The Converse Girl

5.3K 479 5
                                    

Untung saja minimarket itu memiliki pantry, jika tidak, maka Michael sudah membawa Jully ke Apartement Chrissy lalu membiarkan minimarket itu kosong.

Crystal menghilang setelah kalimat permohonan Michael tadi. Separuh jiwanya mungkin belum dipengaruhi kekuatan jahat seperti yang dikatakan Chrissy.

Setelah selesai membalut luka di pergelangan tangan kirinya, Michael meletakkan kotak P3K kembali ke tempatnya dan bersandar di dekat westafel. Memperhatikan Jully yang masih tidak sadarkan diri di sofa.

Ia tersenyum kecil melihat sepatu yang dikenakan Jully masih sama saat pertama kali mereka bertemu. Converse abu-abu lusuh yang sepertinya sudah dijahit dan baru saja di cuci. Michael melepas sepatu Jully, yang kiri, ia memperhatikan sepatu itu. Lebih menarik ketimbang wajah polos Jully yang tidak kerasukan.

"Kau lucu sekali." Michael kembali memakaikan sepatu itu dan beranjak.

Ia menekan panggilan darurat tiga di ponselnya.

[Ya Mike ?]

Suara Luke bercampur dengan bunyi kresek-kresek yang entah apa.

"Kau masih di Apartement Chrissy ?" Michael berdiri di teras minimarket. Memperhatikan jalanan yang sepertinya berubah jadi kuburan karena terlalu sepi.

[Aku baru saja diusir. Ada apa ?]

"Aku ada di minimarket dekat Apartement Chrissy. Cepat datang." Michael memutus sambungan telepon tanpa mendengar jawaban Luke.

Baru saja berbalik, Michael terperanjat karena Jully sudah berdiri di balik pintu minimarket. Jika saja perempuan itu tidak menapakkan kakinya ke lantai, orang lain sudah memanggil Pendeta untuk melakukan ritual pengusiran setan.
Dia pucat sekali..

"Maafkan aku." Ucap Jully saat Michael membuka pintu dan masuk ke dalam.

Michael berkerut bingung dan melirik pergelangan tangannya yang diperban.

"Ah iya. Tidak apa. Hanya luka kecil." Cengiran terbaiknya meluncur.

Jully

Aku melihatnya. Dia masih berdiri di depan dan menatap tajam ke arahku. Kekasih Michael ada disana dan aku tidak bisa berhenti merapal doa, aku tidak pernah setakut dan selemah ini sampai arwah bisa masuk ke tubuhku. Ada apa denganku sekarang ?

"Kau... Baik-baik saja ?"

Michael mengalihkan pandanganku. Aku harap arwah itu pergi.

"Tidak. Hanya lapar."
Aku memang lapar dan Michael tertawa. Artis seperti dia, kenapa masih berdiri di sini subuh-subuh ?
Aku mengambil satu cup mie instant bermerek Jepang, dan membuatnya di meja yang disediakan bersama dispenser yang biasa digunakan untuk membuat kopi. Mie instant seperti ini jarang sekali laku atau dimakan di tempat.

"Kau, suka makan mie seperti itu ?"

Aku hanya tertawa mendengar pertanyaan Michael. Dia ini... Seperti anak kecil yang selalu penasaran.

"Sejak kakakku pulang dari Jepang, aku menyukainya." Aku membawa cup mie yang panas ini ke meja kasir. Menyeret kursi di sudut lalu duduk.

Aku makan sambil memperhatikan Michael yang berdiri menghadap keluar. Dia sepertinya sedang menunggu seseorang. Teman satu bandnya mungkin. Luke, Calum atau Ashton ya ? Beruntung sekali kalau Ashton yang datang.

"Aku punya pertanyaan serius." Michael kembali menghadap ke arahku yang masih sibuk makan. Sungguh aku sedang lapar. Kehilangan banyak energi saat kerasukan itu bisa membuatmu kelaparan bahkan mati jika arwahnya terlalu kuat.

INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang