01: Kembali Sejenak

36.1K 1.2K 37
                                    

The story of life is quicker than the wink of eye, the story of love is hello and goodbye... until we meet again - Jimi Hendrix.

¤¤¤

Suasana Jakarta masih saja pengap. Panas dengan matahari yang bersinar terik. Bagi pekerja kantor mungkin mereka tak merasakan, namun lihatlah mereka-mereka yang bekerja di luar. Tanpa pendingin udara maupun baju rapi. Mereka tetap bekerja, menikmati setiap apa yang mereka lakukan. Suka tidak suka. Demi rupiah yang dijanjikan.

Perempuan itu memandang itu semua. Keramaian Jakarta sebagai ibukota. Kemirisan Jakarta sebagai tempat yang diimpi-impikan untuk mencari kerja. Pahit-manis kehidupan. Namun dibalik itu semua, masih tersimpan kebahagiaan. Dengan sebuah rasa syukur yang selalu dipanjatkan oleh manusia-manusia muslim mukmin dan muslimah mukminah. Sebuah tanda, jika kita merasa kaya jika kita tetap bersyukur.

Perempuan itu hanya bisa tersenyum. Ah... indahnya. Kamera yang ia pegang sedari tadi tidak ia gunakan. Mungkin sayang jika tidak digunakan, namun biarlah momen yang ia lihat terkenang dalam pikirannya. Menjadi pengingat akan ada seseorang yang kurang beruntung darinya. Tadinya ia akan memotret potret Jakarta sebagai Ibukota untuk eksibisi, namun, entah mengapa, ia mengurung diri.

Perempuan itu mengembalikan kembali kameranya ke bungkusnya. Merapikan kembali. menikmati perjalanan yang tak lama lagi akan berakhir.

Ia menghela nafas. Sudah hampir setahunan ia tak kembali ke negara asalnya ini. Berkenala ke negeri seberang. Memotret, menulis dan menggambar. Mencari ketenangan. Tenangkah ia? Dimanapun kalian berada, jika kalian tak mengingat siapa pencipta kalian, percayalah, kalian tak akan bisa merasa tenang.

Dan itulah dirinya. Dia tak merasa tenang karena berkelana. Menginjak tanah di berbagai negara. Namun ketenangannya didapat karena ia mengingat Allah. Sang empunya pemilik hati dari setiap insan. Allah berfirman dalam surat Ar-Radu ayat 28, 'Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.'

"Sudah sampai, Bu," ucap sang supir.

Perempuan itu melihat sebuah bangunan Joglo khas tanah Jawa. Ukiran setiap kayu-kayu yang terpampang menandakan bangunan klasik yang kini sudah jarang ditemui. Apalagi di Jakarta yang notabene didominasi dengan gedung-gedung pencakar langit dengan lampu yang berkerlip megah.

Perempuan itu mengambil uang yang ada di sakunya. Menyerahkan ke supir. "Kembaliannya ambil aja, Pak," ucap perempuan itu.

"Alhamdulillah, makasih ya, Bu!" ucap bapak supir itu bersyukur. Perempuan itu hanya menyunggingkan senyum saja. Ia keluar dari mobil taksi online itu sambil mengeluarkan tas koper kabinnya dan juga tas ranselnya yang hanya cukup untuk laptop, buku sketch dan beberapa perintilan yang biasanya ia bawa.

THE VINTAGE.

Ia membaca papan nama toko yang bernuansa kental oleh adat Jawa. Sebuah butik yang memang menawarkan berbagai baju dengan nuansa batik dan juga kebaya. Dan juga beberapa kerajinan kulit yang mereka produksi secara eksklusif. Ia melihat kesekitarannya. Tak terlalu ramai, mungkin karena ini hari Senin.

Ia menghela nafasnya. Ia memang ada jadwal untuk pulang, setidaknya sebulan sekali. Itu juga kalo dia nggak ada pekerjaan untuk memotret ataupun eksebisi atau... ada permintaan khusus pelanggan luar negeri yang memesan baju dari butik ini. Biasanya ia yang menanganinya dan juga membuatnya. Tak sendiri, biasanya sahabat baiknya mengirimkan dua asisten untuk membantunya mengerjakan pesanan tersebut. Dan Alhamdulillah, brand pakaian yang ia buat bersama bersama sahabat-sahabatnya ini sudah mendunia, walaupun butiknya masih terpusat di Jakarta.

Sudut Ruang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang