2. It's me

261K 19.4K 1.5K
                                    


Sebuah bayangan keluar dari dalam patung dan perlahan terlihat nyata. Kedua sayapnya berkembang dan segera menyambar tubuh gadis yang akan terjatuh. Ditangkap dan dibawanya gadis itu terbang. Hingga tiba di sebuah telaga indah dengan air terjun yang terlihat asri.

Diletakkan kepala gadis itu di pangkuannya. Perlahan kedua sayap itu pun menghilang. Di perhatikan wajah gadis di pangkuannya dan menyentuh luka di keningnya. Perlahan luka itu sembuh dan sirna.

"Terima kasih telah melepaskan kutukan dan segel yang mengurungku," ucapnya pelan. "Bangunlah, aku ingin melihat kedua matamu."

Ellina merasakan sebuah tangan membelai wajahnya pelan. Dengan pelan Ellina mencoba membuka kedua matanya. Hal pertama yang Ellina rasakan adalah silau. Setelahnya Ellina membulatkan mata  tak percaya.

Bagaimana tidak? Di depan matanya, ada seorang lelaki asing yang tampan. Ralat, bahkan dia amat sangat tampan. Mata indah, hidung yang sangat mancung, bibir tipis yang seksi, alis mata yang tertata rapi, dan sorot mata yang tajam tapi meneduhkan.

Ellina mengerjapkan mata tak percaya. Mengucek kedua matanya dan mencoba melihat lagi. Sialnya kini pria tampan bak dewa Yunani itu tersenyum manis untuknya. Ellina tersenyum tipis dan menepuk jidatnya.

"Ahh, pasti aku menghayal. Mungkin karena kepalaku terbentur dahan tadi hingga membuatku berhalusinasi. Haha ... mana ada pria tampan seperti tadi di dunia ini. Ada-ada saja." Ellina masih tersenyum dan menutup matanya.

"Apa aku tampan?"

Suara lembut yang menenangkan itu terdengar merdu di telinga Ellina. Dengan sigap Ellina langsung bangun dan duduk. Ellina menatap nanar pada pria tampan di depannya.

"Si-siapa kau? Dan apa maumu?" Ellina bertanya dengan ketakutan. Sedangkan pria di depannya hanya tersenyum.

"Apa aku membuatmu takut? Jangan takut, aku tak akan membunuhmu."

Mendengar kata "membunuhmu" nyali Ellina semakin ciut. Dengan pelan Ellina mundur dan meringkuk di balik pohon. Di dekapnya kedua lututnya. Keringat sudah mulai bercucuran dan badan yang gemetaran karna ketakutan.

"Kenapa kau menjauhiku? Mendekatlah..."

Ellina tetap tak bergeming dan semakin menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya. Namun yang terjadi setelahnya membuat Ellina sangat ketakutan.

Pria itu memeluk tubuh Ellina dengan erat. Hal itu membuat Ellina semakin ketakutan.

"Maaf, tolong jangan bunuh saya. Saya tak punya apa-apa yang bisa saya berikan. Jika tuan ingin uang, saya akan bekerja dan menyicil tiap bulan. Tolong jangan bunuh saya." Air mata Ellina semakin deras dengan rasa takut yang kian besar.

"Sssstttt ... apa kau setakut itu padaku? Maaf jika aku membuatmu takut. Kumohon, jangan menangis." Pria itu merenggangkan pelukannya dan beralih duduk di depan Ellina.

Perlahan Ellina mengangkat wajahnya dan melihat pria di depannya. Pria itu tersenyum lembut dan menghapus air mata di pipi Ellina.

"Ja-jadi tuan tak akan membunuhku?" Ellina berkata lirih.

"Apa maksudmu? Kenapa aku harus membunuh ratuku?" Pria itu lagi-lagi tersenyum.

"Apa yang tuan inginkan?" Ellina menelan ludahnya susah.

"Itu mudah. Kamu ... aku ingin kamu."

"Akk-akku?" Ellina menunjuk dirinya sendiri. Pria di depannya mengangguk.

"Ta-tapi Aku tak punya apa-apa." Ellina menjawab dan berpikir sebentar.

"Kau punya segalanya karena aku membutuhkanmu." Pria di depannya menjawab pasti.

Me And My Lord DevilWhere stories live. Discover now