RUN TO YOU - Chapter 15

268 19 0
                                    

CHAPTER 15 : MINTA IJIN


Yuya mendekatkan wajahnya kearah Daiki. Hembusan nafas Daiki yang tak teratur itu bisa membuatnya merasakan jika Daiki sedang gemetar.

" Yuu-yuyyan.. " gumam Daiki, ia membuang wajahnya dengan menutup mata.

PLAK!

Yuya memukul kepala Daiki, ia kemudian menjauhkan diri dari Daiki.

" Ittai.. " keluh Daiki mengusap-usap kepalanya.
" Sudah kuduga, anak SMP jaman sekarang sudah tahu tentang itu. " ucap Yuya.
" A-apa?  " bingung Daiki.
" Ya, reaksimu itu. Kau pasti mengira aku akan menciummu kan? " tebak Yuya berhasil membuat Daiki mendelik.
" Tidak! Huh, kenapa kau berfikir seperti itu! Aku ini laki-laki normal! " elak Daiki.
" Souka? " Yuya berjalan mengambil baju dan melemparkannya pada Daiki menutupi wajahnya.
" Errr.. " decak Daiki kesal, ia mengambil baju yang sempat menutupi wajahnya dan memakainya.
" Dengar, hari ini kau ku antar pulang. Setelah kau bisa menyakinkan keluargamu untuk hidup mandiri. Baru aku mau mengijinkanmu tinggal diapartemenku. " tegas Yuya.

Daiki mendengus kesal, ia hanya mengangguk.



Pagi ini Yamada berniat mengajak Yuri untuk membeli sesuatu barang. Ya, barang yang dibeli Yamada adalah barang sebagai permintaan maaf untuk Daiki. Saat Daiki pulang, ia ingin memberikannya sebagai hadiah permintaan maaf.

Yuri adalah siswa aktif, selain di sekolah. Ia dihari libur juga disibukan dengan kegiatan akrobat. Kali ini, niat Yamada mengajak Yuri harus ia lakukan sedikit lama. Ia hanya bisa menunggu Yuri setekah latihan.

Setiap gerakan yang diciptakan Yuri, langkah, ayunan, hingga beberapa adegan melompat membuat Yamada takjub. Ternyata walau Yuri tidak sepintar dirinya ia memiliki bakat yang luar biasa.

" Hosh...hosh... Maaf Yama-chan, apakah lama? "
" Tidak, itu tadi sangat keren! " senyum Yamada.
" Kau ingin mencobanya, akan ku perlihatkan gerakan indah! " antusias Chinen menjadi saat Yamada memujinya, ia langsung menggeret tangan Yamada hingga pada tempat tinggi. Ya, Chinen mengajak Yamada untuk melompat dengan gerakan simple. Sampai diatas, Yamada melihat sana-sini, sesekali ia menengok kearah bawah.

Hiiiii...

Yamada memegang lengan Yuri saat ia sadar sedang berada diatas ketinggian 4,5 meter.

" Kenapa? " tanya Yuri, wajah Yamada begitu pucat.
" A..ano, aku...aku... aku hanya ..."
" Yama-chan wajahmu pucat? Kau sakit? " tanya Yuri.
" Yuri, Aku takut pada ketinggian. " ucapnya gemetar.

Yamada terus memegang lengan Yuri dengan erat ia, tak berani membuka mata.
' Yama-chan sangat ketakutan. ' senyum Yuri, ia pun tanpa basa-basi memeluk Yamada.
" Kau siap Yama-chan? Kita akan melompat kejaring-jaring itu. "
" Ti-tidak!! Aku tidak mau!! Aku ingin turun saja! " Yama membalikan badannya, ia melepaskan pelukan Chinen, namun saat ia melihat untuk menuruni tangga dari atas kebawah lebih mengerikan lagi dari pada naiknya, tangganya terlihat sangat curang.

" Wuaaaa..." Yamada kembali memeluk Yuri karna ia tak kuasa melihat tangga yang akan ia turuni.

