/satu/

15 4 0
                                    


[BSW]

Bukan Biru namanya jika tidak berhasil menarik perhatian begitu kakinya melangkah ke mimbar di depan kelas 7-1. Dengan gaya yang selalu santai namun tetap tidak melewati garis batas 'sopan', ia melenggang dengan rambut hitamnya yang dibiarkan terurai di punggungnya menari-nari. Mata hitam kecoklatannya menatap seisi kelas dengan lembut namun dengan sorotan tajam nan tegas, khas seorang Biru Andreas.

Bu Isma, guru bahasa yang juga menjabat sebagai wali kelas mereka mengangguk kepada gadis itu, memberi tanda bahwa ia bisa memulai perkenalannya saat itu juga. Oh, memang jika benar-benar diperlukan sebuah perkenalan.

"Perkenalkan, nama gue Biru Andreas. Gue umur 12, pindahan dari SD Khatulistiwa, masih satu kompleks sama sekolah ini. Hobi gue? Gue suka segalanya yang berhubungan sama musik dan sastra. Gue berharap bisa menulis kisah putih-biru yang menyenangkan bareng lo semua. Sekian dari gue, terimakasih." Tanpa menunggu aba-aba selanjutnya, ia segera kembali ke bangkunya. Bu Isma hanya bisa tersenyum kecil melihat gadis beasiswa tersebut yang terlihat cuek dan tidak pedulian.

Biru melihat seisi kelasnya. Ada 25 murid termasuk dirinya, dan lima di antaranya anak baru, sama seperti dirinya. Dirinya sendiri? Oh betul juga, dia anak pindahan. Toh sebenarnya dia tidak mau pindah, orangtuanya yang memaksanya. Siapa yang mau pindah saat sudah memiliki teman baik di sekolah yang lama?

"Hei," Suara gadis di sebelahnya menyadarkannya dari lamunannya. "Kenalin, gue Valen. Hobi gue suka nge-dance, oh ya, gue harap kita bisa jadi temen. Kalo gue liat gaya lo, rasanya kita bisa cocok." Dia menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Awalnya Biru agak kaget mendengar apa yang dikatakan oleh teman sebangkunya ini. Jarang ada anak yang langsung terus terang mau, dan tidak jaim berkata seperti itu. Tapi tak apa. Teman beginilah yang cocok bagi Biru.

Biru menyambut sodoran tangan Valen dengan senyumannya, menjabat tangannya hangat dan membuka mulut untuk berkata. "Gue-". "Biru Andreas, umur 12, suka hal yang berbau sastra dan musik. Ya, lo udah bilang itu di depan, gue gak perlu siaran ulang." Biru tertawa kecil, dan teman barunya itu tersenyum.

"Anak-anak," Bu Isma mengetuk mejanya. Seketika itu juga seisi kelas berhenti mengoceh dan terdiam. "Setelah ini kalian semua akan keluar ke lapangan untuk diberi aba-aba akan apa yang kalian akan lakukan selama MOS 3 hari ini. Tapi untuk itu sebelumnya, saya akan menerangkan sedikit tentang pembagian kelompoknya. Kalian semua akan dibagi menjadi 5 kelompok besar yang masing-masingnya terdiri dari 5 kelompok kecil. Satu kelompok besar terdiri dari 40 orang dan satu kelompok kecil akan terdiri dari 8 orang." Ia berhenti sebentar, memastikan tidak ada wajah bingung yang memandangnya. "Semua mengerti?"
"Mengerti, Bu!"

"Baiklah, kalian bisa keluar sekarang."

---

Delapan orang anggota kelompok ke-7 saling menatap. Ada kecanggungan yang tidak perku dikatakan, dan mereka tetap hening selama 1 menit masa perkenalan telah berlalu. Salah satu mereka berdeham.
"Oke, kita bisa mulai perkenalannya sekarang?" Ujarnya sambil memasang cengiran yang agak dipaksakan. Biru tahu namanya. Ya, hanya namanya. Si cogan bernama Ian yang menjadi siswa paling wanted di SMP Garuda. Yang juga sekelas dengannya.

"Nama gue Ian, Ian Bismara. Umur 12, hobi nge-dance main gitar. Gue single."

Ketujuh temannya tertawa mendengar bagian akhir perkenalan Ian. "Oke, sekarang siapa?" Ia melihat kedelapan orang yang membentuk lingkaran itu, dan pandangannya yang terpaku pada gadis yang duduk persis di seberangnya, yang juga barusan menguap.
"Lo," Dia menunjuk Biru. "Biru Andreas kan? Giliran lo,"

"Oh, gue? Simpel. Gue Biru Andreas, umur 12, suka hal-hal yang berbau musik dan sastra."
"Bisa main alat musik?"
"Piano, gitar, keyboard, drum dikit."
"Keren, kita mau buat band emangnya?"

Everlasting.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang