CHAPTER 1 : BUKAN CINDERELLA

2.2K 202 78
                                    

Disclaimer:

I am currently re-write this sequel again.

so, here it goes.

Happy reading.

--


Chapter 1: Bukan Cinderella

"Oi," Indra muncul dari balik pintu ruang kantor gue dengan berkacak pinggang. Gue mengerutkan kening melihat caranya yang tiba-tiba mengekspansi ruangan gue tanpa pemberitahuan. Gue masih sibuk dengan laporan di laptop gue sementara Indra masuk tanpa gue persilahkan. Gue memutuskan untuk mengabaikannya. Terserah dia sajalah ingin apa, gue terlalu sibuk hanya untuk meladeninya.

Indra dengan sembarang menutup layar laptop gue tanpa memedulikan gue yang sedang sibuk mengetik. Gue langsung memelototinya keki. Sialan. Ini masih pagi dan Indra nampaknya sedang bersemangat mengajak gue bertengkar.

"Gue lupa bilang sesuatu yang penting ke lo." Ujarnya dengan tampang sok serius. Abang gue itu kini duduk di atas meja dengan tidak sopan.

Melihat tampang sok seriusnya yang tidak beranjak meskipun gue pelototi membuat gue menyerah. Gue menghembuskan napas panjang sebelum menyender malas pada kursi empuk gue. "Seberapa penting?" Tanya gue kemudian.

Indra kemudian menurunkan pantat babonnya dari meja dan duduk di kursi seberang gue. Dengan tampang seriusnya yang masih bertengger di wajah, Indra nampak kesulitan untuk memulai pembicaraan dengan gue.

Gue mulai ikut gelisah melihat perubahan air muka Indra. Dia yang sering kali bicara tanpa berpikir sekarang terlihat kesusahan menyusun kata-kata. Apa sih yang membuatnya begitu kesulitan?!

"Ada apa sih, Ndra?!" Gue akhirnya kehilangan kesabaran menunggu Indra yang tidak kunjung memulai pembicaraannya.

Indra menggaruk belakang kepalanya yang gue yakin tidak gatal. "Shen, Bunda Sofia bilang gue nggak perlu ngomongin ini ke elo, tapi gue kepikiran, dan gue nggak bisa nggak ngasih tahu ini ke elo." Babon di depan gue akhirnya angkat bicara.

Gue makin bingung mendengar kata-kata yang barusan Indra ucapkan. Sekarang air muka gue ikut terlihat tegang. Apaan nih? Kenapa lagi mereka yang gue sayangi ini? Gue mencoba bersabar menunggu kata-kata Indra berikutnya, mungkin ini menyangkut keselamatan Sofia lagi.

Indra menghembuskan napas panjang sambil merogoh saku celananya dan meletakkan kresek hitam yang dari tadi rupanya disembunyikannya di kantong celana.

Gue dengan heran memandangi kantong kresek dan wajah Indra yang memerah secara bergantian. Dengan gestur tangannya Indra mempersilahkan gue menerima kantong kresek di hadapan gue. Gue dengan ragu menggapai kresek hitam itu dan membukanya.

...

Dua pak con..

INDRA KAMPRET.

"Better safe than sorry, Shen." Ujar Indra dengan wajah memerah. "Gue tidak menyarankan sex before marriage sih, gue juga berusaha sekuat tenaga untuk tidak mencampuri urusan lo dan Bayu dalam masalah.. emm.. hubungan lo berdua," Indra berdeham canggung sebelum melanjutkan kalimatnya, "Tapi mengingat pertemanan panjang gue dan Bayu, gue tahu cepat atau lambat lo berdua akan,," Indra menggantung kalimatnya, ia terlihat ragu-ragu melanjutkannya. "Pokoknya apapun yang lo berdua lakukan bersama, stay safe." Indra terlihat sangat bangga dengan dirinya sendiri, seolah-olah ia baru saja berhasil mengakhiri kuliah singkat paling penting dalam dunia per-abang-an. Ia pastilah merasa jadi abang paling keren sejagad raya. Wekks.

Rasanya gue ingin sekali melempar bungkusan ini ke wajah babon lelaki di hadapan gue. Lihat saja muka gue ikut memerah semerah mukanya. Gue tidak tahu apa yang ada di pikiran Indra sampai-sampai dia berpikir dia harus memberikan kuliah singkat dan bungkusan ini ke gue. Gue bukan anak gadis umur 17 yang baru kenal, ehem, sex. Please, I know how I am supposed to treat my body. Ugh.

I Still Love You OvermorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang