Code XI - Anak-anak Terlantar #2

Start from the beginning
                                        

Setelah berjam-jam menunggu, tibalah seorang pria tua berjanggut putih terjuntai panjang hingga ke dada. Rambutnya yang berwarna putih keperakan akibat usia, panjang terurai hingga ke punggungnya.

Walaupun usianya sudah di atas 80 tahun, tapi otot-otot di tubuh pria tua itu tidak terlihat seperti pria tua pada umumnya. Tonjolan-tonjolan otot di tubuhnya bisa terlihat di balik jubah hitam yang ia kenakan. Sebuah tanda kalau pria itu terus melatih fisiknya meski sudah berusia lanjut. Di tambah lagi, tubuhnya begitu tegap, tidak bongkok seperti yang banyak dialami oleh orang yang sudah lanjut usia.

Dari wajahnya, bisa terlihat watak tegas yang tersirat jelas. Namun wajah pria tua itu juga memancarkan aura kebijaksanaan dengan ketenangan batin, yang bisa dirasakan langsung oleh siapapun yang melihatnya. Bersama dengan pria itu, Luna kecil juga hadir di sana, mendampingi sang pria tua.

Dengan tatapan polosnya, Luna mengamati ketiga pemuda yang segera berdiri begitu ia tiba di sana.

"Di mana ibu?" tanya Luna yang tidak melihat kehadiran Ive di sana.

"Ibumu sedang bersama paman Grief sekarang, Luna," jawab Ain sambil melempar senyum lembutnya pada Luna.

Setelah menjawab pertanyaan Luna, Ain mengalihkan pandangannya pada sosok pria tua yang hadir di sana. "Lama tidak jumpa, Master," sapa Ain sambil membungkukkan tubuhnya, memberi hormat. Riev dan Kiev ikut memberi hormat seperti yang Ain lakukan.

Pria tua itu hanya terdiam tidak menanggapi sapaan. Ia menoleh ke arah Luna yang berdiri cukup dekat dengannya, lalu mengangguk pelan pada Luna.

Paham dengan apa yang dimaksud oleh pria tua itu, Luna mendekat ke arah Ain, Riev dan Kiev.

Luna memejamkan matanya, menghela napas panjang, lalu mengarahkan telapak tangannya pada Kiev.

"Kievra Draco, anak dari Balviev Draco, Pangeran ke-3 kerajaan Rovan. Battle Point, 75,"

Perkataan dari Luna mengingatkan ketiga pemuda itu pada Agna. Mereka tidak terlalu terkejut. "Yah, dia adiknya Agna. Wajar kalau punya kemampuan yang tidak jauh berbeda dari kakaknya," pikir mereka.

Setelah Kiev, giliran Riev yang 'dilacak' identitasnya oleh Luna. "Riever Draco, anak dari Balviev Draco, Pangeran ke-4 kerajaan Rovan. Battle Point, 78."

Pria tua itu terdiam sejenak setelah mendengar Luna membeberkan identitas mereka. Tatapan matanya tertuju pada kedua pemuda kembar tersebut. "Anak 'si keras' Balviev, huh?" gumamnya pelan, namun bisa terdengar oleh semua yang ada di sana.

"Tuan mengenal ayah kami?" tanya Kiev.

"Tentu, ayah kalian sempat menjadi muridku dulu."

Mendengar hal itu, Riev dan Kiev merasa terkejut. Disamping itu, kedua saudara kembar yang tengah mendampingi Ain menjalani misi itu juga merasa kagum.

Dulu, Balviev memang bercerita kalau ia sempat dilatih oleh seorang master bela diri yang sangat kuat. Bahkan, sang ayah pernah berkata pada kedua anak kembarnya itu, "Ayah rasa, tidak ada satupun ahli bela diri yang bisa menandinginya." Tentu saja keduanya merasa kagum sekaligus merasa beruntung, bisa berjumpa dengan 'Master' yang sempat diceritakan oleh Balviev.

Kemudian, Luna mengarahkan telapak tangannya ke arah Ain. Seperti sebelumnya, ia membeberkan identitas Ain, "Ainlanzer X Revolt, anak dari...."

Tidak seperti ketika ia membeberkan identitas Riev dan Kiev, ucapan gadis kecil itu terhenti begitu sampai pada bagian 'keturunan'.

"Uh... Kakek Rha.... Eh, maksud Luna, Master...." Luna kecil menatap pria tua itu dengan alis yang berkerut. Terlihat ada sedikit rasa heran dari raut wajah polos miliknya.

X-CodeWhere stories live. Discover now