Seven

1K 104 18
                                    

Sisi masih terdiam. Pandangannya lurus kedepan dg sisa2 air mata yg masih membasahi pipinya.

Dihadapanya ada Digo yang sedari tadi menggenggam tangannya tanpa melepasnya sedikitpun. Dan menatap wajah Sisi dg penuh kekhawatiran.

Digo tau, jika saat ini Sisi mengalami hal yang sangat menyakitkan. Dimana dia harus kehilangan orang yang sangan di cintai. Hal itu tentu saja sangan menyayat hati. Dan Digo tau bagaimana rasanya kehilangan.

"Bicaralah padaku, aku mohon!" pinta Digo dg masih menggenggam tangan Sisi "Aku tau ini menyakitkan, tp aku mohon, jangan seperti ini"

Sementara itu Sisi hanya terus terdiam dg air mata yg masih mengalir deras. Rentetan peristiwa yg dialaminya hari ini, membuat hidupnya hancur. Salah satu kekuatannya untuk terus bertahan kini telah pergi. Dan sekarang, bagaimana ia bisa melanjutkan hidup, jika satu persatu orang yg ia sayangi pergi meninggalkan dirinya.

Bibir Sisi bergetar, tangisnya kembali pecah, mengingat kematian Kakeknya yang secara tiba2. Bukan. Bukan tiba2, namun memang disengaja oleh orang yg ingin menghancurkan hidupnya.

"Kakek"ucap Sisi lirih, sambil menangis "maafkan Sisi, Kek! Maafkan, Sisi"

Sisi semakin terisak, membuat Digo yg sedari tadi dihadapnnya segera memeluk tubuh rentan itu.

Digo memeluk Sisi erat. Dan Sisi menumpahkan tangisnya di dalam pelukan Digo. Sisi menangis sejadi-jadinya. Tangisan yang sangat memilukan.

"Kenapa Kakek ninggalin aku, Digo? Kenapa dia ninggalin aku"

Sisi memukul2 dada Digo sambil terus menangis. Ia menumpahkan semua kemarahan dan kesedihannya.

Digo hanya diam. Membiarkan Sisi menjadikan dirinya pelampiasan kerahannya. Ia menatap nanar wajah gadis yg sedang menangis di hadapannya itu. Wajah lusuh penuh air mata, rambut yg acak2an. Namun, tidak mengurangi kecantikan Sisi sedikitpun.

Digo memegang tangan Sisi. Dan segera memeluk gadis itu. Membuat tangis Sisi semakin tersedu-sedu. Digo mendekap gadis itu erat. Seolah memberikan rasa aman pada Sisi.

"Jangan pernah merasa sendiri. Ada aku di sini. Aku mau, kamu memberikan setengah, atau bahkan semua kesedihanmu padaku. Aku rela, Si! " ucap Digo sambil membelai rambut Sisi" Karena aku tau, menanggung beban kehilangan itu sangatlah menyakitkan. Dan aku tidak mau kamu menanggungnya sendirian. Aku ga mau.. "

Sisi yg mendengar ucapan Digo, hanya bisa menangis dan mengeratkan pelukannya pada Digo.

***

Kenapa harus aku?

Kenapa bukan orang lain?

Bahkan aku masih sangat muda saat kau berikan aku kepedihan itu.

Gadis belia  yang baru lulus SMA, seorang gadis yang masih ingin melanjutkan cita2nya, mimpi2nya. Namun harus rela kehilangan semua itu.

Tidak ada gunanya menolak, ataupun memberontak. Semua sia2. Hanya karena janji yang harus di tepati.

Sosok yang aku anggap sebagai malaikat. Bahkan rela berubah menjadi malaikat pencabut nyawa hanya karena kekuasaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pumpkin PieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang