Eps. 1

38 4 2
                                    

Gita's POV

Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pundakku dan mengagetkanku. Sontak aku bahkan hampir seisi kelas terkejut mendengarnya, sedangkan sosok itu hanya tertawa terbahak-bahak mengejekku. Bingung aku melihat tingkahnya. "Apakah ia sekedar mencari perhatian?" tanyaku dalam hati. Kemudian tanpa menghiraukannya, aku pun berniat untuk meninggalkan kelas. Namun langkahku terhenti ketika dia langsung menjulurkan tangannya di hadapanku.
"Aston", katanya sambil tersenyum.
Mau tak mau aku pun membalasnya "Gita", dengan senyum dikulum.

Author's POV
     Ada suka maupun duka. Terdengar tawa juga tangisan. Terkadang bercanda, terkadang juga serius. Ya, begitulah suasana saat memasuki sekolah baru. Seperti warna-warna bila dicampurkan akan menghasilkan warna yang cerah dan gelap, tergantung bagaimana warna asalnya. Seperti warna warni kehidupan, terkadang berjalan mulus dan terkadang berkelok-kelok. Inilah masa putih abu-abu yang tentu berbeda dari jenjang-jenjang sebelumnya. Masa dimana seseorang belajar dan dituntut untuk menjadi dewasa. Dewasa dalam hal berpikir, bertindak, dan bersikap.
     Gita tidak seperti teman-temannya yang lain. Ketika mereka tertawa, Ia hanya diam. Ia seperti kehilangan saraf untuk tertawa, bahkan tersenyum sekalipun. Jelas sekali, Gita adalah tipe cewek yang tidak banyak bicara. Ia memiliki wajah yang mungil dengan rambut sebahu, mata cerah dengan bola mata yang besar dan bulu mata lentik, hidung mancung, serta bibir elok dengan senyum nan menawan.
     Sayangnya, senyum tak  pernah lagi menghiasi wajahnya sejak adik perempuannya, Indira yang masih berumur 11 tahun pergi meninggalkannya saat berusia 13 tahun karena mengidap penyakit kanker otak.
     Wajar saja Gita belum memiliki teman. Bahkan Ia belum tentu mengenal orang yang mengenalnya sekalipun.
     Padahal teman-teman sekelas Gita unik dan beragam watak serta karakternya. Ada yang suka melawak, ada yang suka usil, ada yang emosian, ada yang moody, ada yang sok keren, bahkan ada yang omongannya suka ngelantur.Adapun logatnya sangat kental dengan suku masing-masing, seperti jawa, betawi, sunda, batak, nias, dan ambon. Namun ada juga yang gaul, bahkan sok gaul. Makanya suasana kelas seperti kapal pecah terutama saat tak ada guru yang memantau.

Thanks for reading. Ini karya pertamaku, jadi masih banyak kekurangan. So, butuh vote and comment. Jangan copas yaa.. !!
♡♥♡♥♥♡
#lop_yu_all

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hatiku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang