Finally

740 56 6
                                    

Sang suster membuka ruang rawat setelah beberapa menit berada di dalam. Yunho yang sedari tadi menunggu keadaan Jaejoong pun mulai berjingkat. Ia pun segera mendekat pada sang suster yang terlihat tak menahan raut kecewa.

“Eng.. Sus-suster.. Bagaimana keadaan—”

“Tak perlu khawatir. Temanmu baik-baik saja. Hanya luka memar di sekitar telapak dan punggung tangannya. Beberapa jam saja sudah baikkan.” Tukas sang suster, seperti menenangkan keadaan Yunho yang memang mudah tegang tersebut.

“Kalau begitu, bolehkah saya masuk ke dalam dan—”

“Oh ya silahkan. Masuk saja.” Ujar suster sembari tersenyum manis. Yunho pun mengangguk pelan tersenyum kaku. Ia pun segera mengintip ruang rawat yang kondisi pintunya sedikit terbuka. Perlahan-lahan ia melebarkan pintu ruang rawat itu. Dilihatnya Jaejoong yang duduk di ranjang pasien sembari memandang balutan perban di sekitar kedua telapak tangannya.

“Je-Jejung-ah..” segera Jaejoong mengarahkan kedua matanya pada Yunho yang berjalan pelan menghampirinya.

“Ah Yunho-yah..” Jaejoong pun tersenyum melihatnya. Perlahan Yunho pun duduk di sampingnya. Ia memandang perban yang berada di sekitar telapak tangan Jaejoong dengan kekhawatiran yang ia punya.

“Gwencana yo. Jeongmal.” Ucap Jaejoong kearah Yunho sembari tersenyum. Seperti mengerti jika Yunho benar-benar mengkhawatirkan keadaannya.

“Kau tidak apa-apa?” ucap Jaejoong kearah Yunho. Yunho pun hanya mengangguk cepat sembari tetap memandangnya sendu.

“Eng.. Mi-Mianhae Jejung-ah..”

“Oh? Wae?”

“Harusnya.. Aku lebih memperhatikan jalan. Kalau aku tahu ada mobil di belakangku, aku bisa menghindar sendiri.” Sesal Yunho pelan kearah Jaejoong. Beberapa detik kemudian Jaejoong malah tertawa. Ia pun mengacak rambut Yunho yang sedikit berantakan.

“Ya.. Gwencana yo, Lembek..”

“Ish! Aku Yunho! Bukan Lembek!”

“Ah ne ne. Yunho Lembek.”

“Jejung-ah!”

Jaejoong pun malah tertawa. Entah mengapa Yunho tersenyum. Baru kali itu ia tersenyum. Seperti merasa, tawaan Jaejoong membuat hatinya sejuk.

---------------------------------------

Beberapa hari terlewatkan. Entah mengapa Yunho dan Jaejoong pun menjadi teman. Meskipun tidak begitu akrab, tetapi mereka sedikit mengumbar persahabatan mereka di depan murid-murid lain secara tidak sengaja. Tak sedikit murid yang merasa heran akan tingkah Yunho dan Jaejoong. Yang mereka tahu, Yunho dan Jaejoong tak pernah berbicara sebelumnya. Selain itu, sikap dan sifat karakteristik mereka berdua sangat berbeda. Seperti langit dan bumi, bagaikan surga dan neraka, bak malaikat dan iblis.

“Ya! Kau mau melakukan sesuatu yang menarik hm?” tawar Jaejoong kearah Yunho yang masih setia mengerjakan beberapa soal yang sepertinya tak perlu dikerjakan kembali. Yunho hanya menghela nafas meladeni kalimat Jaejoong yang tidak begitu penting.

“Menarik? Tak ada yang lebih menarik dari perpustakaan.” Ucap Yunho kemudian. Seperti memperlihatkan kedok aslinya kearah teman barunya itu. Jaejoong hanya berdesis geram sembari memutar bola matanya. Ia pun sedikit jengah akan suasana perpustakaan yang begitu sunyi itu.

“Aish! Yunho-yah ayolah!”

‘Ssstthhh’

Segera Jaejoong membungkam mulutnya ketika mendapatkan beberapa teguran dari beberapa murid akan ucapannya yang sedikit membahana di ruang perpustakaan. Yunho pun mempertajam penglihatannya pada Jaejoong.

“Jangan keras-keras! Ini perpustakaan, bukan lapangan.” Geram Yunho lirih kearah Jaejoong. Jaejoong pun hanya tersenyum kecil. Ia pun kembali memandang Yunho yang lagi-lagi bergelut pada soal matematika yang membuatnya jengah.

“Hari ini saja. Kau pasti tertarik. Jebaall~~” pinta Jaejoong lirih dengan gaya khasnya, memelas. Yunho pun hanya menghela nafas pelan dan memejam. Ia pun memandang Jaejoong datar. Hanya memandangnya datar. Seketika Jaejoong pun menjulurkan lidahnya sembari tersenyum, seperti mendapatkan kemenangan. Ia tahu jika Yunho sedikit tak enak menolak permintaannya.

-------------------------------------

Entah mengapa Jaejoong mengajak Yunho ke sebuah mini market terdekat. Jaejoong pun melihat-lihat barang disana sembari memandang Yunho. Yunho pun hanya mengikutinya dari belakang. Ia memandang Jaejoong heran. Seperti tak mengerti apa yang akan Jaejoong lakukan.

“Ya.. Kenapa kau mengajakku kesini?” ucap Yunho penasaran. Jaejoong malah tersenyum geli sembari menjulurkan lidahnya.

“Ya Lembek.. Kau berani mengambil beberapa barang disini tanpa membayarnya?”

“Mwo?? I-Itu mencuri! Ya! Kau ingin aku mencuri??” ujar Yunho tercekat hebat. Seketika Jaejoong hanya tertawa kecil mendengar pengakuan Yunho yang sangat polos itu.

“Bukan mencuri, tapi mengambil barang tanpa membayar.”

“Itu sama saja Bodoh! Aku tidak mau.”

“Hmm.. Kalau begitu kau akan tetap lembek selama-lamanya.”

“Ya! Aku tidak lembek!”

“Lelaki yang tidak lembek tidak ada yang tidak berani melakukan ini.” Tegas rayu Jaejoong disana sembari memaparkan raut paras yang menghina. Yunho pun hanya geram memandang Jaejoong. Lagi-lagi ia dalam posisi terpojok seperti ini. Ia pun hanya berdiam diri sembari mengerutkan keningnya seperti berpikir.

“Baik. Akan aku lakukan.” Ujar Yunho kemudian. Jaejoong pun tersenyum menang sembari menggigit bibir bawahnya.

“Nah gitu dong.. Kau tak perlu khawatir, aku juga akan mengambil barangnya. Kita sama-sama mengambil barangnya, lalu lari dari sini. Arasseo?” titah Jaejoong, seperti ia sudah sering melakukan hal itu secara wajar.

Perlahan Jaejoong pun berjalan kearah barang-barang rumah tangga. Ia seperti menelisik barang apa yang tepat untuk diambil. Entah mengapa kedua bola matanya mengarah pada berbagai macam pernak-pernik gantungan kunci disana. Ia pun tersenyum dan mengambil satu dari beberapa macam desain gantungan disana.

“Gajah?” Yunho memandang gantungan kunci yang berada di dalam genggaman tangan Jaejoong sembari terheran.

“Kita ambil gantungan kunci. Ini tidak susah, bukan?” ujar Jaejoong seperti menggampangkan usaha yang akan mereka lakukan itu.

“Ten-Tentu. Sangat mudah.” Tanggap Yunho, seperti menghiraukan kegugupannya. Ia pun memperhatikan beberapa gantungan kunci disana. Segera ia mengambil salah satu gantungan kunci dengan desain beruang teddy.

“Sudah kuambil.” Ucapnya datar. Jaejoong pun tersenyum. Ia pun mulai menaikkan kedua alisnya dan mengarahkannya pada pintu depan otomatis di mini market. Yunho pun menghela nafas panjang. Ia tahu apa yang mereka lakukan pasti ketahuan. Melihat jika keamanan mini market di kota tersebut sangat aman.

Jaejoong berjalan pelan tanpa beban. Ia pun hampir menuju pintu otomatis mini market dengan keamanan di setiap sisinya. Segera Yunho menarik lengannya. Jaejoong pun menghentikan langkahnya dan memandang Yunho heran.

“Wae?”

“Ya.. A-Aku takut Jejung-ah.. Nanti jika kita dikejar-kejar warga bagaimana?” segera Jaejoong mendecakkan lidahnya sembari menegaskan kedua bola matanya pada Yunho yang sedang memandangnya takut-takut.

“Janganlah lembek! Kau ini lelaki apa banci?”

“YA!” segera Yunho berteriak lirih tajam kearah Jaejoong. Jaejoong yang hanya mendengarnya hanya tertawa pelan sembari memperhatikan kesekeliling, seperti ingin segera melakukannya.

“Tenang. Tetaplah dibelakangku. Nanti aku hitung sampai tiga. Selanjutnya kita lari dari sini. Ok?” titah Jaejoong berbisik pelan kearah Yunho yang hanya menelan salivanya diam-diam. Perlahan Yunho mengangguk paham berkali-kali.

Jaejoong pun perlahan melangkahkan kakinya mendekat kearah pintu otomatis. Namun ada beberapa orang yang memperhatikan tingkah kedua lelaki muda tersebut. Terlebih sang kasir dan penjaga yang tak jauh dari langkah mereka. Merasa diperhatikan, Yunho pun semakin mengeratkan genggamannya pada sebagian baju Jaejoong. Jaejoong hanya memandangnya datar dan tersenyum tajam. Seperti ingin menenangkan Yunho secara perlahan.

