Senandung Sang Wanita

128 8 5
                                    

Sebuah pesawat terbang di langit malam melintasi samudra. Ken sedang duduk di salah satu kursi pesawat itu. Matanya terpejam, namun dia tidak tidur. Dia sedang menikmati alunan musik klasik dari iPodnya. Tujuannya adalah Irlandia. Dia kesana bukan untuk liburan melainkan untuk mengunjungi ayahnya yang sedang terbaring lemah di sebuah rumah sakit.

Ayah Ken asli Irlandia, sedangkan ibunya adalah orang Indonesia. Mereka bertemu saat ayah Ken berkunjung ke Indonesia karena urusan bisnis dan akhirnya menikah. Mereka dikaruniai seorang anak lelaki yang mereka beri nama Ken. Selang dua tahun kemudian, anak kedua mereka lahir. Kali ini perempuan bernama Gabriella. Namun kehidupan pernikahan mereka berakhir. Kini ayah Ken menetap di Irlandia meninggalkan ibu Ken di Indonesia.

Gabriella sekarang tinggal di Irlandia, melanjutkan kuliah S2-nya di sana. Semenjak ayahnya mulai sakit, dialah yang mengurus ayahnya. Ken sendiri sudah bekerja di sebuah perusahaan negara. Karena kondisi ayahnya yang memburuk, dia terpaksa mengambil cuti sementara untuk menengok keadaan ayahnya. Ayahnya menderita penyakit paru-paru basah, dan kali ini penyakitnya memburuk. Gabriella segera mengabarinya, dan menceritakan keadaan ayahnya di telepon sambil menangis.

Akhirnya pesawat mendarat di bandara Irlandia. Setelah mengurus barang-barangnya, Ken menuju rumah sakit dengan taksi.

Di rumah sakit, Ken langsung menuju kamar tempat ayahnya di rawat. Gabriella terlihat sedang duduk di samping ranjang ayahnya.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Ken.

"Semakin buruk. Kasihan ayah. Tubuhnya semakin lemah, Ken."

Sejak dia memasuki kamar itu, ayahnya belum sadar juga. Selang infus dan alat bantu pernafasan terpasang di tubuhnya, membantunya untuk tetap hidup. Ken bersama adiknya menjaga ayah mereka malam itu hingga jam besuk berakhir pada pukul 8.00 PM yang membuatnya terpaksa harus meninggalkan ayahnya. Ken meninggalkan rumah sakit itu dan menuju kerumah paman dan bibinya.

Ken keluar dari gerbang rumah sakit. Saat itu seorang wanita bergaun kelabu dan berkerudung lewat di depannya. Wajahnya diliputi duka. Dia terus berjalan hingga tubuhnya menghilang di kegelapan malam.

***

Rumah paman dan bibinya itu berada di pinggiran kota. Suasananya tidak terlalu ramai. Rumah-rumah di sekitar situ tidak terlalu banyak; bisa dihitung dengan jari.

Paman Edward adalah adik ayah Ken. Dia tinggal bersama Bibi Cloe, istrinya. Mereka dulu mempunyai anak bernama Andy. Andy meninggal lima tahun lalu karena leukemia. Hal ini membuat jiwa Bibi Cloe terguncang. Dia sering menangis saat mengingat putra kesayangannya itu. Kadang dia hanya duduk diam menatap keluar jendela selama berjam-jam. Paman Edward harus membawa istrinya itu ke psikiater secara berkala.

Ken merebahkan tubuhnya di kasur. Dia merasa sangat lelah setelah penerbangannya dari Indonesia. Dia menutup matanya mencoba untuk tidur. Saat itu telinganya mendengar sayup-sayup suara senandung. Itu adalah suara seorang wanita yang sedang bersenandung. Suaranya terdengar sendu dan penuh duka, dan sepertinya sumber suara itu tidak jauh darinya. Semakin lama terdengar semakin sedih. Ken terbangun dan duduk di tepi ranjangnya. Senandungnya berhenti. Dia pikir itu hanya mimpi. Dia kembali tidur.

Pada pukul 4.00 AM, ponsel Ken berdering. Ken terbangun dan menjawab teleponnya.

"Halo, selamat pagi," jawab Ken yang masih ngantuk.

"Ken, ini aku Gabriella. Baru saja aku mendapat kabar dari rumah sakit. Ayah sudah... meninggal," kata Gabriella diikuti tangisnya.

Tubuh Ken lemas mendengar kabar itu. Ayahnya sudah tiada. Padahal ayahnya belum sempat sadar dan mengetahui kedatangannya. Rasanya dia tidak bisa menerima kenyataan itu.

Senandung Sang WanitaWhere stories live. Discover now