Chapter 1

6.6K 508 97
                                    

Barbara Palvin as Aqueena Naura Malik. Enjoy!

"Baiklah, saya kira pertemuan kita cukup sampai disini. Sampai ketemu lagi minggu depan dan jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang saya berikan. Selamat siang." Prof. Smith, dosen yang mengajar, segera mengambil tas yang terletak di meja dan meninggalkan ruangan. Begitu pula para mahasiswa lainnya.

"Queen, apa kau mau langsung pulang?" Itu suara Bella. Aku membereskan beberapa buku dan memasukkannya ke dalam tas lalu beranjak pergi.

"Tidak, aku tidak membawa sepedaku. Lagi pula kita masih punya satu mata kuliah lagi, Bells." Kami berjalan beriringan hingga ke depan kelas dan tebak siapa yang sudah menunggu kami di depan pintu?

"Calum? Tumben sekali kau menunggu kami di sini." ujarku. Ia menggaruk tengkuknya lalu menyengir.

"Kelasku sudah selesai satu jam yang lalu dan aku tidak tahu harus kemana." Pria bernama panjang Calum Hood ini mensejajarkan tubuhnya dengan kami yang berjalan mendahuluinya.

"Hey, kita mau kemana? Kelas masih dimulai empat jam lagi." Bella mengingatkan. Ah, betul.

Aku memandang Calum dan Bella bergantian. "Bagaimana kalau kita ke flat Calum?" Pun mereka mengangguk dan sejurus kemudian kami melesat ke flat milik Calum yang tidak terlalu jauh dari kampus.

Hanya dengan berjalan kaki kami sudah bisa sampai dalam beberapa menit saja. Saat melihat sofa aku langsung merebahkan tubuhku disana.

"Queen, apa kakakkmu sudah punya pacar?" tanya Bella seraya duduk di sofa yang bersebrangan denganku.

"Belum, kenapa? Kau ingin daftar menjadi kekasihnya?"

"Ya, jika kau menyetujuinya," Perkataannya membuatku memutar kedua bola mataku. "Calum, apa kau sudah melihat kakakknya Queen? Dia sangat tampan, tapi aku heran kenapa kau berbeda dengan kakakmu," lanjutnya lagi.

"Jadi menurutmu aku jelek, begitu?" Calum yang berada di dapur tertawa puas seakan ia menyetujui perkataan Bella.

"Tidak, bukan begitu. Hanya saja wajah kalian sangat tidak mirip. Zayn berparas ketimuran sedangkan kau tidak." jelas Bella.

Aku menghela napas. Selalu saja aku mendengar kata-kata seperti itu jika seseorang mengetahui kalau aku dan Zayn adalah adik-kakak. Well, yang dikatakan Bella benar. Dad dan Zayn berwajah ketimuran sedangkan aku tidak sama sekali. Aneh memang.

Hampir semua temanku di Amerika selalu berkata begitu. Dad bilang kalau aku lebih banyak mendapat gen dari Mom.
Ah, Dad. Aku jadi merindukannya. Setelah kematiannya kami jadi harus pindah ke London, tempat dimana dulu Mom tinggal. Ini adalah bulan keduaku menetap di kota Big Ben, sejauh ini London tidak terlalu berbeda dengan kehidupan di Amerika.

Calum menghampiri kami dengan tiga kaleng soda di tangannya. Melihat itu, membuatku tersadar kalau perutku belum terisi apapun sedari tadi.

"Calum, apa kau punya makanan? Aku lapar."

Calum mendengus jengkel, lalu dengan terpaksa ia mengarahkan dagunya ke arah kulkas. "Kau selalu saja menghabiskan makananku."

Aku tersenyum bahagia kemudian berjalan mengikuti arah dagunya, "Kau selalu saja memberiku makanan meskipun aku menghabiskannya."

Tanganku mengambil sekotak sereal dan susu lalu menuangkannya di mangkuk. Setelah itu aku kembali ke ruang tengah. Ku lihat Bella sangat serius memainkan ponselnya. Calum? Seperti biasa ia memainkan Playstation kesayangannya.

Ini merupakan bagian dari rutinitas harianku selama di London. Selain kuliah dan mampir ke tempat Mom bekerja, aku selalu menghabiskan waktu bersama mereka.

Empty // HARBARA [Completed]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