“Tiga! Larii!!”

tiiitt tiiittt tiiittt

Segera Jaejoong menarik lengan Yunho setelah pintu otomatis mini market terbuka dengan dibubuhi tanda keamanan yang berbunyi itu.

“Ya pencuri!! Pencuri!!”

Tak sedikit warga yang memergoki tingkah jahil kedua lelaki muda tersebut. Semakin dikejar, Jaejoong dan Yunho semakin kencang. Jaejoong pun hanya tertawa kecil sembari tetap berlari dan mengeratkan genggaman tanganna pada telapak Yunho. Di sisi lain, Yunho pun berlari, menyetarakan laju langkahnya dengan Jaejoong meskipun ketegangan menyelimuti raganya yang gemetar.

-------------------------------------------

Kim Jaejoong tetap tertawa terbahak-bahak ketika ia masih teringat akan kelucuan dan ketegangan Yunho tadi. Ia tak henti-hentinya menghina Yunho dengan sebutan ‘lembek’, seperti biasa. Sementara itu Yunho hanya berdesis geram sembari meninju kecil-kecil pundak Jaejoong yang tegas.

“Lembek lembek.. Selamanya lembek..” gurau Jaejoong sembari tetap tertawa pelan. Ia pun memegang perutnya sembari membungkam mulutnya dengan beberapa jemarinya.

“YA! AKU TIDAK LEMBEK!” amuk Yunho seketika, membuat Jaejoong semakin tertawa. Segera Yunho sedikit menyemburkan nafasnya kesal. Seperti ada sebuah kepulan asap panas mengelilingi wajahnya.

“Ini tidak adil. Kau yang selalu memberiku tantangan dan berbuat sesuatu yang tak kuketahui kemudian. Kau pasti sudah biasa melakukan semua hal itu. Sedangkan aku? Aku tidak biasa.” Bela Yunho sendiri, seperti menyalahkan titah Jaejoong selama ini. Jaejoong pun memelankan tawaannya. Ia pun mengambil nafas sekedar mengatur kondisinya. Ia pun hanya memandang Yunho yang duduk disampingnya. Jaejoong pun melayangkan kedua bola matanya pada sekeliling kamar Yunho yang terkesan sangat rapi untuk seukuran lelaki.

“Hmm.. Baik baik.. Sekarang, giliran kau yang memberiku tantangan. Apa, hm?” tantang Jaejoong balik. Ia pun percaya diri akan apa yang ia katakan barusan. Yunho hanya memandangnya. Ia pun berpikir sesuatu yang mungkin begitu tak masuk diakal untuk dilakukan Jaejoong itu.

“Bercinta.”

“Mwo??”

“Ye. Bercinta. Aku menantangmu untuk bercinta. Kau berani? Hm?” tantang balik Yunho. Ia memandang Jaejoong tajam sembari mengerutkan keningnya. Entah mengapa ia hanya asal berucap seperti itu. Berharap Jaejoong menyerah dan ia akan menjadi pemenangnya. Lagipula, mereka berdua pun sama-sama lelaki. Jadi tidak menutup kemungkinan untuk mengabaikan tantangan Yunho yang secara tidak sadar terucap di bibirnya.

Jaejoong hanya memandang Yunho datar namun tajam. Kedua bola matanya tak berkedip, terpaku pada paras Yunho yang memandangnya tajam pula. Mereka pun hanya saling memandang. Terdiam. Sibuk dengan pikiran ke depan. Entah mengapa pandangan Jaejoong berangsur sayu mendayu. Ia malah sibuk memperhatikan paras Yunho yang baru ia sadari begitu mempesona. Segera Jaejoong memalingkan parasnya ke segala arah. Ia sedikit berbatuk-batuk kecil sembari menelan salivanya. Gugup menghampirinya dengan sendirinya.

“Wae? Gwencana?” khawatir Yunho kearah Jaejoong.

Yunho malah melupakan apa yang akan menjadi tantangan bagi Jaejoong. Sifatnya yang terlalu mengkhawatirkan sesuatu berimbas pada Jaejoong yang mendadak berparas gugup kaku. Yunho pun semakin mendekat pada paras Jaejoong yang secara nyata tak setenang tadi. Pandangan mereka pun akhirnya bertemu. Mereka saling berpandangan lagi. Kali ini Yunho pun menelisik setiap lekukan-lekukan yang tertera pada paras Jaejoong. Indah. Tampan namun manis. Ia perlahan menelan salivanya tanpa sepengetahuan Jaejoong yang juga memandangnya secara intim. Perlahan, Yunho mengangkat telapak tangan kanannya. Disentuhnya pipi kiri Jaejoong yang tak ia sadari terasa begitu lembut di telapaknya. Jaejoong hanya terdiam. Seperti tak mampu bergerak, atau mungkin tak mau bergerak.

“Jejung-ah~”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 27, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senior High SchoolWhere stories live. Discover now