" Apa ku bilang, jika kita lompat, kau tak perlu capek menuruni tangga itu lagi. "
" Tapi , Aku..aku tak punya keberanian untuk melompat. " lirih Yamada.
" Tenang saja , tidak akan menakutkan. Kau hanya perlu memejamkan mata saja. Aku akan memeluk Yama-chan. Jadi, kau bisa memastikan jika aku melompat bersamamu. " Yamada hanya mengangguk mendengar kata-kata Chinen.
" Kau siap? " lanjut Chinen.
" Ia memeluk Yamada dan memutar posisi tubuhnya, agar Yamada Jatuh tidak berada di bawah Chinen.

" Ha-hai' " jawab Yamada pasrah.
" 1 2 3 JUMPING! "

WIIIINGGG ~ BLUK!

Yamada dan Yuri telah terjatuh di jaring-jaring. Yuri tersenyum melihat ekspresi Yamada ketakutan, ia bahkan saking takutnya tak ada niat untuk berteriak, hanya memeluk erat Chinen.
" Kau akan seperti itu terus Yama-chan? " tanya Chinen.
Yamada membuka matanya.
" Pokoknya aku tidak mau lagi melompat! " teriak Yamada kesal, ia hampir mati karna phobianya.
" Hehe, gomen-gomen. " Yuri hanya tersenyum.


Yuya menunggu diluar, sedang Daiki sudah masuk kedalam rumahnya. Setelah Daiki benar-benar masuk. Ia segera pergi pulang.

" Dai-chan, kau kemana saja? " Hikari berhamburan memeluk Daiki.
" Kau membuat kami cemas. " Tuan Ryoka mengusap-usap kepala Daiki.
' Rasanya sangat berbeda, walau mereka tidak tahu. Tapi bagiku, sangat sulit berpura-pura, ini membuatku canggung. ' batin Daiki yang hanya diam.
" Dai-chan, kau pasti lapar, ayo makan dulu. "
" Ma, aku capek. Aku akan pergi kekamar. Permisi. " jawab Daiki ia meninggalkan kedua orang tuanya yang mematung karna bingung dengan sikap Daiki.
" Kenapa dia? " tanya Ryoka.
" Apa dia masih marah? Tapi kan, Daiki hanya bermasalah dengan Yamada bukan dengan kita? " bingung Hikari.

Tak lama kemudian, Daiki mengimail Yuya.

To : Takaki

Yuyaaan 

Takaki membalasnya.

To : Dai-chan

Ada apa?

Daiki membalas email dari Yuya.

To : Takaki

Yuyaa, aku tidak bisa lama-lama berpura-pura. Aku benar-benar tidak nyaman. Apa yang harus ku lakukan.

To : Dai-chan

Lakukan dengan cara mu Dai-chan, kau pasti bisa melakukannnya. 

To : Takaki

Baiklah, aku akan memberanikan diri. 

Yuya tersenyum, ia membalas dengan menyemangati Daiki.

To : Dai-chan

Ganbatte ! Dai-chan 



Daiki menghela nafas, ia berjalan menuruni tangga 30 menit setelah mengemasi barang-barangnya. Ia menarik nafas dalam menuruni anak tangga satu persatu dengan koper sedangnya.

BREKGH

Daiki meletakan koper didepannya setelah mengangkatnya dari kamar menuruni anak tangga menuju dimana orang tuanya di buat kaget.

" Dai-chan? Kau mau kemana?  " tanya Hikari.

" Mulai sekarang, ijinkan aku hidup mandiri. Aku ingin tinggal sendiri, Mama dan Papa tak perlu khawatir. Aku pergi bukan untuk hal yang tidak benar. Aku hanya ingin menguji kemandirianku. Aku meminta ijin pada kalian. "

Ryoka dan Hikari saling pandang, ia mengira jika Kyoko sudah mencuci otak Daiki agar pergi dari rumah.

To be continued...

RUN TO YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang