Prolog

340K 10.6K 360
                                    

Oke! Jam 8 teng! Bismillah ....

Kenapa aku deg-degan mau repost ini cerita. Haha.

Ampun ya kalau ceritanya ancur. Namanya juga cerita pertama. Masih banyak kekurangan.

Sekedar ngasih tahu aja. Perbabnya tidak panjang seperti My Lady atau LOTB ya. Palingan cuma 1000-2000 kata. Kenapa nggak dijadiin satu bab aja? Soalnya ini udah settingan buat aku kirim ke penerbit kemarin. Tapi nggak jadi karena nggak pede hahahaha. Terus aku males deh ngubahnya lagi. Makanya jadi beranak pinak babnya. wkwkwkwk

Harap dimaklumi yeee

Silahkan dinikmati ....


--



REVAN

Pemberhentian berikutnya, Shelter Bundaran Senayan

Aku segera bersiap di depan pintu begitu mendengar pengumuman otomatis di dalam bis Trans Jakarta. Kuperhatikan seluruh isi bis yang padat oleh para penumpang. Sebagian bersiap turun dan sebagian lagi tetap duduk ataupun berdiri, bergeming karena pemberhentian yang masih jauh.

Di jam pulang kantor ataupun masuk kantor, bis Trans Jakarta jurusan Blok M – Kota ini pasti akan selalu padat. Karena rutenya yang melewati daerah perkantoran di pusat bisnis kota Jakarta, Thamrin-Sudirman-Senayan. Karena itu kebanyakan penumpangnya adalah para pekerja dengan penampilan rapi khas perkantoran elit. Dengan dandanan mereka yang modis dan wajah-wajah yang sebagian besar rupawan.

Bis melambatkan lajunya saat mendekati shelter Bundaran Senayan. Saat bis sepenuhnya berhenti, aku pun bergerak ke samping bersamaan dengan pintu bis yang membuka. Memberi jalan penumpang, yang sudah mulai bergerak, untuk keluar dari dalam bis.

"Tolong beri kesempatan untuk yang keluar dulu ya!" kataku tegas dan lantang saat melihat antrian penumpang yang akan menaiki bis di shelter Bundaran Senayan sudah sangat padat.

Namun, bukannya memberi jalan, mereka malah memaksa masuk. Padahal penumpang di dalam bis yang ingin turun, masih belum semuanya keluar.

"Maaf, Mbak. Sabar dulu ya!" ucapku sekali lagi sambil merentangkan tangan, menghalangi penumpang yang sudah ingin masuk. "Biar yang lain keluar dulu," lanjutku yang membuat mereka pun berhenti mencoba masuk dan membiarkan yang lain keluar dari bis. Akhirnya, penumpang pun bisa bergerak dengan tertib.

Perkenalkan, namaku Revan dan aku bekerja sebagai Satgas Pengamanan di dalam bis Trans Jakarta. Pekerjaan yang baru kegeluti sebulan ini. Mungkin bagi beberapa orang menjadi petugas Trans Jakarta bukan lah pekerjaan yang bisa dibanggakan seperti menjadi pegawai negri atau bekerja di perusahaan swasta. Namun, bukan berarti pekerjaan ini tidak penting.

Kami bertugas untuk menjaga ketertiban penumpang saat naik dan turun bis. Juga menjaga keamanan dan kenyaman seluruh penumpang yang menggunakan fasilitas yang dikelola negara ini.

Selain itu, menjadi petugas bis Trans Jakarta selama sebulan ini membuatku belajar bagaimana menghadapi spesies bernama MANUSIA.

Dari yang sopan dan mau mengikuti peraturan, hingga orang-orang yang tidak tahu diri dan tidak punya malu. Aku sadar, walaupun terlihat seperti pekerjaan sepele, apa yang aku lakukan saat ini bukanlah hal mudah. Aku harus ekstra sabar dan pengertian menghadapi semua orang dengan tetap memasang wajah penuh senyumanku dan berlaku sopan.

Begitu penumpang yang keluar dari bis habis, penumpang yang sudah antri pun langsung masuk ke dalam bis dengan saling mendorong. Aku mendecakkan lidah, jengah melihat mereka yang begitu tidak sabar dan tidak bisa teratur. Padahal mereka bekerja di daerah perkantoran yang elit, yang seharusnya memiliki latar pendidikan yang tinggi. Tapi tetap saja kebiasaan orang-orang ini tidak mencerminkan penampilan modis dan high class mereka. Mereka masih bersikap seenaknya saja. Sangat disayangkan sekali.

[1] Black Pearl [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now