Epilog

23.2K 834 20
                                    

Malam semakin larut saat kami duduk dengan saling merangkul satu sama lain di atas ranjang dan suasana kamar yang remang-remang semakin menambah nuansa intim di sana.

“Luke…” kataku dan menengadah melihat matanya “sejak kapan kau mulai suka padaku? Kita kan berbeda lantai dan aku juga jarang sekali bertemu denganmu.”

“aku mulai tertarik padamu karena peristiwa satu tahun yang lalu. Apa kau masih ingat?”

Aku memberikan tatapan bertanya padanya dan ia pun melanjutkan “sekitar satu tahun yang lalu kau pernah menolong seorang ibu-ibu yang kecopetan dengan menjekal kaki si pencopet lalu menyerahkan dompet ke si ibu itu seakan hal yang kau lakukan itu biasa.”

“memang biasa koq lagian aku cuman perlu julurin kaki aja trus pencopet itu jatuh sendiri” ujarku malu, tidak biasa dipuji.

“nah, itu yang aku suka dari kamu Dara.” Kata Luke dengan nada sayang. Lalu melanjutkan ceritanya “lalu semenjak itu tanpa sadar aku selalu melihatmu saat kita berpapasan.

Dan saat kau mengusulkan aku untuk jadi pacar pura-puramu aku antara seneng dan gak percaya sampai kamu bilang kalau itu karena aku Gay aku sempet marah tapi setelah kupikir-pikir bila itu satu-satunya kesempatan aku buat deketin kamu aku rela dianggap Gay.” Luke mengedipkan mata dengan genit.

Tunggu…

Teringat sesuatu aku menoleh ke arahnya “jadi waktu malem pertama kali kita tinggal serumah kamu bukannya gugup karena akan tinggal bersama perempuan?”

“ya gak lah cuman tinggal sama kamu bikin aku gugup setengah mati. Aku takut gak kuat iman deket sama kamu.”

Aku merasakan wajahku memerah teringat ketika aku menggodanya dan memeluknya dari belakang.

Luke sepertinya tau apa yang kupikirkan karena tiba-tiba seringai nakalnya muncul

“sekarang aku bisa donk ngelakuin apa yang aku mau selama kita tinggal bareng.” Ucapnya dengan wajah makin dekat denganku.

Saat itu tiba-tiba terdengar bunyi telpon dengan ringtoneall for you”

Aku mengerutkan dahi melihat nama di ponselku lalu mengangkatnya “Bri, tumben lo telpon gue malem-malem begini?” kataku ketika melihat jam yang menunjukkan pukul 2.00 pagi.

“Dara! Gue bener-bener suka sama cerita yang lo kirim kemaren, gue uda gak sabar kasih tau lo makanya gue telpon sekarang soalnya cerita lo bakal gue terbitin besok dan ini merupakan cerita terbaik yang pernah lo buat menurut gue!”

“ah yang bener?!” seruku sangat senang dengan kabar itu.

“iya bener. Oiya g mau Tanya nih ide cerita lo tentang pernikahan sama cowok yang disangka Gay sama tokoh utama ceweknya biar nyokapnya berhenti jodohin dia, dapet inspirasi dari mana lo?”

Aku melirik Luke malu-malu “ada deh”

“ah maen rahasia nih anak. Oke deh untuk sementara gue lepasin tapi ntar gak akan g lepasin tanpa lo jelasin dapet dari mana ide lo itu.”

“oke…oke..”

“bye Dara gue mau tidur dulu nih.” Terdengar suara Bri menguap di sebrang sana.

“bye” lalu mematikan ponsel.

“kau menulis cerita di majalah?” Tanya Luke penasaran.

“eh..hmmm…” aku mengangguk mengiyakan raut wajahku antara malu dan bangga. “iya”

“aku ingin membacanya kalau sudah terbit nanti.”

Aku melihatnya dengan mata berbinar-binar senang dengan minatnya ada hobiku.

“sekarang kita lanjutin yuk adegan kita yang kepotong tadi.” Rayu Luke.

“iih…genit ah..”

                                                  THE END

FAKE MARRIAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang