Stupid Cupid

17.3K 1.2K 386
                                    


'Menurut mitologi, Cupid adalah dewa cinta Romawi. Sebutan lainnya bagi dewa ini adalah Amor. Sebagai Amor, ia digambarkan sebagai anak kecil bersayap yang nakal, serta membawa busur dan panah, yang dapat membuat manusia maupun dewa jatuh cinta.

Para penulis Romawi mengadaptasi Cupid sebagai dewa yang nakal dari Eros pada masa Hellenistik, alih-alih dari penulis Yunani awal, yang memandang Eros sebagai makhluk promordial.'

Dengan kasar gadis berambut sepundak itu menutup buku bacaan yang sedari tadi menemaninya di taman. "Sudahlah, persetan dengan Cupid." Ia bosan dan semua materi yang ia baca tak ada satu pun yang mampu ia cerna.

Gadis itu memilih untuk menengadah, menatap biru yang membentang dengan sedikit putih yang menggumpal. Cerah dan indah ... sampai itu berganti menjadi mendung yang membumbung dan menutup kilau cahayanya.

Ia hendak berpaling, namun secercah cahaya muncul dan menarik perhatiannya. Langit terbelah dan menutup kembali dengan begitu cepat. Ia tercekat karena kilat itu, tapi semua hanya sesaat, detik selanjutnya ia mengerjap dan semua memorinya lenyap.

***

Jalanan menuju rumah terasa begitu jauh bagi Venna. Rambutnya diikat asal, setidaknya dia merasa lebih banyak angin yang menerpa kulitnya dengan cara itu. Diam-diam Venna berdoa agar Tuhan memberinya sayap saat ini juga, agar dia bisa sampai di rumah dengan cepat. Gadis itu tersenyum sendiri saat membayangkan dirinya membelah udara, sampai suara seseorang mengagetkannya.

"Kenapa nggak nungguin gue?"

Dia adalah Raden, lelaki yang hampir satu tahun ini mewarnai kehidupan Venna yang begitu hampa. Rambut hitam kecoklatan milik Raden terlihat berantakan dan wajahnya memerah karena kelelahan.

"Ngapain? Lo kan tadi lagi ribet," sahut Venna enteng.

Senyum Raden mengembang dan tangannya terulur untuk menarik ikat rambut yang gadis itu kenakan. Satu gerakan dan rambut Venna terurai, membuatnya kelabakan merapikan kembali. Bukan apa-apa, ia hanya tidak suka dijahili. Sayangnya, Raden adalah lelaki paling jahil yang pernah gadis itu temui dan mungkin itu yang membuatnya jatuh hati.

"Balikin nggak?" Raut wajah Venna sarat akan emosi.

Raden menggeleng dan mengangkat tinggi ikat rambut itu, membuat Venna mau tidak mau meloncat untuk meraihnya. Kini tubuh mereka tak berjarak dan Raden justru mengubah gerakan, tangannya dengan cepat meraih gadis itu ke dalam pelukan dan mengecup pucuk kepalanya. Hangat menjalar ke seluruh tubuh Venna, sesuatu yang membuatnya nyaman.

"Maaf ya, udah bikin lo nunggu." Suara Raden teduh membelai pendengaran gadis itu.

Hening. Jantung Venna berpacu dalam irama yang tak menentu. Ia ingin detik itu berhenti dan selamanya seperti ini. "Iya, gue maafin."

Tawa kembali terurai dari bibir Raden. Lelaki itu mengecup pucuk kepala Venna lagi sebelum melepas pelukannya. "Karena gue yang hancurin, jadi gue yang akan perbaiki."

Raden membuat Venna berbalik dan memunggunginya, jemari Raden meraih rambut gadis itu dan berusaha mengikatnya kembali, membenarkan apa yang sudah ia kacaukan. Saat selesai, binar itu tak luput dari wajah Raden. "Tadaaa!"

Begitu juga dengan Venna, gadis itu tahu ikatan rambutnya tidak rapi, tapi ia akan tetap menghargai setiap usaha kekasihnya. "Thank you, Den."

"Sama-sama, Bawel." Raden meraih jemari Venna, menyusup di antara celahnya dan mengisi rongga itu. "Pulang yuk."

Anggukan dan senyum hangat menjadi jawaban bagi Raden. Tak perlu sesuatu yang mewah, rasanya seperti ini saja mereka sudah bahagia. Sesederhana kasih yang tak perlu banyak ucapan.

FIRST MISSIONOnde histórias criam vida. Descubra agora