Oh Damn !! aku baru menyadarinya

48 1 0
                                    

Mungkin sebuah kepuasan tersendiri jika berhasil menyakitinya,

Tapi kau tak akan pernah menduga apa akibat dari perbuatanmu itu

***

WHAT? Jam 7 katanya? Itu berarti aku harus berangkat dari rumah jam 6 pagi dan artinya aku harus bangun jam 5 subuh. Ia kira rumahnya itu sekolah apa? Harus masuk jam 7. Dasar bos gila !!

Disinilah aku sekarang, di depan cermin. Mematut diriku, bagaimanapun aku harus terlihat cantik kan? yaahh walaupun aku seorang satpam. Kulirik jam tangan ku, masih tersisa 1 jam setengah. Jarak rumah ku dengan rumah Bian sekitar 1 jam di tambah macet, ku ambil kunci motor ku bersiap turun untuk sarapan.

“pagi ma” sapaku kemudian duduk di meja makan yang sudah penuh dengan sandwich dan susu

“pagi sayang, tumben kamu bangunnya pagi? Ini masih jam setengah enam loh? Mimpi apa kamu tadi malam?” sindir Mama, aku belum menceritakan bahwa aku bekerja dengan Bian

“Putri belum cerita ya ma?”  jawabku sambil memasukkan sandwich ke mulut ku

“Putri sekarang kerja nya dengan Pak Bian, anak pemilik rumah sakit tempat Putri kerja. Jadi Putri harus datang pagi-pagi, heran deh ma? Buat apa coba pagi-pagi kesana?” sambungku, memakan sandwichku kasar. Seakan-akan sandwich itu adalah Bian.

“oh ya? Bagus dong, biar kamu bangun nya pagi terus” ledek Mama ku

“MAMA !! anak nya di dzalimi juga, bukan nya belain” aku menekuk wajahku kesal, sedangkan Mama tertawa cekikikan

“ya ampun sayang, di dzalimi dari mana coba? Kamu kan kerja dengan mereka, wajar dong mereka sebagai atasan merintah kalian sebagai anak buah. Yang mana coba yang salah?”

“Mama resek aahh, udah ah Putri mau berangkat kerja. Nanti TELAT !!” rajuk ku, Mama masih nyengir yang membuat ku bertambah kesal

“eh sayang, habisin dulu nih makanan nya” ucap Mama setengah teriak

“udah kenyang !!” aku tak memperdulikan teriakkan Mama

***

Aku sudah di depan pagar rumah Bian, sejenak aku ragu untuk memasukinya. Rumahnya besar bergaya mediterania, masih terlihat taman penuh dengan bunga-bungaan di sela-sela pagar yang tinggi. Sejenak aku berfikir, sekaya apa Bian ini?

“kenapa gak masuk?” aku melompat kaget ketika ada bisikan tepat di belakang telingaku, aku berbalik dengan posisi kuda-kuda siap menyerang. Ketika aku mengayunkan tinjuku tanpa melihat siapa lawanku sekarang, tangan ku sudah di tangkap.

“KAMU??” teriakku kaget, seketika Ia menarik ku kedekapannya. Dengan tanganku yang masih dalam genggamannya

“maaf Princess, tinjumu tidak akan berhasil untuk kedua kalinya” ucapnya menyeringai, dan Ia menghempaskan badanku sehingga aku kesulitan untuk menyeimbangkan diri dari gerakan tiba-tibanya. Ia melangkah masuk kedalam rumahnya

“dasar, gak tau etika banget sih ngadepin perempuan. Tapi maksud dia apa tadi? Gak untuk kedua kalinya?” pikirku dalam hati

“kamu mau masuk apa enggak? Pagi-pagi udah ngelamunin yang jorok-jorok” ucapnya yang entah kapan sudah berada di depanku

“eehhh. I.. iya” jawabku tergagap, Ia pun membalikkan badannya masuk kedalam rumah dan aku mengekorinya dibelakang

***

“aku mau keatas mandi, gerah habis lari-lari tadi. Kamu.. cepat buatin aku sarapan!!” perintahnya, aku hanya melongo dibuatnya. Untung saja dia bos disini, kalau enggak udah aku buat pergedel tuh orang. Gak bisa belajar minta tolong atau apa sih?

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Nov 13, 2013 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Bukan Karena HujanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora