Chapter One

7.8K 263 23
                                    

Menulis cerita ini sangat menantang karena aku menulis dg sudut pandang orang pertama aku harus menjiwai sosok Lee Sungmin yg berusia 10 tahun, bagaimana aku harus masuk ke dunia anak seusianya dan bicara dg perspekstif anak-anak, dg bahasa anak-anak sementara aku ini sudah bukan lagi anak-anak!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Chapter One : Fall Into The Dark

Aku berjalan kaki menuju sekolahku di Hyeonsan Junghakyo. Aku tinggal di Ilsan-dong, Goyang-si, kota yang letaknya di sebelah barat Seoul. Meski hanya berbatasan kota tapi aku belum pernah pergi ke Seoul. Usiaku masih hanya 16 tahun, tingkat 3 di sekolah menengah pertama. Aku tak sabar untuk bisa segera lulus dari sekolah. Aku tak berpikir ingin sekolah lagi karena itu artinya aku masih harus tetap tinggal bersama Babi itu.

Aku yatim piatu, orang tuaku meninggal dalam kecelakaan ketika aku masih hanya berusia 10 tahun, secara hukum aku dititipkan pada keluarga Ayahku, Imo adalah Kakak dari Ayahku karena secara hukum dia punya tanggung jawab untuk merawatku. Biaya sekolah memang gratis karena aku bersekolah di sekolah negeri tapi aku butuh wali resmi untuk menjamin kehidupanku, aku akan mendapatkan pendidikan gratis sampai selesai sekolah menengah atas tapi itu berarti aku harus tetap tinggal bersama Imo dan suaminya sampai aku selesai sekolah nanti. Aku tidak benci pada Imo, dia belum punya anak jadi dia dengan senang hati mengambilku, tapi aku benci suaminya... Babi bengkak yang mesum itu, laki-laki pengangguran, pengacara gagal yang selalu pulang malam dalam keadaan mabuk, dia selalu membawa perempuan pulang tanpa sepengetahuan Imo. Aku benci dia. Aku sangat membencinya. Bukan cuma karena sikapnya yang semaunya tapi karena dia sudah memanfaatkan tubuhku untuk kesenangannya, apalagi setelah sekarang aku tumbuh besar dan mengerti, apa yang sudah pernah dia lakukan padaku itu adalah kejahatan. Aku semakin membencinya.

_____flashback_____

"kau.. anak anjing yang menumpang disini, aku harus memberimu makan dan mengeluarkan uang untukmu, kenapa kau tidak ikut kedua orang tuamu mati saja... aissh... kau harus memberiku imbalan untuk ini.... tunggu sampai kau besar, kau harus mencari uang untukku" aku terkejut mendengar Samchon bicara begitu kasar padaku. Aku baru tinggal disini, Imo yang mengajakku tapi sekarang Imo sedang pergi, Imo bilang akan mengurus kepindahan sekolahku, Samchon dirumah tidak pergi bekerja.
Aku pikir Samchon orang yang baik, tapi ternyata Samchon membenciku. Seumur hidup aku tak pernah mendengar kata-kata kasar seperti itu dari Omma atau Appa. Aku hanya bisa merasa bersalah karena aku sudah merepotkan Samchon, aku memang menumpang disini karena aku tak bisa hidup sendirian.
Aku pergi ke kamar yang kutempati dan duduk menyandar dinding. Omma... Appa... kenapa kalian tidak mengajakku saat kalian pergi... kalau saat itu kalian mengajakku pergi kita bisa pergi ke surga bertiga sama-sama. Sekarang aku sendirian Omma... Appa... Samchon tidak menyukaiku, apa yang harus kulakukan?

Hari keduaku disini Imo meminta Samchon untuk mengantarku ke sekolah tapi dia tidak mau karena dia bilang itu merepotkan tapi Imo marah hingga akhirnya dia menuruti Imo.

"kau benar-benar bocah yang merepotkan, kau harus ingat jalan pulang ini agar kau bisa pulang sendiri nanti, besok aku tidak mau mengantarmu lagi, kau dengar itu? Dan satu lagi, jangan sampai kau buat masalah disekolahmu, kalau sampai aku dengar kau membuat masalah kau akan tahu akibatnya nanti, sana masuk" Samchon menunjuk pintu gerbang.
Aku ingin menangis tapi aku tidak mau membuat Samchon semakin membenciku jadi aku tahan tangisanku. Aku melihat halaman sekolah yang luas, aku tidak tahu harus pergi kemana, aku menoleh melihat samchon sudah pergi.
"ada apa nak?" seseorang mendatangiku.
"aku mau ke kelas.."
"oh.. apa kau murid baru?" aku hanya mengangguk, "baiklah.. jangan takut, ayo sonsaengnim antarkan kau ke kelasmu, kau kelas berapa?" aku tunjukkan jariku "kelas 3" dan aku hanya mengangguk.
Guru disini semua baik, temanku juga baik, tapi aku tidak berani main keluar kelas, aku takut kalau nanti aku membuat masalah, samchon pasti akan memarahiku, jadi aku lebih baik duduk diam didalam kelas.

DarknessOù les histoires vivent. Découvrez maintenant