Chapter 2 (Tangan yang Melambai)

3.4K 132 22
                                    

Minggu sore, kembali lagi ke Surakarta. Waduh... Persediaan minum kami abis. Galon belum di isi ulang, yang botolan belum beli.

"Ayo ke warung," ajak Rahma.

"Warungnya tutup," ucap ku.

"Kata siapa?".

"Gak percaya? Liat aja sana".

"Terus gimana nih? Masa makan gak pakai minum," ucap Kiki.

"Ke Luwes yukk!" ajak ku.

"Ayoooo".

"Kalian aja ya. Aku di kost beres-beres," usul Kiki.

"Wokehh.."

Aku dan Rahma langsung OTW. Jarak dari kost ke Luwes cukup jauh. Buat kalian yang gak tau Luwes itu apahh, anggap aja itu warung yang ber-AC. Kebiasaan bikin onar... Ya , buat seru-seruan aja. Padahal hari sudah malam, pukul 19:30 kalau gak salah. Cahaya yang kurang , gelapnya gak kira-kira. Ada yang nyebelin nih. Posisi Rahma tepat di sebelah kiriku. Saat kami lewat, ada bapak gemuk bilang "Assalamualaikum" sambil nyentuh tasnya Rahma yang berisi HP dan dompet. Bukan jambret, dia cuman nyentuh dikit. Tidak lama kemudian, karena sorotan lampu jalan, aku melihat seperti bayangan orang di belakang kami. Positive thinking, mungkin dia searah dengan kami.

Semenit setelah itu, Rahma membisikiku, "Zi, ada yang ngikutin kita".

"Cowokan? Abaikan aja Ma. Pura-pura gak tau".

Si Rahma mengikuti saran yang ku berikan. Tapi saat kami menoleh sesekali, pria itu berhenti. Padahal kami tau, saat berjalan dia juga ikut jalan, semua karena sorotan lampu. Baju merah topi merah, style yang terus ku ingat. Untuk berjaga-jaga jika dia macam-macam. Saat kami hendak menyebrang jalan, tepat di zebra cross. Pria itu malah memotong jalan. Mungkin takut kehilangan jejak kami. Jalan raya satu arah. Lampu kuning, pria itu di sebelah kanan ku, kurang lebih 1 meter. Aku terus memegang ujung bajunya Rahma. Saat lampu merah, satu langkah pria itu hendak menyebrang, aku sengaja tetap di tempat. Tapi anehnya, dia ikut berhenti, tidak melanjutkan langkah kakinya. Saat aku dan Rahma berjalan cepat saat menyebrang, pria itu berlari.

"Kurang ajar!!!!!".

"Yoohhh.. Gimana ini?".

"Ayo Ma, cari tempat yang ramai!!" ajakku sambil terus menariknya.

Pria itu berjalan di kegelapan. Tertutup bayangan pepohonan dan yang tanpa sorot lampu. Kami langsung naik ke lantai dua, lokasi pakaian. Kami mengintai diantara tumpukan baju dekat tangga. Ternyata pria itu ikut naik ke lantai dua. Aku dan Rahma langsung mencari tempat lain. Di belakang kasir dekat lokasi Hijab. Kami berpura-pura memilih Hijab. Meski wajah kami sudah keringat dingin.

"Apa dia masih disini?" tanya Rahma saat aku mencoba mengintai.

"Masih. Dia lagi muter-muter gak jelas".

Setengah jam kami sembunyi, hingga pria itu pergi. Setelah di rasa cukup, kami turun ke lantai satu, membeli apa yang kami butuhkan. Lalu OTW Kost lagi. Sambil bawa air putih 1.5 liter 3 botol. Wah... Sampai kost jadi berotot nih :D
Kesal, penasaran dan pingin aku hajarrrrrrr!!!!!! Siapa sih dia itu, yang buntutin kita tadi. Protes dan protes, untungnya udah gak di ikutin lagi. Kemungkinan besar, bapak gemuk yang ngucapin salam sambil nyentuh tasnya Rahma itu temennya pria topi merah tadi. Dia ngasih kode kalau di tas ini ada HP dan dompet tebal. Kodenya bukan siulan, panggilan atau semacamnya, tapi "Assalamualaikum", kebetulan kami ini berhijab.

Sesampainya di kost, Rahma masih marah-marah.

"Kenapa?" tanya alus Kiki yang gak tau apa-apa.

"Di buntutin Ki. Tukang jambret kayaknya," jawabku.

PENUNGGU MALAM (true story) (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang