hold on

6.3K 374 24
                                    



Hana pov

Sekali lagi aku menghembuskan nafasku dengan berat, duduk seorang diri di tengah sofa yang terasa begitu luas. Pandanganku tertuju pada salah satu dinding apartemen kami, pada sebuah bingkai indah yang sangat besar, memampangkan potret sepasang pengantin dengan pakaian yang luar biasa menawan dihiasi wajah kebahagiaan. Sebias senyum terpancar di wajahku, sekali lagi aku mencoba menghibur diriku sendiri di tengah semua kekacauan ini, kekacauan yang hanya dirasakan oleh diriku seorang. Aku menatap lagi ponsel ditanganku setelah salah satu pesanku terkirim, salah satu diantara puluhan bahkan ratusan pesan yang aku kirimkan. Aku menanyakan banyak hal, membicarakan banyak hal, mengirimkan banyak hal tapi aku bahkan tidak menemukan ia membaca satu pesanku pun. Satu hal yang aku tahu, ia berada di bagian belahan bumi yang lain, di mana matahari kami tak terbit di waktu yang sama.

Aku mengangkat wajahku merasa bosan dengan semua keheningan dan kediaman ini. Aku benci tidak melakukan apapun seperti ini dan aku hanya memiliki satu orang teman yang bisa aku kunjungi. Aku yakin dia sudah muak melihat wajahku yang hampir setiap hari datang menemuinya diantara kesibukan yang menyita hampir seluruh waktu hidupnya. Aku menyimpan ponselku ke dalam tas setelah merasa cukup rapi dengan pakaianku. Aku mengenakan sepatuku saat seseorang memencet bel apartemen kami. Aku membuka pintu setelah orang tersebut berhenti menekan bel dan berlalu begitu cepat. Aku sempat curiga dengan isi kotak yang ia letakkan begitu saja di depan pintu, tapi bentuknya yang sangat manis dengan pita berwarna pink membuat semua pikiran burukku menjauh, mungkin ini dari fans suamiku. Aku membuka kotak tersebut dan tak bisa menahan keterkejutanku, sebuah boneka kelinci dengan tubuh yang tercabik-cabik dan dilumuri gincu berwarna merah darah. Kotak itu terlempar dari tanganku sementara aku bersandar pada dinding koridor apartemen memegangi dadaku yang bergemuruh karena takut. Aku masih mencoba menenangkan diriku saat aku kembali mendekati kotak itu, boneka kelincinya sudah terlempar dari kotaknya dan yang tersisa adalah foto-foto dan sebuah surat yang di tulis dengan tangan. Aku menelan semua rasa takutku dan memeriksa foto-foto itu, ada foto pernikahanku yang di coret silang berwarna merah darah dan wajahku yang dibuat hancur oleh coretan-coretan di sana. Kemudian ada beberapa foto diriku pagi ini saat aku belanja ke salah satu supermarket, kemudian fotoku yang memasuki apartemen dan foto-foto diriku lainnya.

"Aku melihatmu, aku tahu apa yang kau lakukan dan aku membencimu"

****

"Tapi kami tidak melihat siapapun yang mencurigakan memasuki gedung apartemen, apalagi membawa kotak seperti ini"

"Ahjussi... aku sudah mengalami ini berkali-kali dan kau masih belum menemukan pelakunya"

"Aku mohon maaf Hanashi, kami akan menyelidiki kasus ini lebih lanjut"

Aku mendesah kesal dan menjauh, kalimat yang sama dari para penjaga setelah sekian kali aku mendapat terror seperti ini semenjak aku menikah dengannya.

.....

"Apa kau sakit?"

Aku menggeleng saat Boram menyapaku, ia baru saja menyelesaikan tugasnya di ruang operasi dan terlihat cukup lelah. Ia duduk bersandar pada kursi kebesarannya dengan meja yang bertuliskan nama dan gelar dokternya.

"Aku mendapatkan terror itu lagi"

"Aku rasa sebaiknya kau pindah"

"Aku harus menunggu suamiku pulang dulu"

Ia mendesah berat kemudian menatapku lebih dekat.

"Di mana dia sekarang?"

"Dari yang aku tahu dia ada di Swedia, mereka sedang syuting sesuatu dan aku tidak tahu kapan itu akan selesai"

Hold OnWhere stories live. Discover now