#2#

10.1K 639 15
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 05.30 dan saatnya Lara bangun. Ia terduduk dari bangunnya. Entah bagaimana ia sangat malas untuk pergi ke sekolah hari ini. Tak lama ia segera mandi. Berharap bahwa hari ini berjalan seperti biasanya.

Ternyata sabun beraroma vanilla Yang biasa ia pakai hampir habis, Dan mengingatkan dirinya untuk mengambil persediaan Di gudangnya.

Setelah selesai berseragam Dan mengucir rambutnya, ia menyemprotkan parfum liliy the valley kesukaannya.

Setelah bersiap siap Lara turun untuk sarapan bersama kakaknya laki lakinya. Kedua orang tuanya sudah tiada ketika is masih sangat kecil. Ia hanya tinggal dengan Sebastian, Yang selalu ia panggil kak Ian.

"Hari ini ada acara apa ?"tanya sang kakak.

"Gak ada acara, sekolah lalu pulang."jawab Lara.

"Temenin kakak yuk, ketemu teman lama"pita Sebastian.

"Oke, sekalian anterin Lara ke toko buku Sir Joan"jawab Lara.

"Mau beli buku lagi?!"tanya Sebastian. Lara hanya mengambil sambil menyuapkan sarapan ke mulutnya.

"Kau baru membeli tujuh buku satu minggu lalu. Kau ingat itu bukan" penyataan Sebastian hanya Di sambut deheman rendah dari Lara.

"Sudah habis membaca semua?"

"Sudah" hanya di jawab singkat oleh Lara.

" Hah apa kau tidak sadar, perpustakaan rumah ini sudah hampir menjadi perpustakaan Kota kau tau?!. Kau benar benar akan mewujudkannya ya" Sebastian menghela nafasnya dan melanjutkan sarapannya.

"It's easy. Pengetahuan sumber kekuatan"ucap Lara. Tak bisa dipungkiri satu satunya orang Yang dapat bertahan dengan sifat Lara adalah Sebastian sendiri. Dia sudah kebal dengan sifat sifat Yang tidak termasuk ke dalam sifat manusia normal.

"Lara berangkat ya " pamit Lara.

" Mau jalan kaki?" Lara mengangguk, berdiri dan bersiap untuk berangkat."Hah... Mobil yang ada mau dibuat apa. Mobil itu mahal, kau harus memakainnya." Akhir akhir ini Sebastian sering menghela nafas, terkadang tidak tau dengan pikiran adiknya.

"Lain kali Lara pake" teriak Lara dari depan pintu rumah.

Sebastian adalah seorang CEO dari perusahaan warisan ayahnya. Dengan pekerjaannya ia bisa menghibur Lara dengan sangat cukup. Ia dikenal sebagai orang yang baik namun licik. Banyak para pebisnis Yang ingin berkerja sama dengan Sebastian, hanya sedikit yang ia terima. Bukan bermaksut sombong Karena menolak mereka, dunia ini penuh dengan orang orang yang memiliki lidah panjang.

Lara berjalan dengan santai sambil mendengarkan musik di headphonenya. Tanpa dia sadari ada orang yang mengawasinya dari dalam mobil dan terus mengikutinya.

Merasa di perhatikan, Lara menoleh ke segala arah, tetapi tidak ada seorang pun hanya ada 3 mobil yang terparkir.

Lara kembali berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya. Dan Tak menyadari bahwa ada seseorang yang mendekatinya dan tiba tiba menarik tangannya.

Lara yang terkejut tersentak dan reflek mengepalkan tangannya yang bebas dan berusaha memukul pelaku.

Tetapi tangannya di hentikan. Lara menatap pelaku yang seenak jidat memeganya dengan tatapan marah. Keduanya saling menatap, pria itu menyusuri wajah Lara Dan Lara hanya mempelototi pria itu.

"Let me go.." Lara mengucapkan dengan penuh amarah. Pria itu menggunakan setelan jas Mahal dengan sepatu mengkilat.

Pria dengan rupa seperti dipahat oleh dewa itu hanya diam. "Sangat cantik" gumam pria itu.

Wajahnya tampan, tapi Lara tidak peduli, ia sedang dalam percobaan penculikan. Oke ini adalah penculikan bukan pecobaan lagi.

"No, follow me" tanpa basa basi lagi orang asing itu menarik tangan menuju ke salah satu mobil yang tadi terparkir. Mobil berwarna hitam mengkilat seperti baru itu adalah tujuannya.

Panik! Lara mencoba melepaskan tangannya dari pria itu. Tetapi perbedaan tinggi, postur dan kekuatan ia kalah.

"Hey, lepaskan. Bisakah anda melepaskan tangan Saya,Sir." Sir?! Sir?! Dirinya dipanggil Sir!. Apakah ia terlihat setua itu. Pria itu mulai membuka pintu mobil dan sedikit mendorong Lara masuk.

Setelah masuk, pria itu menuju ke tempat pemgemudi. Lalu menancapkan gas, mobil berjalan dengan kecepatan sedang.

"Apakah kau tau, ini adalah tindakan yang di sebut penculikan!," Lara mencoba membuka pintu mobil, tapi nihil. "Sir, turunkan aku!"

"Anda sudah gila ya" Lara menatap tajam ke arah pria itu Dan hanya dibalas dengan lirikan Dan senyum miring.

Tertegun sejenak. Lara merasakan merinding di tubuhnya. Gila, pria ini benar benar gila! ,Pikir lara

"Sir! Aku benar benar serius. Tolong. turunkan.aku.sekarang!"

Lagi lagi pria itu hanya diam dan fokus dengan jalan. Muak, Lara mencoba untuk mengancam pria itu.

"Sir, turunkan aku! Atau aku akan memanggil polisi" Lara benar benar menepati ucapannya. Ia menekan nomor darurat yang menghubungkan dengan polisi.

Namun belum sempat ia menekan tombol telpon, mobil berhenti dan ponselnya diambil dari tangannya.

Tiba tiba tubuhnya dipenjara oleh dua tangan besar. Kepalanya mendongkak untuk bertemu dengan mata elang berwarna hazel. Keduanya membeku.

Lalu sebuah tangan membelai lembut pipinya dan tanpa aba aba sebuah kecupan mendarat di pipinya.

Lalu sebuah suara klik menyadarkan Lara dari frozen pose-nya. Sebuah suara terdengar begitu dalam dan menggoda terdengar di telinganya.

"Orlando. Call me Orlando" Lara cepat cepat keluar dari mobil dan menyadari bahwa ia sudah sampai di sekolahnya. Ia dengan buru buru memasuki sekolah. Masa bodo dengan pria yang mengantarnya.

Bahkan Lara lupa bahwa ponselnya masih berada di tangan pria itu.

Pria yang bernama Orlando itu sedang duduk di mobilnya. Menatap punggung Lara yang sudah masuk kedalam gedung sekolah. Lalu tertawa pelan.

"Ah..sungguh sangat manis" lalu ia menutup pintu penumpang dan melajukan mobilnya. Ia masih memikirkan Lara yang berada dalam genggamannya dan kecupan kecil di pipi.

Sedangkan Lara, ia sedang menahan amarah. Pria yang tiba tiba muncul, menarik tangannya Dan mengantarkannya ke sekolah. Dan bagaimana pria itu tahu sekolahnya?.

Lara berpikir sejenak , menepuk jidatnya Dan mengingat bahwa ia sedang memakai seragamnya. Ia harus memanggil kakaknya dan mengatakan bahwa ia tidak akan ikut kakaknya untuk pergi bertemu teman lama kakaknya.

Saat ia mencari ponselnya, nihil. Ponselnya tidak ada. Ia sangat panik, seingatnya ia masih memegang ponselnya bahkan saat di mobil ber- sialan,ponselnya masih ditangan pria itu.

Lara menggebrak mejanya dengan suara yang keras, menyalurkan kemarahannya. Membuat tiga siswa terkejut, karena Lara selalu terlihat diam dan tenang.

Lara menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja. Is beraumpah akan membunuh pria gila itu jika bertemu lagi. Tapi ia sangat tidak ingin bertemu dengannya.

Lara menarik nafas panjang Dan perlahan mengeluarkannya. Ini pagi hari, dan dia sudah menjalani awal yang membuat kepalanya pecah.

Ia mengutuk siapapun yang bernama Orlando.

Ia berharap bahwa ia mendengarkan instingnya tadi untuk tidak pergi ke sekolah.

Tak lama bel pun berbunyi.

'ini adalah hari yang panjang '

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cold Mate (New Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang