Part 2

4.5K 163 3
                                    


Morgan menggeliat karena terpaan hangat di wajah serta rasa tidak nyaman lantaran pergerakan yang terbatas. Ia membuka mata perlahan, kemudian mengerjap dan heran ketika melihat langit-langit mobil. Dia tersentak saat menyadari pergerakan kecil di dada. Morgan menoleh dan hampir berteriak mendapati seorang wanita tertidur seraya memeluknya erat. Morgan mengucek kelopak mata, ini pasti mimpi. Seharusnya dia di kamar, memeluk guling, dan berselimut tebal nan halus, bukan wanita. Ia cubit lengannya. Sial! Ini nyata.

Pria itu memandang wanita di sebelahnya yang hanya memakai kamisol, sementara blazer semalam entah ke mana. Morgan terkesiap ketika menyadari telah bermalam dengan seorang wanita. Pada waktu bersamaan, wanita tersebut bangun karena pantulan cahaya mentari mengganggu tidurnya. Wanita bertubuh mungil itu melotot, ia tidak kalah kaget dengan Morgan, tetapi tidak bersuara sama sekali. Jika wanita pada umumnya akan berteriak sekuat tenaga hingga memperlihatkan urat-urat, dia malah membisu dan sibuk mencari blazernya ke segala tempat. Morgan sendiri masih termenung, mengingat serta mencerna apa yang terjadi di antara mereka semalam.

"Aku sangat mencintaimu, Billy. Kenapa kau mengkhianatiku?" Wanita itu merangkul leher Morgan, menganggap seseorang di depannya si mantan kekasih, kemudian memukul keras dada bidang pria itu.

"Aku tidak pernah mengkhianatimu, Joan. Aku benar-benar menyukaimu," jawab Morgan yang sama mabuknya seperti wanita itu, lalu ia peluk tubuh mungil di hadapannya.

Waktu berjalan, keduanya terus meracau hingga tak sadar sudah berpindah ke mobil. Pintu berdebuk, Morgan bersandar di jok, memperhatikan wanita yang baru ditemui tengah membuka lapisan terluar pakaiannya karena—mungkin—merasa gerah. Ia tetap diam membiarkan wanita itu memeluk dan memandangnya dengan penuh cinta.

"Beri aku kesempatan untuk bersamamu," pinta Morgan. Ia memejamkan mata menikmati sentuhan si wanita yang dalam bayangannya adalah Joanna. Entah karena terlalu nikmat atau mabuk, ia memutuskan untuk meladeni dan membalas sentuhan-sentuhan bergairah tersebut. Keduanya larut dalam pengaruh alkohol hingga melewati malam panas untuk melampiaskan gelora yang tak tertahankan.

Butuh beberapa menit bagi Morgan untuk mengingat kejadian semalam, alasan mengapa mereka berakhir di mobil. Kini ia mengingat seluruhnya dengan jelas dan mendetail.

Morgan mengerjap pelan mencoba kembali ke masa sekarang. Bibirnya sedikit bergetar. "Ma-maaf, aku ...." Ia memijat pelipis, berusaha tenang dan menjernihkan pikiran. Ia berdeham lalu berkata, "Baiklah, langsung saja. Kupikir, kita sama-sama dewasa. Jadi, tidak ada yang benar dan salah dalam hal ini, apalagi kita melakukannya saat mabuk."

"Tutup mulutmu. Kalau kau banyak bicara, aku makin ingin membunuhmu. Turun sekarang!" Wanita itu menyuruh dengan lantang, ekspresinya datar.

"Hey, Nona! Walau kau mungil, suaramu besar sekali, ya. Aku bisa tuli. Mengagetkan saja." Morgan menepuk jok. "Ini mobilku, kenapa aku yang diusir? Aku memang ikut andil atas apa yang telah terjadi. Tapi, bukan kau saja yang dirugikan, aku juga!" Morgan tidak terima jika hanya ia yang disalahkan, baginya bermalam tanpa cinta adalah malapetaka. Apalagi baru bertemu wanita itu semalam, bahkan identitas yang tak dikenal.

Wanita itu berdecak kesal, ia tidak membalas ocehan Morgan. Matanya berkelebat mencari blazer serta tas tangan, kemudian berhasil ia temukan di kursi belakang. Morgan diam memperhatikan wanita itu terburu memakai pakaian dan lekas keluar. Ia tercengang saat pintunya dibanting kasar serta bumper mobilnya ditendang. Pria yang hanya memakai bokser itu pun turut mengambil pakaian yang tergeletak di bawah kursi dan mengenakannya secepat kilat. Meskipun kesal dengan kelakuan wanita itu, Morgan tetap tidak sampai hati membiarkan pulang berjalan kaki dalam keadaan berantakan. Ia mengklakson panjang dan menjalankan mobilnya sejajar dengan wanita itu. "Nona, masuklah! Biar kuantar kau pulang," tawar Morgan baik-baik, tetapi malah dibalas cercaan.

SECRET GARDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang