Bab 8 - Let's be together!

22.3K 2.2K 72
                                    

Anja nggak tahan untuk update Mas Wiga & Mbak Hanin. yang udah nungguin Mas Athar, sabar ya.. ini lagi dikejarin. semoga bisa update besok. Bab ini sedikit ngintip kenapa Mas Wiga segitu gencarnya ngedeketin Hanin. Semua alasan jelas hanya Mas Wiga yg tahu, tapi Anja yakin sahabat-sahabat semua udah sedikit 'ngeh' sama alasannya Mas Wiga. 

Selamat menikmati malam minggu kalian dengan pasangan Desperate ini.. Semoga nggak mengecewakan kalian. 

Salam kiss..kiss.. muacaaccchh!!

Angin Senja

*****

"Kamu ngapain liatin aku gitu? Belum pernah lihat orang cantik ya? Hehehehe.."

Wiga kembali dibuat tersenyum. Tak menyangka jiwa wanita yang ditolongnya justru sangat membuatnya terhibur terlepas dari berani-beraninya wanita itu muntah dikaos favoritnya. Menonton wanita itu mabuk sambil mengoceh tak jelas ternyata sangat menarik.

Tangan Wiga meraih lengan wanita itu agar mau duduk diranjang alih-alih meloncat-loncat tak jelas. Tapi siapa sangka wanita mabuk itu ternyata memiliki kekuatan besar untuk menarik tubuh Wiga jatuh ke atas kasur dengan posisi tengkurap. Ia tersenyum miris dan akan mengingat baik-baik untuk tak mengajak ribut wanita mabuk karena sepertinya mereka punya kekuatan sebesar banteng ngamuk.

"Hei cowok ganteng... kamu ganteng banget sih? Makan apa sampe bisa ganteng gitu?" Wiga menahan napasnya saat wanita itu duduk diranjang sambil memandang wajah Wiga lekat-lekat dengan mata yang sayu.

"Tangan kamu juga keker, sering gym dimana? pasti perut kamu juga kotak-kotak kan?" jari telunjuk wanita itu kini sudah lancangnya menowel-nowel lengan Wiga yang terekspos. Wiga harusnya mengganti pakaiannya dengan kaos lengan panjang. Tapi suhu di Jakarta yang sedang panas-panasnya membuatnya enggan untuk melirik kaos lengan panjang. Wiga menggeram saat wanita itu tak hanya menowel namun kini berani menyentuh lengannya dengan tatapan tertarik.

"Mata kamu juga bagus, hitam banget, alis kamu yang lebat, bibir kamu yang berlekuk seksi, ya ampun.. kayaknya aku kebanyakan baca deh.. habis kamu lama-lama mirip cowok kesukaan aku dinovel favoritku, kamu lucu..hihihihi."

Wiga tak tahu harus bereaksi apa saat wanita itu bukan hanya berani tapi makin tak tahu diri. Tangan wanita itu menjelajahi wajah Wiga seperti yang dilakukannya di club tadi. Wiga yang hanya bisa menatap wanita itu tanpa melakukan apa-apa membuatnya berpikir untuk menggunakan kesempatan ini untuk mengorek sedikit alasan mengapa wanita sampai mabuk seperti ini.

"Kamu... kenapa pergi ke club sendiri? Nggak takuk dibawa lari pria lain?" pertanyaan Wiga membuat wanita itu menarik tangannya dari wajah Wiga. Wanita itu mengalihkan pandangannya ke langit-langit kamar Wiga seolah sedang menerawang pengalaman pahit yang baru saja dilaluinya.

"Kamu tahu rasanya kesepian? Aku capek kerja terus... aku pengen banget bisa have fun, tapi ngajak temen-temen aku ke club sama aja membunuh imageku, jadi aku kesana sendirian." Wanita itu bercerita sambil mengigit kuku jarinya dengan wajah murung dan mata yang sendu. Apa wanita itu begitu kesepiannya sampai terlihat merana. Wiga yang hidupnya selalu sendiri sepertinya tak pernah semerana itu.

"Kamu tahu nggak? Aku udah tiga-dua masih sendiri aja padahal temen es-em-a rata-rata udah punya anak banyak, tiap reuni dikatain perawan tua, tiap dateng kerumah sodara udah nggak pernah ditanya kapan nikah lagi, seolah-olah mereka putus asa dan menduga kalau aku akan hidup sendiri seumur hidup, sedih banget rasanya.."

Wiga terhenyak saat melihat wanita itu tertunduk lalu terisak. Tangan Wiga otomatis mengusap lengan wanita itu agar membuatnya tenang.

"Memangnya siapa yang mau sendiri terus? Aku hanya menikmati kebebasanku setelah dicampakkan sama cowok yang selama lima tahun kuanggap sebagai pacar, sakit hati ini masih terasa rasanya... sakit banget..."

DESPERATE FOR LOVE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang