Alice hanya terdiam melihat perdebatan ibu dan anak itu, ia tersenyum melihat mereka, pandangan nya tertuju pada destin yang sedari tadi melihat nya dengan wajah senyum.

"Kak alice, selamat datang di keluarga bastian." Ucap destin ramah.

"Terimakasih adik ipar." Ucap alice tersenyum dan memeluk destin.

"Yuk masuk, alice kamu harus mencoba makanan masakan mama." Ucap dona.

Alice masuk dengan wajah yang tak henti-henti nya tersenyum. Ia bahagia karena mertua dan adik ipar nya memperlakukan nya dengan sangat baik. Tapi tidak untuk darel, darel bersikukuh untuk tidak memperlakukan alice dengan baik. Ia selalu cuek pada alice, seolah-olah alice tidak ada di dalam rumah itu.

******

"Arman, apa kamu yakin untuk pergi?" Tanya mama nya arman.

"Iya ma, aku akan pergi. Ya sudah, aku akan siap-siap dulu."

"Apa mama anterin kamu ke bandara?"

"Tidak ma, biar arman sendiri saja ke bandara."

"Nak, mama kira kamu akan menikah dengan alice. Tapi nyata nya, dia yang menikah dengan pria lain."

"Sudahlah ma, jangan di bahas lagi. Arman sudah melupakan alice."

"Arman, mama sangat berharap kamu mendapatkan wanita yang lebih baik dari alice."

"Iya ma."

"Kalian jangan banyak bicara, mama arman kan harus segera berangkat." Sambung papa arman.

"Iya pa." Ucap arman.

Arman akan pergi dari alice, ia pergi untuk melupakan semua tentang alice, ia berharap ketika ia pulang nanti, ia akan menemukan wanita yang benar-benar mencintai nya. Arman pun di hantarkan papa dan mama nya ke bandara. Walau arman melarang untuk di hantar, tapi kedua orang tua arman tetap ikut menghantarkan arman, anak semata wayang mereka.

*****

"Darel, mau aku buatkan apa?" Tanya alice lembut. Tapi darel tidak menjawab dia fokus membaca koran nya.

"Darel, apa mau aku buatkan teh.?" Tanya alice lagi.

"Aku tidak mau." Jawab darel dingin.

Alice pun hanya menunduk melihat sikap darel yang selalu cuek pada nya. Destin yang melihat sikap kakak nya menjadi kasihan pada alice.

"Aku mau kok di buatkan teh." Sambung destin dengan riang, alice dan darel langsung menoleh ke arah destin.

"Kak ipar, buatkan aku teh donk. Aku pengen minum teh buatan kakak." Ucap destin menatap alice. Darel hanya memandang nya datar.

"Baiklah adik ipar. Kakak buatkan dulu teh nya. Kamu tunggu sebentar ya." Ucap alice. Yang hanya di jawab anggukan senyum oleh destin.

Darel pun masih fokus dengan koran nya. Ia tidak mempedulikan keberadaan destin yang berdiri di samping nya.

"Bisakah kau bersikap baik pada nya?" Ucap destin dingin, darel yang mendengar ucapan destin menjadi menoleh ke arah nya. Karena ia tidak menyangka destin akan bicara seperti itu.

"Destin, apa kau sadar dengan ucapan mu? Berani-berani nya kau bicara seperti itu di hadapan kakak mu sendiri. Jadi kau lebih membela wanita hina itu.?" Ucap darel yang membuat destin geram.

"Jaga ucapan mu kak. Jangan pernah menyebutnya dengan sebutan hina. Yang hina itu diri mu kak." Bentak destin.

"DESTIIINNN..." Teriak darel dan hampir menampar destin, membuat alice yang mendengar teriakan darel langsung menjatuhkan cangkir. Alice sangat terkejut melihat darel semarah itu.

"Darel, apa-apaan kau? Apa kau sadar siapa yang ada di hadapan mu ini? Berani-berani nya kau ingin menampar adik kandung mu sendiri." Bentak dona.

"Mama ku mohon sabarlah." Ucap alice berusaha menenangkan dona.

"Mama ajarkan dia untuk bicara sopan terhadap kakak nya sendiri." Ucap darel menunjuk destin.

"Apa yang sebenar nya terjadi.?" Tanya dona bingung.

"Aku tidak menyangka mempunyai kakak seperti mu. Kau sungguh bagaikan iblis." Ucap destin dan langsung meninggalkan mereka semua.

"Darel apa yang terjadi? Kenapa kau berantem dengan adik mu sendiri?" Tanya dona.

"Itu semua karena dia. Menantu yang mama sayangi tak lain adalah seorang pecundang. Karena ada dia di rumah ini sikap destin berubah." Ucap darel sambil menunjum alice dan menyalahkan nya. Membuat alice terisak.

"Darel apa salah ku.?" Tanya alice lirih. Darel pun tak menjawab pertanyaan alice, ia langsung pergi ke kamar nya, dan merebahkan diri nya. Pikiran darel saat ini sedang kalut.

******

Destin pergi dengan hati yang penuh amarah, kakak yang selama ini dia banggakan ternyata sama sekali tidak memiliki hati nurani. Ia langsung teringat arman. Tapi arman baru saja berangkat, arman sudah pergi ke america.

"Kak arman, andai saja kakak tau bagaimana perilaku kak darel kepada alice. Apakah kak arman akan membuat kak alice kembali pada kakak?" Gumam destin.

Destin melamunkan arman di sepanjang jalan nya. Ia pergi tanpa membawa mobil. Ia berpikir pergi dengan berjalan membuat nya menghilangkan amarah nya.
Tapi ia merasa yang mengikuti nya dari belakang, sesekali destin menoleh ke belakang tidak ada satu pun orang yang berada di belakang melainkan ia melihat seorang ibu yang berjalan dengan dagangan nya. Tapi tiba-tiba saja ada yang menutup mulut destin dari belakang dengan menggunakan saput tangan membuat destin jatuh pingsan. Lalu seseorang itu membawa destin masuk ke dalam mobil nya.

Bersambung.

Maaf typo.
Maaf juga udah nunggu lama.

Tunggu kelanjutan nya ya.
Mungkin agak lama author update lagi.

Minta vote and coment nya ya.

Makasih.😊

Perselingkuhan KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang