Part 13

3.7K 257 33
                                    

Sebelumnya.

Jika boleh memilih, Tuan Goo lebih rela diberikan penyakit separah apapun itu, jika dibandingkan dengan dirinya yang harus merelakan kedua buah hatinya untuk saling mencintai.

Namun takdir seolah sudah merancang semuanya dari awal, memutuskan kalau 'akhir' yang harus dia terima adalah takdir yang seperti ini

Yaitu merelakan kehendak kedua buah hatinya.
.
.
.
Di China.

Setiap harinya, mulai dari pagi hingga pukul 11 malam, biasanya tuan Goo akan bekerja dan meninggalkan Jinhwan seorang diri dirumah. Tapi untuk minggu-minggu belakangan ini lelaki paruh baya itu hanya mengambil jadwal malam, karena dia harus melakoni kewajibannya sebagai seorang ayah, yaitu menjaga putranya yang sedang sakit.

Tapi hari ini, Tuan Goo memutuskan untuk tidak masuk ke kantor seharian penuh dan menyerahkan segala urusan kantornya pada sekretarisnya (lagi- dan lagi).

Sebenarnya alasan nya cukup simpel, tapi sikap tidak sabaran anaknya lah yang membuat segala hal menjadi sedikit rumit.

Baru saja sekretaris pribadi Tuan Goo menelfon. Menyampaikan sekaligus meminta kepadanya untuk hadir kekantor seperti biasanya, karena banyak hal yang mesti di kerjakan dan tidak bisa di tinggalkan lebih jauh lagi. Karena perusahaan benar-benar sedang berada dalam masa pemulihan.

Beruntung karena lelaki paruh baya itu sangat pandai dalam berkata. Dia selalu menggunakan kata-kata bijaknya sebagai pemimpin perusahaan untuk membuat sebuah alasan sederhana (namun jelas tidak bisa dibantah) terhadap sekretarisnya itu, anaknya sedang sakit, memang siapa yang berani mencegahnya untuk menjaga anaknya sendiri?

Sebenarnya Tuan Goo tahu kalau sekretarisnya hanya mencoba mengingatkan dirinya. Perusahaan miliknya sudah pernah terancam bangkrut dan semua orang tentu tidak menginginkan hal itu terjadi kembali.

Dan sebagai balasannya, Tuan Goo kembali harus meyakinkan sekretarisnya kalau perusahaan akan tetap baik-baik saja meskipun sudah beberapa minggu ini pekerjaannya itu agak terlalaikan olehnya.

Tuan Goo juga sudah memutuskan untuk masuk kekantor dan bekerja full mulai besok.

Bukankah Jinhwan juga sudah mulai sehat?

Iya. Suhu panas ditubuh Jinhwan memang sudah mulai menurun, tapi turun bukan berarti sudah sembuh kan?

Apalagi sekarang anak itu sedang terlihat tidak terlalu bergairah lagi. Sejak Tuan Goo menyampaikan kepadanya kalau Junhoe tidak bisa datang menjemputnya dalam minggu ini.

Inilah yang Tuan Goo sebut dengan sebuah masalah kecil yang tiba-tiba menjadi sedikit rumit akibat kelakuan anaknya.

"Kakakmu akan ujian nak, jika ayah bisa maka ayah akan menyempatkan diri untuk mengantarkanmu. Tapi pekerjaan ayah juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja."

"..." Tidak ada jawaban.

Jinhwan menatap ayahnya dengan raut wajah cemberut yang sangat kentara, tatapannya memang tidak pernah bisa berbohong.

Tuan Goo sangat tahu sifat anaknya yang satu itu. Bahkan sekarang, Jinhwan terlihat seperti membantah ucapannya meskipun hanya melalui tatapan mata.

Sang ayah mendesah. "Bisakah kau bersabar sebentar? Ayah janji ini tidak akan lama, hanya seminggu." Pintanya.

"Aku takut tidak bisa sembuh~" Dalih Jinhwan.

Ia kemudian menunduk dengan kesal. Bukan kesal kepada ayahnya, melainkan kepada keadaan yang terus saja terasa seperti tengah mengombang-ambingkan perasaannya.

Tuan Goo memijit pelipisnya. Semakin pusing melihat sikap Jinhwan yang semakin menjadi-jadi.
Oh tuhan, mungkin ini memang cobaan berat untuknya.

Dividing Distance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang