Terrors (with warning inside!)

Start from the beginning
                                    

Ckiiiittt!!!

Brugh!

Bus berhenti mendadak dengan suara debuman yang cukup nyaring kemudian. Membuat para penumpang di dalamnya kehilangan keseimbangan di tempat duduk masing-masing hingga nyaris terjungkal ke permukaan bus.

Bahkan ponselnya yang berada di genggaman tangannya pun terlempar jatuh, dan tubuhnya terdorong ke depan karena gerakan bus yang terhenti tiba-tiba disaat melaju dikecepatan yang bisa dibilang tidak pelan.

"Oh ya Tuhan! Apa dia masih hidup?!" suara panik seorang penumpang yang duduk di bagian depan bus terdengar.

Tao buru-buru meraih ponselnya, lalu membersihkannya dari debu yang menempel. Selagi tangan kirinya mengusap-ngusapkan ponsel miliknya ke jacket yang di kenakannya, ia menatap ke depan pada para penumpang yang berbondong keluar bus untuk melihat apa yang baru saja terjadi.

"Dia pasti sedang terburu-buru berangkat kuliah sampai tidak melihat jalan. Oh astaga... "

"Beruntung dia baik-baik saja. Aku benar-benar takut"

"Apa dia terluka?"

Menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku jacketnya, Tao mengarahkan kedua kakinya berjalan ke arah pintu depan bus yang masih di kerumuni para penumpang. Ia juga penasaran, orang seperti apa yang dengan cerobohnya hampir mengumpankan diri pada bus yang sedang melaju. Pemuda berambut hitam itupun turun dari bus, melesak pada kerumunan yang mendengung seperti lebah, hingga sampai ke barisan depan untuk melihat orang yang nyaris tertabrak bus yang di tumpanginya.

Dan kedua mata runcingnya pun membulat sempurna kala melihat sosok tinggi dengan rambutnya yang berwarna sama seperti dirinya.

"Yixing-ge!" Tao memanggil panik.

Yixing sibuk membersihkan pakaian yang di kenakannya ketika Tao menyebut namanya dengan kepanikan luar biasa. Pemuda yang memiliki lesung pipi itu menoleh, dan melihat sang junior yang menghambur kearahnya dengan wajah cemas yang kental.

"Tao-er?" Yixing mengerjap bingung. Balas memperhatikan sosok pemuda manis di hadapannya yang tengah memeriksa sekujur tubuhnya. "Kau sudah sembuh? Demam mu?" meletakkan telapak tangan kanannya di dahi Tao, Yixing balas memperhatikan juniornya itu dengan tatapan cemas.

"Aish! Bukan aku yang harus di khawatirkan sekarang! Gege baik-baik saja? Apa ada yang luka?" Tao menepis tangan Yixing di dahinya, menggenggam tangan itu lembut, kembali memeriksa tubuh sang senior.

"Aku baik Zi. Sebaiknya kita menyingkir dulu" ujarnya, memegangi bahu Tao agar si manis itu berhenti memeriksa tubuhnya. Tao mengangguk, kemudian mendekati sepeda kayuh milik Yixing yang tergeletak hampis masuk ke kolong bus.

Kerumunan di tempat itupun berkurang seiring dengan Tao dan Yixing yang beranjak darisana. Sambil menuntun sepeda putih milik Yixing dengan satu tangan kirinya, Tao menuntun pemuda asli Changsa itu yang terlihat sedikit tertatih saat menuju ke pinggir jalan. Masih menjadi pusat perhatian beberapa orang yang melintas, Tao menyuruh Yixing untuk duduk di trotoar sementara dirinya memarkirkan sepeda.

"Ada yang terluka ge?" tanyanya, berjongkok di depan Yixing. Pemuda Zhang itu menggelengkan kepalanya pelan, kemudian menggulung celana sebelah kanannya sedikit, dan menemukan jika pergelangan kakinya membiru.

"Hanya ini? Tidak ada lagi?" Tao mengangkat kepalanya, melihat Yixing yang menggelengkan kepala.

"Kurasa tidak, aku tidak merasakan sakit di bagian lain" jawabnya. "Aku... A-aku tidak tahu kenapa aku menyebrang padahal aku tahu lampu untuk menyebrang masih berwarna merah" ujarnya kebingungan.

BRIDE (End)Where stories live. Discover now