Flash back off

.

.

.

Hinata keluar dari baju pas, Gaun putih membalut tubuhnya, Naruto menganga melihat Hinata. Dimatanya gadis itu begitu cantik, Satu hal yang membuatnya heran, Tak ada senyum yang menghiasinya.

Naruto yang telah mengenakan tuxedo hitam itu, mendekati Hinata. Meraih pinggang Hinata, Hinata menundukkan wajahnya. Hatinya berdebar tapi sisi lain mengatakan dia ragu.

Naruto mengangkat dagu Hinata, memberitahukan gadisnya untuk menatap safirnya. Hinata menurutinya, wajahnya diliputi kesedihan.

" Kau sakit". Naruto masih memandangi kedua manik Lavender itu. Hinata hanya menggeleng pelan. Sedikit lesu dia melepaskan tangan kekar yang melingkari pinggangnya. Naruto sedikit menaikan alis sebelahnya. " Aku ingin pulang". Hinata kembali memasuki kamar pas. Tanpa niat melepas gaun pengantinnya, keluar tanpa menunggu Naruto. Dirinya pergi begitu saja.

Naruto yang seleseai melepas pakainnya, dibuat heran dengan Hinata. ' apa mungkin aku membuat kesalahan' ungkap Naruto.

.

.

.

Hinata berjalan tanpa tahu arah, berjalan dengan tatapan kosong. Bahkan saat menyebrangi jalan, Hinata terkesan asal tanpa menunggu lampu lalu lintas. Berjalan tanpa memperhatikan, bahkan suara klakson tak didengarnya.

Masih berjalan tanpa rasa bersalah, pandangan sayu seolah menahan air mata. Sebuah mobil hitam melaju cepat, Hinata sudah diperingati berulang kali tapi tetap tak dihiraukan. Para pejalan kaki yang lain sudah berteriak memperingati tapi Hinata belum tersadar. Hingga mobil itu berjarak sangat dekat, barulah Hinata sadar, kakinya tak bisa digerakkan seolah mati rasa. Hinata hanya memjamkan manik Lavendernya. Mungkin inilah akhir jawaban. Tanpa dimilik oleh siapapun, dan dirinya tak perlu memilih.

Bruakkk

Tinnnnnnnnn

Suara klakson seperti sirine kematian , jalan itu mendadak ramai para pejalan kaki mengerubuni korban kecelakaan. Prngendara yang lain harus bersabar karena kemacetan terjadi.

Hinata terlempar jauh darah membanjiri jalan tersebut. Pejalan kaki mengerubungi peristiwa kecelakaan tersebut.

Ambulans datang membawa tubuh ringkih Hinata. Dengan sigap petugas itu langsung melajukan ambulans cepat, berharap tak terjadi keterlambatan.

.

.

.

Ruangan serba putih adalah pemandangan pertama yang Hinata lihat. Disampingnya calon suaminya memegang jemarinya. Sedang Neji tertidur di sofa ruang rawatnya.

Hinata menyentuh dahinaya, perban membalut lukanya. Beruntung luka kecelakaan tak terlalu parah. Hinata perlahan melepaskan tautan jemari Naruto, menuruni ranjang rumah sakit tanpa membangunkan kedua pria yang telah kerepotan mengurusinya.

Membuka pintu ruang rawatnya, Hinata berjalan keluar ditengah malam. Hinata mencari sebuah tempat yang nyaman. Langkahnya menuju taman rumah sakit.

TimeWhere stories live. Discover now