First Meeting

77 1 0
                                    

Padalah apa kan kusampaikan. Jutaan tanda tanya yang semakin menyana. Padalah apa kan kukatakan. Cerita demi cerita bergulir apa adanya. Yang entah kapan, mungkinkah di masa depan hanya menjadi kenangan? Tidak, bukan itu yang kuinginkan. Aku hanya ingin menjalani hari-hari dalam kekinian yang nyata. Itu saja.

"Hey, dengarlah," suara hati menggema. Memecah sunyi hati. Rami sekali disini. Suara monitor bising disana-sini. Puluhan derap langkah cepat tak henti-henti datang silih berganti. Semua serba cepat. Semua serba ingin. Bahkan celingak-celinguk dari calon-calon penghuni emergency room yang belum matang pun, menambah aura kekalutan.

"Minggir, dek,"
"Jangan numpuk-numpuk di sini,"
dan blablabla.

Kami masih saja terlongo. Aku terlebih. Memandang dengan mata berbinar setiap tindakan yang mereka lakukan. "Wah, seperti ini rupanya!" Seruku tertahan dalam hati. Benar-benar memacu adrenalin. Tetes demi tetes darah berceceran di lantai putih ruangan bising ini. Alat-alat canggih bertalian terpasang di tubuh kaku nan merintih kesakitan. Hanya gumaman saja yang terdengar. Tak ada suara yang dapat dimengerti, apalagi melihat dan mencoba bergerak. Mengalihkan rasa sakit yang teramat sangat. Begitulah.

Dan hey, tunggu dulu. Sesosok yang baru saja muncul entah dari mana, sempurna sudah menarik perhatianku. Gesit sekali. Wajahnya tak asing. Tapi di mana ya aku pernah melihatnya?

Namanya dr. Habibi. Tertulis di nametag baju dinas dokter yang dikenakannya. Dan dia masih sibuk dengan pasien yang sedang berjuang antara hidup dan mati.

Aku masih sibuk dengan pikiranku. Memikirkan entah di mana rasanya pernah melihatnya. Dan tiba-tiba saja seseorang memanggilku.

"Dek, koas bedah ya? Tolong KI pasien ini per setengah jam ya. Pastikan kondisinya stabil, kalau ada apa-apa segera hubungi abang, ya," ternyata dr. Habibi. Tanpa babibu, aku langsung mengerjakan ordernya. Tak patut juga rasanya aku hanya celingak-celinguk di sana, tanpa tahu harus berbuat apa. Baiklah.

Untuk sejenak, pikiran itu teralihkan. Dan ternyata, masih banyak lagi cerita yang tercipta sesudahnya. Hingga waktu dan kondisi yang memutuskan, kapan akan berakhir segalanya.

Habibi Dan HabibahWhere stories live. Discover now