Kiss (?)

3.2K 281 11
                                    

Hari ini dan beberapa minggu seterusnya, Tuan Ali tidak berangkat kerja karena kini dalam masa libur. Itu artinya, pagi siang sore malam, aku akan bertemu dengan wajah datarnya, dan akan mendengar omelannya seharian. Dan pasti, tingkat kesetresanku makin meningkat. Rasanya aku ingin resign (etdah bahasanya udah kayak kerja di kantor aja 😂) dari sini.

Aku memandang taman yang cukup luas. Tugas keempatku sekarang adalah, membersihkan taman. Setiap pembantu dirumah ini, diberikan setiap tugas khusus masing masing. Disini, aku ditugaskan menjadi pembantu pribadi Tuan Ali. Entahlah mengapa aku yang harus jadi pembantu pribadinya. Dirumah ini ada 5 satpam, 15 pembantu termasuk aku, 1 koki, 1 supir, dan 4 bodyguard. Mereka, termasuk aku, dibayar dengan gaji yang cukup besar. Apalagi aku yang mengurusi kebutuhan Tuan Ali.

Oh iya, walaupun aku adalah pembantu pribadinya, tapi aku baru kali ini masuk kekamarnya. Ya, selama dua tahun ini, inilah kali pertamanya aku masuk kedalam kamar itu, dan berani mencuri pandang majikanku yang tidur -,-.

Aku mulai mengambil sapu lidi bergagang, lalu menyapu setiap sudut taman yang sudah penuh dengan daun berguguran. Taman ini ditanami berbagai macam bunga, bukan dari bangsa Indonesia saja, bahkan bunga yang berasal dari luar negeri ada ditaman ini, dan diberikan perawatan khusus karena cuaca di Indonesia memperhambat pertumbuhan tanaman dari luar negeri.

"Lain kali kerja yang bener! Mulai hari ini lo gue pecat!" Aku terkejut mendengar bentakan keras yang terdengar sampai telingaku. Apakah Tuan Ali memecat orang lagi?

Karena kepo, aku menjatuhkan sapu lidi bergagang begitu saja, lalu masuk kedalam untuk mencari tau siapa yang dipecat. Aku bersembunyi dibalik dinding, dan mengintip.

"Ta.. tapi tuan..?" Ah, dia pembantu khusus membersihkan ruang tamu, dan sebagian kamar dirumah ini. Namanya Deasy. Aku dan dia cukup dekat, tapi semenjak dia tau kalau aku memiliki masa lalu yang PAHIT dengan Tuan Ali, dia menjauhiku sampai sekarang.

"Sekarang lo keluar dari rumah gue!" Usirnya kasar. Dia mendorong Deasy hingga tersungkur. Nah, ini dia sifat Tuan Ali yang buruk. Kasar terhadap siapapun, mau itu perempuan ia tak peduli. Aku memandang iba Deasy yang menangis, sedangkan Tuan Ali meninggalkan Deasy begitu saja.

Ketika sudah memastikan Tuan Ali pergi, aku segera menghampiri Deasy.

"Mba kenapa?" Tanyaku tanpa basa basi. Dia mendongak hingga aku dapat melihat jelas matanya sembab dipenuhi air mata.

"Gue dipecat! Puas kan lo, hah?!" Kenapa dia malah memarahiku? Apa salahku?

"Kok mba salahin saya? Saya salah apa Mba des?" Tanyaku heran. Aku memanggil Deasy dengan sebutan Mba Des karena umurku 2 tahun lebih muda dari Mba Des.

Perempuan berambut sebahu itu menatapku tajam. Aku benci tatapan tajam. Apalagi yang melempar tatapan itu kepadaku adalah Deasy.

"Lo kan yang ngehasut Tuan supaya gue dipecat, iya kan?!" Tuduhnya. Aku menggeleng cepat, tidak membenarkan tuduhannya.

"Saya sama sekali gak bilang apa apa ke Tuan Ali, mba. Saya ga mungkin kayak gitu, masa mba nuduh saya?"

"Jujur aja! Suatu saat nanti, gue bakal bales apa yang lo perbuat, ngerti lo?!" Ancamnya membuat bulu kudukku merinding. Dia bangun dari sungkurnya, lalu meninggalkanku seorang diri.

Kenapa jadi aku yang disalahkan? Aku jadi bingung...

***

My Employer LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang