01: Kembali Sejenak

Start from the beginning
                                    

Dinda hanya terdiam. Menghadapi sahabatnya ini memang harus sabar. "Dua minggu lagi ada fashion show, lu harus nampakin diri," tambah Dinda. Wulan hanya tersenyum. Selama ini, orang-orang hanya mengenal tiga desainer di The Vintage. Adit sebagai pemilik utama, Randa dan Dinda sebagai desainer utama di butik ini. Wulan? Ia hanya membantu. Tapi Ketiga sahabatnya tak setuju. Mereka membangun bisnis ini bersama, dan Wulan sebenarnya mempuai andil besar, namun setiap karyanya selalu dicanangkan dengan nama alias ke media. Ia enggan terekspos. Ia enggan dikenal. Dan ia punya alasannya tersendiri.

"Sampai kapan lu begini terus? Menghilang dari peredaran?"

"Sampai ada waktunya yang pas," balas Wulan.

"Kapan?"

"Kapan-kapan."

"Wulan! Gua serius bocah!"

"Gua ratusan," balas Wulan mengikuti tag line iklan wafer.

"Bocah!"

"Tenang aja, Din. Nanti kalo udah ada waktunya, nama gua bakalan muncul sendiri. Sekarang mah nikmatin hari-hari gua dulu aja."

"Terserah elu aja deh ya," balas Dinda menyerah. Wulan hanya nyengir.

¤¤¤

Jika anda ingin mengetahui kedalaman agama seseorang, jangan lihat dari betapa banyaknya ia sholat dan puasa, melainkan lihatlah bagaimana ia memperlakukan orang lain. - Imam Ja'far Ash-Shidiq.

¤¤¤

Republished: 22 July 2017

IG & Twitter: wulantiwi013

¤¤¤

"Dulu Abang pernah bertanya, jika kamu disuruh memilih, napasku atau napasmu? Hatiku atau hatimu? Hidupku atau hidupmu? Nadiku atau nadimu? Kebahagiaanku atau kebahagiaanmu? Diriku atau dirimu? Iya nggak?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dulu Abang pernah bertanya, jika kamu disuruh memilih, napasku atau napasmu? Hatiku atau hatimu? Hidupku atau hidupmu? Nadiku atau nadimu? Kebahagiaanku atau kebahagiaanmu? Diriku atau dirimu? Iya nggak?"

Raisa mengangguk. Dan ia sebal waktu itu karena suaminya lebih memilih dirinya. Egoiskah ia?

"Dan Abang menjawab, napasku. Hatiku. Hidupku. Nadiku. Kebahagiaanku dan diriku."

"Dan itu sukses banget buat kamu cemberut," goda Keenan. Raisa langsung mengerucutkan bibirnya. Kesal. "Kamu mau tahu alasannya?" tanya Keenan. Raisa hanya terdiam. "Karena dalam setiap napasku, ada napasmu. Dalam hatiku selalu ada hatimu. Dalam lembar hidupku selalu bertuliskan namamu. Dalam nadiku, terdapat nadimu. Dan dalam setiap kebahagiaanku, selalu ada kebahagiaanmu dan di dalam diriku, selalu ada kamu."

Hanya sebuah cerita dua anak manusia. Yang mencintai karenaNya.

Aku Dalam Dirimu telah terbit. Pesan 08812731411 atau pesab di shopee, tokopedia dan juga bukalapak. Ada gratis ongkir untuk beberapa layanan online shope.

¤¤¤

"Jika jalan yang kita tempuh dulu berbeda, apakah kita akan seperti ini?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jika jalan yang kita tempuh dulu berbeda, apakah kita akan seperti ini?"

"Kita akan seperti ini," balas Adrian yakin.

Wulan memandang suaminya.

"Karena perihal kehidupan sudah tercatat di kitab Lauh Mahfuz. Jauh sebelum aku dan kamu lahir. Jauh sebelum kamu dan aku menjadi kita."

Sudut Ruang Hati sudah terbit. Pesan di tokopedia, bukalapak dan juga shopee. Free totebag. Bisa juga beli di IG di aepublishing_store dan dapatkan diskon 10 persen. Buruan, sebelum kehabisan.

¤¤¤

Sudut Ruang HatiWhere stories live. Discover now