Part I - Pertemuan Pertama dengan si Gadis Cantik Luar Biasa tapi misterius

11.9K 274 17
                                    

Hari itu adalah hari pertama saya akan mengajar sebagai Asisten Dosen untuk mata kuliah yang sebenarnya sih enggak penting-penting banget, tapi tetep aja mahasiswa kudu harus lulus (#kenyataanpahitkuliah).


Saya memasuki ruang kelas sekitar 15 menit setelah jam masuk kelas pertama di pagi itu. Biasalah, saya sudah hapal dengan kebiasaan mahasiswa, daripada sewaktu saya bicara ada yang keluar masuk, mendingan saya masuknya udah mepet jam toleransi, yaitu 20 menit dari bel masuk.

Sebelum saya memasuki ruangan kelas tempat saya mengajar, terlebih dulu saya melihat calon mahasiswa yang akan saya ajar dari jendela kecil di pintu kelas yang tertutup.

"Hmm.. lumayan banyak juga..." gumamku "Wew, bakalan rame dah ni kelas"

"Anu, permisi.. boleh lewat?" suara perempuan dari belakangku memanggilku.

Aku menengok ke belakang dan kaget separo melongo.

Di belakangku, berdiri seorang mahasiswi perempuan yang cantiknya... wew, kalian para cowok pasti berpendapat sama deh.

Mahasiswi itu berambut hitam tanpa di cat, berponi dan berambut panjang diekor kuda, berwajah kecil dengan mata bulat dan pipi yang agak tembem. Dia mengenakan baju blouse berwarna hitam dan celana panjang bahan berwarna abu-abu muda (iya, saya masih ingat jelas banget), dandanan yang sangat elegan untuk seorang mahasiswi.

"Oh.. ya, oke" saya menjawab gadis itu seraya berangsur menyingkir sehingga dia bisa lewat.

Tepat seperti dugaan saya, ketika gadis itu lewat beberapa pria melongo, pandangan mata mereka mengikuti gadis itu berjalan ke tengah-tengah tempat duduk model panggung yang bertingkat-tingkat untuk mencari tempat kosong.

Awalnya saya berpikir kalau dia akan duduk di barisan agak belakang, namun ada sedikit keanehan.

Gadis itu menghentikan langkahnya tepat ketika dia baru memasuki barisan bangku kosong itu. Kemudian tatapannya seperti melotot pada barisan bangku kosong itu dan akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk memasuki bangku kosong itu dan memilih untuk duduk di barisan terdepan, bagi yang mahasiswa pasti tau nasib yang duduk di kursi paling depan kan? iyap benar, jadi bulan-bulanan dosen, apalagi Asdos yang iseng. *tawaiblis

Saya memasuki ruangan dan menduduki meja pengajar di depan.

"Yap, pagi semua" seru saya.

"Pagi pak!" seru beberapa mahasiswa dan mahasiswi.

"Stop!" seru saya sambil mengacungkan satu jari saya menginstruksikan mereka untuk berhenti "Jangan panggil pak, saya baru lulus juga, lo orang kan uda semester 5, kaga usah sok muda ah"

Suara tawa meledak di kelas, tapi mata saya tertuju pada gadis berbaju hitam yang duduk di paling depan yang mukanya datar dan tanpa ekspresi.

"Terus panggil apa pak? eh... nah kan bingung" seru seorang mahasiswi yang duduk di daerah belakang. Hmm... sepertinya dia termasuk siswi yang rada badung, Yang duduk di sekelilingnya adalah anggota gengnya, karena sama-sama full-makeup seperti mahasiswi yang bertanya itu.

"Khusus kamu panggil Om juga boleh" canda saya "Yang laing panggil saya koko saja" lanjut saya dengan diikuti dengan suara tawa para mahasiswa.

"Oke! ini pertemuan pertama, yang sudah mau mulai pelajaran angkat tangan" kata saya pada para mahasiswa.

Suara bisik-bisik dan diskusi tertahan terdengar dari para mahasiswa.

"Enggak ada ya?" tanya saya setelah menunggu sekitar 1 menit.

"Baguslah" kata saya lagi "Tadinya yang tunjuk tangan mau saya suruh keluar dulu, soalnya pertemuan pertama saya males ngajar" kelakar saya.

Lagi-lagi kelas riuh dengan suara tawa dari para mahasiswa.

"Sipp, kalo kita udah satu suara, hari ini kita kenalan aja, terus kita kenalan juga ama pelajaran yang bakal membuat kalian pusing selama satu semester bersama saya ini, trus kita pulang" kata saya sambil tertawa.

"WOOOO!! ASIIK!!" teriak beberapa mahasiswa cowok yang sepertinya sudah termasuk 'senior',

"Nah, yang teriak paling kenceng barusan, yap, you! gak lulus berapa kali emang?" tanya saya.

Mahasiswa yang 'senior' itu menunduk malu dan menjawab "dua kali ko" katanya pelan.

"Wadoh, ini mata kuliah yang harusnya mustahil kaga lulus, astaga lu gak lulus kenapa emang?" tanya saya.

"Absen ko"

"Nah, kalo gitu di tempat gue, sekali bolos lu kudu traktir saya" kata saya.

"Hah? bisa traktir? gorengan boleh ko?" tanya si mahasiswa 'senior' itu lagi.

"Enak aja, sekali bolos Hokben, 2 kali Solaria, terus naik ampe Tony Roma's biar lo nyaho" kata saya.

"Ah bisa lah traktir koko doang demi gak masuk satu semester,hahahahaha" kata si mahasiswa 'senior'.

"Enak aja, traktirnya sekelas dong" jawab Saya sambil melihat seluruh kelas dengan cengiran iseng.

"YEEEE!!! HOREEE!!! MAMPUS LU!!" teriak teman-teman dari si mahasiswa 'senior' itu yang di dorong-dorong sambil tertawa-tawa oleh rekan se gengnya.

"Ssstt..ssttt" saya memberikan isyarat untuk menenangkan kelas "Jangan terlalu rame, ntar saya diganti lho" kata saya.

Wow.. luar biasa, seluruh kelas langsung senyap.

Mantap nih kelas, gak terlalu bikin stress kayaknya pikir saya.

Saya melirik ke gadis cantik yang duduk di barisan terdepan itu. Masih tidak ada ekspresi sama sekali. Benar-benar datar dan tidak terpengaruh.

"Baiklah, kita kenalan dulu, biar cepat kelar, saya ada kencan nih"

"Cieee CIeee ko" ledek para mahasiswa.

"Oke, saya dulu, nama saya Ayanokouji, panggil saja Ayano" saya memperkenalkan diri, kemudian saya mengarahkan perkenalan selanjutnya ke siswi yang duduk paling depan. Yap, si gadis cantik misterius.

"Kamu, boleh kenalkan diri? siapa namanya?"

"Elisa" jawab gadis itu singkat.

Hmm... sepertinya dia tipe pendiam... pikirku.

"Elisa ya, boleh tau kenapa pilih kuliah ini? kenapa gak kuliah yang satunya?" tanya saya, karena kuliah ini adalah pilihan dengan salah satu mata kuliah lain.

"Karena katanya ini lebih mudah lulus" katanya singkat dan jelas.

Wow... to the point nih cewek, pikir saya.

"Yap, kalau begitu anda beruntung sekali, Okay next" kata saya sambil menunjuk mahasiswa di barisan di belakangnya.

Sejujurnya saya tidak ingat dengan nama mahasiswa-mahasiswa lain yang memperkenalkan dirinya saat itu. Saya hanya ingat satu nama, si gadis cantik pendiam nan misterius itu.

Elisa  

Aku dan Sang Gadis Bermata IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang