Kembali ke Awal

13 1 0
                                    

Angin yang dingin meniup-niup rambutku. Malam ini, tanggal 25 November, menjadi malam yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Malam ini, hidupku mungkin akan berubah untuk selamanya.

Dua jam sebelumnya...

Baru saja aku menikmati apa yang namanya kasur setelah seharian kuliah, handphone-ku berbunyi. Dengan sangat malas aku mengambilnya dari meja di samping kasur. Ada sebuah pesan teks yang masuk dan saat membaca pengirimnya, hatiku berdegup kencang.

Pesan itu dari James. Dia adalah seniorku di universitas dan dia cowok yang aku sukai sejak setahun yang lalu saat aku masih menjadi salah satu dari mahasiswa baru di universitasku. Seketika saja rasa capekku hilang disaat membaca pesan darinya.

Temui aku di danau malam ini

Isi pesan yang sangat singkat tetapi membuat seluruh duniaku jungkir balik, jantungku berdetak kencang, dan aku megap-megap mencari udara karena tidak bisa bernapas. Fase selanjutnya setelah pesan tersebut yaitu aku menjadi seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri dan berteriak-teriak girang.

Setelah itu, aku dengan sibuknya mencari pakaian yang akan aku kenakan. Membongkar seluruh lemariku untuk menemukan baju terbaik. Aku akhirnya memilih kemeja berwarna biru dongker dengan celana jins gelap dan mantel hitam kesayanganku yang selalu aku pakai akhir-akhir ini karena cuaca semakin hari semakin dingin. Tidak lupa aku memakai sedikit make up dan pukul 6 tepat, aku berangkat dengan mobilku.

Danau yang dimaksud James di pesan tersebut yaitu danau yang berada di kampus kami. Sesampainya di danau, suasana begitu sepi. Tidak ada satu orang pun yang berada disini. Mungkin karena hari sudah gelap dan cuaca saat ini benar-benar dingin. Satu langkah kakiku keluar dari mobil, angin dingin langsung menerpaku tanpa ampun. Aku merapatkan mantel dan berjalan melawan angin ke arah danau.

James belum datang. Seperti yang sudah kuduga. Dia adalah salah satu dari sekian banyak orang yang aku kenal yang sangat susah sekali datang tepat waktu. Biasanya aku akan mengomel dengan orang-orang yang bersifat seperti itu, tetapi kali ini aku sangat bersyukur. Setidaknya aku masih punya waktu untuk mengatur detak jantungku yang tak karuan ini sebelum bertemu dengannya, walaupun saat aku akan bertemu dengannya nanti detak jantungku akan berdetak lebih kencang lagi.

Aku duduk di pinggir danau sembari melihat airnya berwarna hitam karena kegelapan malam. Tidak ada bulan malam ini karena tertutupi awan-awan tebal yang terhampar luas di langit. Mungkin sudah hampir lima belas menit aku memandangi air danau yang tenang, saat aku mendengar mesin motor dimatikan dan aku tahu persis siapa pemilik motor itu. Tanpa sadar aku pun berbalik dan menatap langsung si pemilik motor yang sedang membuka helm.

Tangannya dengan sibuk merapikan rambut hitamnya yang sedikit acak-acakan karena helm. Setelah selesai dengan sesi membetulkan rambut, ia melihatku dan tersenyum. Senyuman yang sangat manis hingga mengalihkan seluruh duniaku. Dengan santainya ia berjalan ke arahku, dan semakin dekat langkahnya kepadaku, jantungku berdetak semakin cepat hingga rasanya akan melompat keluar dari rongga dadaku.

"Maaf membuatmu menunggu." katanya dengan suara terlembut yang pernah aku dengar.

Jantungku yang tak karuan membuatku sangat sulit untuk berbicara. Sembari menelan ludah, aku pun berkata, "Tidak apa-apa, James. Aku juga belum lama disini."

"Mengapa kamu selalu bersikap seperti itu jika aku berbicara padamu?" tanya James dengan penasaran.

Rasanya aku ingin mengatakan dia sangat bodoh karena tidak menyadari itu semua karena dia, tetapi kata-kata yang dapat keluar dari bibirku hanyalah, "Tidak seperti itu kok. Aku rasa tidak." sambil tersipu malu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The One To RememberWhere stories live. Discover now