Infinity (chapter 1)

4.2K 217 4
                                    

     Bulan menyembul sekilas diantara awan. Tak ada cahaya sedikitpun, hitam pekat menyelimuti sekelilingnya. Tubuhnya bergetar merasa takut. Air mata telah bergantung di sudut matanya, bersiap mengalir di ujung pertahanannya. Isakan tangisnya perlahan terdengar membisik malam. dadanya terasa sesak nyaris lupa untuk bernafas. rasa takut telah bersarang pada tubuhnya. Ia memilih menutup mata rapat-rapat agar rasa takut itu memudar. Tak ia sangka. Setitik cahaya menyisip dari sela matanya yang tak tertutup rapat. Reflek tanpa berpikir panjang, mata indah itu telah melotot tak percaya. Menatap apa yang ada dihadapannya.

" ... " air mata itu akhirnya mengalir. Membasahi pipinya yang lembut nan putih. Tetapi tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Gadis itu hanya diam, dan juga.. terpana.

     Seorang pria muncul dari kegelapan. Tangannya memegang sebuah senter yang tengah ia arahkan tepat ke wajah gadis itu. Tidak ada reaksi apapun dari gadis itu, walau kini cahaya menyilaukan menyinari wajahnya. Yang jelas, pria itu dapat melihat air mata yang membasahi wajahnya. Merasa lega karena mengetahui bahwa gadis itu baik-baik saja. Ia mengurangi tingkat pencahayaan dan mengarahkan senter ke tanah. Sembari menghela nafas dengan lega, ia melangkah mendekati gadis itu, yang tidak sekalipun melepaskan pandangan darinya.

" Kau baik-baik saja? " suara itu seakan merasuki tubuhnya, menciptakan kehangatan yang membuatnya merasa nyaman. Sadar atau tidak, gadis itu mengangguk pelan. " baiklah jika begitu. " tanpa penjelasan apapun, pria itu melangkah pergi. Tentu kepergiannya dengan cepat menyadarkan gadis itu yang sedari tadi terus diam tak jelas.

" Jamkamannyo! " teriaknya diluar kendali. Sukses membuat langkah pria itu terhenti dan berbalik guna menatapnya. Mata itu membuat jantungnya berdegup hebat hingga membuatnya sulit mengontrol diri. " khajima..(jangan pergi) " pinta gadis itu dengan suaranya yang bergetar.

" ... " tidak menjawabnya, pria itu hanya memperlihatkan senyuman seadanya.

" Hoh, kau tersenyum seperti itu lagi. Sangat manis. " gumam gadis itu dalam hati.

" Sudah saatnya kau bangun dari tidurmu. Kau akan terlambat untuk kuliah.. " kata pria itu tanpa ekspresi. Suaranya terdengar malas namun tersirat perhatian tulus didalamnya.

" Mwo? " mendengar kata 'bangun' membuat gadis itu merasa dunia disekelilingnya berputar hebat. Ia merasa sesuatu menariknya dari sana. Wajah itu memudar hingga benar-benar tak terlihat. Matanya tertutup rapat dan sulit untuk ia buka. Seluruh tubuhnya berusaha untuk sadarkan diri. Hingga disaat terdengar sebuah bunyi yang luar biasa kuat. gadis itu pun berhasil membuka matanya. Bunyi itu adalah bunyi alarmnya.

" Ehei.. Setelah setengah jam lamanya alarm ini berdering, kau baru bangun? " kata seorang pria yang tengah mengepel lantai kamarnya. " hoh, oh tuan putri, cepatlah kau bangun, mandi, sarapan, dan setelah itu berangkat kuliah. Aku sudah menyiapkan mobil. " tambah pria itu yang terus terlihat sibuk dengan lantai dan kain pelnya.

" Oppa, tadi kau bilang apa? Setengah jam? Alarmku berdering selama setengah jam dan aku tidak juga bangun dari tidurku? " tak percaya dengan apa yang pria itu katakan kepadanya.

" Omo, yak, jangan bilang kalau kau memimpikan pria itu lagi? " dengan mengacak pinggang, menatap gadis itu malas. " Yoona-a, sudah berapa kali aku katakan. Itu hanya mimpi, bunga tidurmu. Kau tidak perlu menanggapi itu dengan serius. " dirinya tidak dihiraukan untuk yang kesekian kalinya. gadis itu memaksa bangkit dari kasurnya. Melangkah malas menuju kamar mandi.

" Oppa, kau antar aku. Pagi ini aku malas menyetir. " ucapnya setengah menguap.

" Jinja? Yak! kau serius kan? " wajahnya berbinar akan kemenangan.

" Hemm.. " seru gadis itu yang tengah menggosok gigi.

" Wahh.. Nomu nomu gomawo Yoona-a.. " tak lagi mengepel. Ia malah menari bersama kain pel. Bernyanyi asal yang dipastikan akan membuat siapapun merasa mual.

Infinity (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang