"tapi ... aku tidak pernah meleset kalau menembak seorang wanita."

Ucapannya Jenson membuat Nico ingin tertawa, namun dia mencoba menahannya sebisa mungkin. "Jenson, apa aku tidak salah dengar?"–telapak tangannya menutup bibir–"ini berhasil kau terapkan kepada Jessica Michibata, ya? Haha."

Wajah Jenson memerah. "Ya ampun ... Nico, kau?"

"Jen, akui sajalah,"–Nico menepuk pundak Jenson–"kita bicara blak-blakan saja. Haha."

Jenson hanya membalas candaan Nico dengan raut wajah cemberut, pandangannya teralihkan ke langit.

Di sela-sela tawa antara Nico dan Jenson, sebuah suara aneh terdengar tidak jauh dari posisi mereka saat itu. Suara mengaum seperti harimau terdengar sangat jelas. Nico mengarahkan senapannya ke sumber suara sedangkan Jenson mengambil selongsong peluru.

Nico berjalan maju. "Bersiap—"

"Huh ...." Jenson menjaga jarak dengan Nico, tatapan matanya mengarah ke kiri dan ke kanan, bahkan ke belakang.

"Dia semakin mendekat." Nico terus berjalan perlahan.

Tiba-tiba ....

"Aaaaa ...." Sebuah teriakan ketakutan seseorang terdengar. Tanpa diduga sebelumnya, suara mengaum tersebut bukanlah suara binatang buas, melainkan suara dering ponsel.

Nico dan Jenson terkejut melihat temannya berada di hadapan mereka. "Sebastian, apa yang sedang kau lakukan di tempat ini?"–Nico menurunkan senapan-nya–"kau membuat kami berdua kaget!"

Jenson menghela napas panjang. "Huh ... hampir saja aku melepaskan tembakan."

Sebastian menunjukkan ponselnya. "Lihatlah! Ini suara nada SMS ponselku."

Nico merangkul Jenson dan Sebastian. Dia mengajak keduanya untuk pulang. "Hampir saja aku dan Jenson berprasangka buruk perihal suara harimau tadi."

Light in the DarkWhere stories live. Discover now