One Arc

2.6K 182 10
                                    

Ingatan yang kau punya sangat berharga. Begitu berharga, karena tanpa ingatan itu kau tidak bisa menjadi dirimu sendiri.

Kau menjadi hampa karena kau tidak bisa megingat siapa dirimu. Kau merasa kesal karena kau tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Dan ketika kau bertemu dengan orang yang kau kenal.

Satu-satunya yang  bisa kau lakukan adalah ...

Menatap hampa.

Terus bertanya-tanya. Siapa mereka dan siapa diri sendiri sebenarnya.

Kehilangan ingatan yang berharga itu. Kau tidak bisa lagi berpura-pura menjadi dirimu. Tidak bisa ketika kau tidak lagi mengenal dirimu sendiri.

Tapi satu hal yang pasti. Baik dengan atau tanpa ingatan yang hilang itu, kau masih bisa merasakan kesepian. Karena awalnya kau selalu sendirian. Selalu sendirian, Merasa beku, dingin yang menyengat. Karena itu ...

Kau diam-diam selalu mendambakan kehangatan ...

.

.

Benar kan, Kaname Kuran?

Baik itu dengan atau tanpa memori.

.

.

"Bangunlah!"

"Brengsek!" Zero memukul beton keras dengan kepalan tangan yang berlumuran darah.

Darah yang dimiliki Kuran Kaname yang kini tubuhnya terbaring dalam genangan darahnya sendiri. Luka akibat pedang tajam telah menembus di jantung Kaname. Darah tanpa henti terus menyebar membasahi seluruh pakaiannya. Racun dari pedang anti-vampire itu telah menggerogoti seluruh daging yang mulai menghitam.

Zero yakin jika ini terus dibiarkan akhirnya Kaname akan musnah.

Namun, faktanya Kaname memang sekarat.

Waktu yang terlewat semakin melemahkan sang pureblood.

Zero tidak bisa membiarkannya. Tidak akan pernah. Tidak sampai Pureblood akan berubah menjadi pecahan kristal dan menghilang di udara. Sebelum saat itu terjadi. Ia tidak bisa menyerah.

"Kau haru bisa bertahan, Kuran. Kau Pureblood terkuat ..." Zero menggigit keras pergelangan tangannya. Darah Zero yang terus menetes diarahkan ke atas luka Kaname yang sekarang mulai terbakar dengan api hitam.

Darah yang bertemu dengan kulit yang terbakar membuat suara desisan. Kemudian api hitam perlahan-lahan mulai padam ketika darah Zero semakin banyak menyiramnya.

"Bertahanlah Kuran. Kau harus hidup. Kau tidak bisa menyerah karena adikmu," Zero menyayat kulitnya lagi untuk menambahkan darah. "Tunanganmu menunggumu."

Harapan Zero perlahan-lahan semakin tinggi ketika melihat luka Kaname mulai bereaksi baik dengan darah. Pendarahan pada luka Kaname berkurang dan sekarang kulitnya dengan penuh semangat menghisap habis darah Zero yang tumpah di atasnya.

"Yuuki akan menangis jika dia kehilanganmu. Karena itu jangan menyerah. Aku tahu kau mampu." Pria berambut perak membungkuk mendekati Pureblood. Tangan kirinya yang bebas menyentuh wajah Kaname. "Ayo, coba buka matamu, Kuran."

Bibir Zero yang hanya terpisah beberapa inci bergerak membentuk kata-kata. Zero Berbisik lembut di telinga Kaname. "Bangun Kuran ... Kau bisa mendengar suara ku, kan?"

"Kuran," Zero terus memanggil. "Kuran ..."

"... Kaname." Kali ini berbisik.

Zero senang merasakan sedikit sentakan kehidupan pada tubuh Kaname. Detak jantung Pureblood terdengar mulai kembali stabil di telinga sang hunter. Mata Kaname akhirnya terbuka meskipun sedikit.

Dari bawah bulu mata panjang Kaname melihat wajah seorang lelaki, ah lebih tepat malaikat bersurai silver.

'Indah. Kau begitu indah seperti malaikat.' Kaname pikir melantur. 'Ah ... aku memang mendengar seseorang memanggil nama ku. Apakah itu suaramu, malaikat indah?'

"Bagus Kuran terus membuka matamu. Sekarang ayo minum darah ku." Perintah Zero. Sang hunter membungkuk sedikit lagi, dan menyodorkan leher tanpa tato ke arah bibir Kaname.

'Kau... pasti bercanda malaikat? Mengapa kau rela menyerahkan dirimu sebagai makanan ku. Aku ini vampire, aku Monster, aku bisa membunuhmu ... jadi kenapa?'  Kaname bertanya-tanya dalam kepalanya -heran campur sedih. Mengapa manusia yang tampak seperti malaikat ini rela menolongnya. Padahal malaikat seharusnya tahu jika Kaname adalah pureblood. Dan sejatinya setiap manusia yang digigit pureblood akan berubah menjadi vampire. Mahluk yang mungkin jatuh dalam kegilaan haus darah.

Kaname tidak ingin manusia malaikatnya berubah menjadi sama seperti dirinya. Vampire. Monster haus darah yang hanya bisa dipuaskan oleh manusia.

Karena itu Kaname menolak. Meskipun taring dan sisi liar vampire Kaname meronta, menginginkan darah. Kaname bersikeras mengekang dirinya.'Tidak malaikat ku, aku tidak tidak akan menggigitmu.'

"Kuran..." Zero mendorong kepalanya ke depan lagi. Sehingga bibir Kaname bersentuhan dengan kulit lembut sempurna Zero. "Minum kuran." Perintah Zero dan mendorong kulit lehernya lebih lagi ke bibir Kaname.

Kaname hanya bisa mengerang di dalam kepalanya. 'Hentikan ini malaikat. Jika kau terus menggoda, aku tidak bisa bertahan lagi.'

Sang Pureblood masih belum menggigit sang Hunter.

Zero menghela napas, lelah menunggu. Kemudian Zero berasumsi jika Kaname lumpuh karna racun dan terlalu lemah untuk bergerak sekarang. Karena itu Zero mencoba mencari alternatif lain agar darah miliknya bisa melewati kerongkongan Kaname.

Dan satu yang terlintas dibenak Zero adalah...

"Ini semua demi Yuuki." Bisik Zero dan memejamkan mata erat.

'Siapa Yuuki?'  batin Kaname.

Zero menggigit pergelangan tangannya lagi dan menghisap darah kemudian menyimpannya di dalam mulutnya.

Iris mata merah anggur melebar kaget. Kaname menyadari, malaikat bersurai silver bermaksud memberikan darah melewati tenggorokannya.

Benar saja.

Zero masih memejamkan mata erat dengan mulut yang menyimpan darah. Segera Zero mendorong kepalanya ke bawah, ke wajah Kaname.

Bibir ranum sang Hunter bertemu dengan bibir dingin Pureblood.

[One Arc]

Without Memories (VAMPIRE KNIGHT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang